Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 30 Okitaober 2017
Rekapan
Grup Bunda G5
Narasumber : Ustadzah Yeni/Lien
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
DENGAN IKHLAS KURAIH RIDHOMU
Sebuah kisah, ada seseorang yang selalu
menunaikan shalat di shaf pertama. Suatu ketika ia terlambat dan ia shalat di
shaf kedua. Lalu ia diliputi rasa malu karena dilihat orang banyak. Dari sini
ia tahu bahwa selama ini ketenangan hatinya dalam melaksanakan shalat di shaf
pertama selama ini disebabkan oleh pandangan orang-orang kepadanya.
"Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah
dengan memurnikan dien (agama) kepada-Nya, lagi bersikap lurus" (Q.S
Al-Bayyinah:5)
Abu Umamah meriwayatkan, seseorang telah
menemui Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan bertanya,
"Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk
mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapatkan pahala? Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam menjawab, "Ia tidak mendapatkan apa-apa."
Orang tadi mengulangi pertanyaannya tiga kali dan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam pun tetap menjawab, "Ia tidak mendapatkan apa-apa." Lalu
beliau bersabda' "Sesungguhnya Allah subhanallah wa ta'ala tidak menerima
suatu amal, kecualli jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharapkan
wajah-Nya." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i dengan sanad jayyid/bagus).
1. Apakah itu Ikhlas…?
Ikhlas artinya memurnikan tujuan
bertaqarrub kepada Allah subhanallahu wa ta'ala dari hal-hal yang mengotorinya.
Ikhlas juga berarti menjadikan Allah
Subhanallah wa ta'ala sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan
atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berorientasi hanya kepada
Allah Subhanalah wa ta'ala. Hal ini hanya mampu dilakukan oleh seseorang yang
mencintai Allah Subhanallahu wa ta'ala dan menggantung seluruh harapannya pada
akhirat. Tidak tersisa tempat dihatinya untuk mencintai dunia. Seseorang yang
dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah Subhanallah wa ta'ala dan akhirat pasti
seluruh akitaivitas hariannya mulai dari bangun tidur hingga ia tidur kembali
merupakan cerminan dari cita-citanya untuk obsesi akhirat sehingga dilakukan
dengan penuh keikhlasan.
Kemudian apa saja keutamaan Ikhlas…?
Abu
Sa'id Al-Khudriy radiyallahu anhu meriwayatkan bahwa pada wakitau Haji wada', Rasulullah shollallahu
alaihi wasallam bersabda:
"Semoga Allah mencerahkan orang yang mendengar kata-kataku lalu
menjaganya. Betapa banyak orang yang membawa pemahaman, tetapi ia sendiri tidak
paham. Tiga hal yang seorang mukmin tidak akan dengki terhadapnya;
mengikhlaskan amal kepada Allah, memberikan loyalitas kepada para pemimpin kaum
muslimin dan selalu bergabung dengan jamaah mereka." (HR. Al-Bazzar dengan
isnad hasan dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).
Hadist diatas memberi pengarahan bahwa
ketiga hal diatas dapat memperbaiki hati (menjauhkan dari sifat dengki).
Barangsiapa menjadikan ketiganya sebagai akhlak, pasti hatinya akan bersih dari
khianat maupun kerusakan. Seorang hamba hanya akan akan selamat dari godaan
setan dengan keikhlasan. Allah subhanallahu wa ta'ala berfirman,
mengungkapkan pernyataan iblis,
"Kecuali hamba-hamba Mu yang selalu ikhlas" (Shad:83).
Apabila suatu amal telah tercampuri oleh
harapan-harapan duniawi yang disenangi diri dan hati manusia sedikit ataupun
banyak maka kejernihan amal itu sendiri telah tercemari. Hilanglah pula
keikhlasannya. Sulitnya ikhlas dalam setiap amalan atau ibadah digambarkan oleh
sebuah pepatah,
"Barangsiapa yang sesaat dari
umurnya telah dengan ikhlas, hanya mengharap wajah Allah Swt., pasti ia akan
selamat
Apa Kunci Keikhlasan..?
Kunci keikhlasan adalah MEMUPUSKAN
KESENANGAN TERHADAP DUNIA
Keikhlasan hanya bisa lahir dari hati
yang selalu khusyu' dan menjadikan akhirat sebagai obsesi hidupnya. Segala
kesenangan hawa nafsu serta ketamakan terhadap dunia dan segala perhiasannya
harus dipupus untuk bisa memudahkan meraih makna keikhlasan. Banyak orang
yang telah bersusah payah mengorbankan banyak hal baik materi, tenaga maupun
pikiran untuk beramal, menyangka telah melakukannya dengan keikhlasan karena
Allah subhanallahu wa ta'ala. Padahal sesungguhnya ia telah tertipu. Adapun
orang-orang yang lalai dari keikhlasan, kelak pada hari kiamat, mereka akan
mendapati kebaikan-kebaikan mereka telah berubah menjadi keburukan.
Sebagaimana firman Allah subhanallah wa
ta'ala:
"Dan (pada hari kiamat) jelaslah bagi mereka dari Allah apa-apa
yang belum pernah mereka perkirakan. Dan jelaslah bagi mereka keburukan dari
apa-apa yang telah mereka kerjakan. (Az-Zumar: 47-48)
"Katakanlah, "Maukah kalian kami kabari tentang orang yang
paling merugi amalan mereka? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia usaha mereka
di dunia, sedangkan mereka menyangka telah mengerjakannya dengan sebaik-baiknya
(Al-Kahfi: 103).
2. Riya Kebalikan dari Ikhlas
Riya berasal dari kata rukyat yang
berarti melihat. Asal muasalnya adalah mencari kedudukan atau kemasyuran agar
hati orang -orang banyak terpengaruh lalu memujinya sebab telah banyak melihat
kebaikan yang ada pada dirinya.
Ada beberapa tingkatan riya:
1. Tingkatan
terberat adalah memamerkan keimanan sementara hatinya mendustai ucapannya.
2. Tingkatan berikutnya adalah orang
yang melakukan shalat karena terpaksa dan takut diejek orang lain.
3. Tingkatan ketiga adalah memamerkan
ibadah-ibadah sunah ketika berada didepan orang lain, padahal sebenarnya sangat
malas melakukannya bila sendirian.
4. Tingkatan keempat adalah
menyempurnkan sebuah amalan tetapi biasanya tidak demikian kalau tidak di muka
orang lain.
5. Tingkatan riya terakhir adalah
melakukan sesuatu yang sekalipun ditinggalkan juga tidak akan mengurangi segala
sesuatu yang berhubungan dengan amalannya.
Apa saja bahaya Riya’..?
Bahaya riya’ sangat banyak, beberapa di
antaranya:
1.Menghapus pahala amal
Orang yang riya’ pahala amalnya akan
sia-sia dan tidak bernilai. Sebagaimana orang yang bersedekah, tetapi hanya
mengharapkan pujian dari manusia sebagai orang yang dermawan.
2.Riya lebih berbahaya bagi manusia dari fitnah Dajjal.
Padahal fitnah dajjal merupakan fitnah
yang besar, dan setiap nabi memperingatkan umatnya akan bahaya Dajjal
Dari Abu Sa’id Al Khudri, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar Menemui kami dan kami
sedang mengingatkan akan (bahaya) Al Masih Ad Dajjal. Lantas beliau bersabda,
“Maukah
kukabarkan pada kalian apa yang lebih aku takutkan bagi kalian menurutku
dibanding dari fitnah Al Masih Ad Dajjal?” “Iya”, para sahabat berujar. Beliau
pun bersabda, “Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu
ia perbagus shalatnya agar dilihat orang lain.” (HR. Ibnu Majah. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa haditsnya hasan)
3. Riya’ –bentuk syirik kecil.
Dosanya lebih besar dibandingkan
dosa-dosa besar selain kesyirikan, sehingga pelakunya adalah orang yang pertama
kali dimasukkan ke neraka.
Berikut hadits yang menceritakan bahwa
orang yang berperang jihad karena riya’, menuntut ilmu dan mengajar agama
karena riya’, dan sadaqah karena riya’, mereka pertama kali masuk neraka.
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya manusia pertama yang
diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia
didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan
di dunia), lalu ia pun mengenalinya.
Allah Swt. bertanya kepadanya : ‘Amal
apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : “Aku
berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman
: “Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani.
Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian malaikat
diperintahkan agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu
dilemparkan ke dalam neraka.
Berikutnya orang (yang diadili) adalah
seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur`an. Ia
didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun
mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau
lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya, serta aku membaca Al Qur`an hanyalah karena Engkau.’ Allah
berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim
(yang berilmu) dan engkau membaca Al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang
qari’ (pembaca Al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang
dirimu).’ Kemudian malaikat diperintahkan agar menyeretnya di atas mukanya dan
melemparkannya ke dalam neraka.
Berikutnya
(yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam
harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah Swt.
bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia
menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang
Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’
Allah Swt. berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya
dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang
dirimu).’ Kemudian malaikat diperintahkan agar menyeretnya di atas mukanya dan
melemparkannya ke dalam neraka."
3. Apa yang perlu di perhatikan agar bisa IKHLAS..?
Ada banyak hal yang dapat dilakukan agar
bisa ikhlas, diantaranya:
1.Hendaklah tiap amalan yang dilakukan
semata-mata mengharap ridha Allah. Hilangkanlah perasaan bahwa kita telah
ikhlas melaksanakan suatu amalan karena hal ini dapat menjatuhkan kadar
keikhlasan kita dihadapan Allah subhanallah wa ta'ala.
2.Setiap akitaivitas harus sesuai dengan
tuntunan syariat. Hal ini merupakan rel dalam beramal atau beribadah. Sejauh
apapun kereta kita bergerak, kita tidak akan pernah sampai ke tujuan kita.
3. Senantiasa ber-muhasabah
(mengevaluasi diri). Apakah amalan-amalan yang dilakukan semata-mata hanya
mengharapkan ridho-Nya atau masih menempel kepentingan-kepentingan lain yang
menodai keikhlasan kita. Seringkali kita sulit untuk jujur terhadap diri
sendiri sehingga kita lebih cenderung membela diri daripada menyalahkan diri sendiri.
4.Senantiasa waspada terhadap tipu daya
setan yang senantiasa menjuruskan kita kepada sifat riya.
Kita harus menyadari bahwa setiap
ikhtiar yang kita lakukan dalam menggapai keikhlasan, syetan tidak akan tinggal
diam. Perbaharui niat dalam segala hal semata-mata untuk meraih ridho-Nya.
Mohonlah perlindungan dari Allah subhanallah wa ta'ala agar dijauhkan dari
godaan syetan.
5. Bertemanlah dengan orang-orang yang
ikhlas dan mengikuti cara hidup mereka serta giat menuntut ilmu
Begitu besar ganjaran sebuah keikhlasan
sampai Rasulullah tercinta mengatakan bahwa diterimanya amal anak adam sangat
ditentukan oleh niatnya. Dan saking bencinya syetan terhadap keikhlasan
hamba-Nya, dia selalu menggoda baik di awal, pertengahan maupun di akhir sebuah
amal atau ibadah.
Diawal ketika ingin beramal kita digoda
untuk berharap mendapatkan keuntungan lain selain dari Allah subhanallah wa
ta'ala.
Ketika tengah beramal kita digoda untuk
rajin berkeluh kesah dan...
Setelah selesai beramal kita dirayu agar
menceritakan amal tersebut pada orang lain.
Mari kita mulai dan selalu mentarbiyah
diri untuk menggapai derajat mukhlis, diantaranya dengan senantiasa menjaga dan
memperbaharui keikhlasan dalam niat kita,
Tentunya kedekatan kita pada Allah
Subhanallah Wa ta'ala adalah keniscayaan terjaganya keikhlasan kita
Wallahu A’lam Bishawab
TANYA JAWAB
Q : Bunda...bagaimana kita merasakan
kadar dari Ikhlas itu..?
A : Dimana kita ga merasa lagi atas apa
yang dikeluarkan...ga sebut-sebut ga ingin dipuji
Q : Ustzh, bagaimana usaha kita untuk menghindari
riya. Misalnya kita sudah ikhlas untuk berbuat suatu amalan, tetapi pas ada
orang lain yang memuji, hati ini berbunga juga, nah itu kan berarti sudah ngak
ikhlas lagi. Mohon pencerahannya unruk nenghilangkan sifat tsb
A : Iringi istighfar... karena disanalah
peluang syetan menggoda sangat besar... pertarungan dihati terasa
Q : Subhanalloh..ternyata ikhlas itu
sulit ya ustazdah. Bagaimana sekiranya ditengah perbuatan amal kita ada sedikit
terbesit seperti riya yang awalnya kita itu. Mau mengharapkan ridho Alloh. Apa yang
kita lakukan, sesegera mungkin utk menepis rasa itu ?
A : Itu tadi langsung istighfar...
perbaiki niatnya...
Q : Apakah boleh ikhlasnya
belakangan,kadang hati agak sedikit tidak rela memberikan sesuatu kpda orang
lain(karena terpaksa) tetapi ketika di sadarkan oleh seseorang atau ada yang
menasehati akhirnya kita bisa ikhlas juga,
A : Ikhlas itu diawal... ditengah dan
diakhir.. maka kitaika mngeluarkan sesuatu ga ikhlas maka kita ga dapat apa-apa...
hampa dan mngkin penyesalan. Jadi alangkah lebih baiknya bismilah ikhlaskan. Dan
biasanya ujian ga berhenti tuuh... sudah mulai ikhlas... eeh taunya menyesal...
Duuh kenapa juga saya kasi dia yaa
padahal saya lagi perlu juga inii. Intinya syetan ga akan berhenti sampai
disitu
Q : Ustdzh klo kita lagi marahin
anak..lalu kita sebut kebaikan kita sama anak kita..apakah itu termasuk kita
Riya??ato kita seperti orang yang tidak Ikhlas
A : Kembali ke niatnya mb.. karena
ikhlas itu masalah hati.. Dan ada baiknya ga diungkit sih
Q : Ikhlas luar biasa ya bunda bagi yang
sudah bisa menjalankannya. Namanya manusia memang susah sekali dengan banyaknya
godaan ini. Gimana bunda apakah Allah mau megampuni kita jika dimata Allah kita
tidak termasuk orang yang ikhlas
A : Allah sungguh Maha Pengampun bagi
hamba yang mau kembali padaNya. Intinya jangan rusak amal yang kita lakukan
dengan hal-hal yang Allah ga suka..Riya…Sombong…Ujub…Dll
Q : Kalo kiat ikhlas menghadapi takdir
Allah yang menurut kita kenapa ya,kenapa harus kita? Itu gimana bund untuk
menghilangkan pertanyaan “kenapa” difikiran itu..tetap berhusnudzhan kepada
allah..kok kayanya masih sulit..
A : Pertanyaan itu akan selalu ada... jadi
segera tepis banyak istighfar karena semua diluar nalar pikir kita... akan
lelah jika kita tanya kenapa... akan lebih baik itu menjadi bahan introspeksi
diri kita tuk lebih baik lagi
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment