Hari/Tgl: Senin, 09, 16 April 2018
Narsum: Bunda Yeni
Tema: Memahami Bahwa TakdirNya Selalu Baik/ Bahagia dengan QodhoNya
Admin: Sugi, Delia, Aini
Notulen: Laela
Editor: Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
Robbisrohlii shodrii.. wayassirlii amrii. Wahlul
uqdatan millisanii.. yafqohu qohulii
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ،
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛
Syukur Alhamdulillah. Allah SWT masih membiarkan nafas
ini berhembus dan darah mengalir dengan lancar menjalankan peran dan fungsi
masing-masing. Hingga tubuh ini masih merasakan indahnya islam, manisnya iman,
dan hangatnya ukhuwah.
Sholawat dan salam, mari sama-sama kita haturkan kepada
sang pembawa risalah kehidupan. Suri tauladan terbaik di dunia. Rosulullah
Muhammad SAW. Semoga beliau memberikan syafaatnya kelak di yaumil akhir. Aamiin
Perjalanan kehidupan manusia tidaklah selalu sesuai
diharapkan, terkadang seorang manusia harus melewati jalan terjal setelah
beberapa waktu menikmati jalan yang landai. Hari-harinya pun penuh warna,
terkadang gembira namun sewaktu-waktu ia dihampiri rasa sedih, duka dan
nestapa, inilah tabiat kehidupan. Tak ada yang dapat mengelak dari kenyataan
ini, Allah berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada
dalam susah payah.” (QS. Al-Balad: 4).
Di antara kesedihan yang banyak menimpa manusia adalah
kondisi dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkannya. Banyak
orang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik, ia mati-matian
mendapatkannya dan mengorbankan apapun yang ia miliki demi terwujudnya impian
itu. Tetapi tanpa disadari hal itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Ketika hal seperti ini terjadi, tak sedikit orang yang menyalahkan pihak lain,
bahkan Allah, Rabb yang mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya pun
tak luput untuk disalahkan.
Orang-orang seperti ini, hendaknya mengingat sebuah
firman Allah:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى
أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Ayat ini merupakan kaidah yang agung, kaidah yang
memiliki hubungan erat dengan salah satu prinsip keimanan, yaitu iman kepada
qadha dan qadar. Musibah-musibah yang menimpa manusia semuanya telah dicatat
oleh Allah lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
Meletakkan ayat di atas sebagai pedoman hidup akan membuat hati ini tenang,
nyaman dan jauh dari keresahan. Andai kita mau kembali melihat
lembaran-lembaran sejarah di dalam Al-Qur’an, membuka mata untuk mengamati
realita yang ada, niscaya kita akan menemukan pelajaran-pelajaran dan bukti
yang sangat banyak.
Segala sesuatu yang terjadi pada seorang muslim dan
hal tersebut tidak sesuai dari apa yang diharapkannya adalah salah satu bentuk
kasih sayang-Nya. Ujian itu hadir dengan tujuan menuntut mereka menuju
kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya. Jangan buru-buru mencela
musibah yang Allah berikan, yakinlah ketetapan Allah adalah yang terbaik.
Allah juga berfirman:
فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ
خَيْرًا كَثِيرًا
“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’:
19).
Wallahu A’lam.
Lalu bagaimana tipsnya menghadapi Qadha Nya
Di dalam kitab Al-Fawaid, Imam Ibnul Qoyyim
rahimahullah bertutur
إذا جرى على العبد مقدور يكرهه فله فيه ستّة مشاهد
Jika sebuah takdir yang buruk menimpa seorang hamba,
maka ia memiliki enam sikap dan sisi pandang:
الأوّل: مشهد التوحيد، وأن الله هو الذي قدّره وشاءه وخلقه،
وما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن
Pertama: Pandangan (kaca mata) Tauhid. Bahwa Allahlah yang menakdirkan, menghendaki dan menciptakan kejadian
tersebut. Segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki
tidak akan terjadi.
Dengan demikian, setiap kali seorang hamba tertimpa
musibah, ia menghadapinya dengan lapang dada dan menggantungkan harapan hatinya
semata-mata kepada Sang Pengaturnya agar ia
mendapatkan jalan keluar dan mampu bersabar dalam menghadapinya dengan
mengharapkan pahala dari-Nya.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah melanjutkan
الثاني: مشهد العدل، وأنه ماض فيه حكمه، عدل فيه قضاؤه
Kedua: Kacamata keadilan. Bahwa dalam kejadian tersebut berlaku hukum-Nya dan adil ketentuan
takdir-Nya.
Setiap peristiwa yang ditakdirkan terjadi pada diri
seorang hamba pastilah Allah selalu adil dan tidak pernah zalim kepadanya,
karena Allah menentukan takdir bagi seorang hamba selalu sesuai dengan tuntutan
hikmah-Nya dan sesuai dengan ilmu-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِᄉ
“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya
hamba-hamba-Nya” (Fushshilat:46).
Bukankah setiap musibah yang ditakdirkan menimpa kita
karena akibat dosa kita?
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (Asy-Syuuraa:
30).
Kemudian Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
الثالث: مشهد الرحمة،وأن رحمته في هذا المقدور غالبة لغضبه
وانتقامه، ورحمته حشوه
Ketiga: Kacamata kasih sayang. Bahwa rahmat-Nya dalam peristiwa pahit tersebut mengalahkan kemurkaan
dan siksaan-Nya yang keras, serta rahmat-Nya memenuhinya.
Tidaklah Allah menakdirkan atas diri seorang mukmin
sebuah peristiwa yang pahit, kecuali didasari kasih sayang-Nya kepada hamba
tersebut. Dan kasih sayang-Nya mengalahkan murka-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” (Al-A’raaf:156).
Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah berfirman,
إن رحمتي سبقت غضبي
“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku” (HR. Bukhari dan Muslim) .
Selanjutnya, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah bertutur
الرابع: مشهد الحكمة، وأن حكمته سبحانه اقتضت ذلك، لم يقدّره
سدى ولا قضاه عبثا
Keempat: Kacamata hikmah. Hikmah-Nya Subhanahu menuntut menakdirkan kejadian itu, tidaklah Dia
menakdirkan begitu saja tanpa tujuan dan tidaklah pula Dia memutuskan suatu
ketentuan takdir dengan tanpa hikmah.
Hikmah pentakdiran pastilah ada. Namun hikmah tersebut
terkadang kita tahu, namun terkadang pula kita tidak tahu. Namun, ketidaktahuan
kita terhadap suatu hikmah dari kejadian tertentu , tidaklah menghalangi kita
berbaik sangka kepada Allah Ta’ala. Bahwa dengan hikmah Allah, Allah memutuskan
suatu takdir. Jadi, kita meyakini bahwa Allah Ta’ala Maha Bijaksana dalam
menetapkan takdir-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ
إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminuun: 115).
Allah Ta’ala juga berfirman,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan
begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (Al-Qiyaamah:
36).
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah bertutur:
الخامس: مشهد الحمد، وأن له سبحانه الحمد التام على ذلك من
جميع وجوهه
Kelima: Kacamata pujian. Bahwa Dia Subhanahu terpuji dengan pujian sempurna atas penakdiran
kejadian tersebut, dari segala sisi.
Allah terpuji dari segala sisi, terpuji dzat, nama,
sifat maupun perbuatan-Nya, termasuk terpuji saat menakdirkan suatu takdir yang
pahit, karena semua itu berdasarkan ilmu dan tuntutan hikmah-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ
فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Do’a mereka di dalamnya ialah subhanakallahumma dan
salam penghormatan mereka ialah salam. Dan penutup doa mereka ialah segala puji
hanya bagi Allah Rabb semesta alam.” (Yuunus: 10).
Terakhir, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah Menjelaskan
السادس: مشهد العبوديّة، وأنه عبد محض من كل وجه تجري عليه
أحكام سيّده وأقضيته بحكم كونه ملكه وعبده، فيصرفه تحت أحكامه القدريّة كما يصرفه تحت
أحكامه الدينيّة, فهو محل لجريان هذه الأحكام عليه
Keenam: Kacamata peribadatan. Bahwa orang yang menjalani takdir yang buruk itu adalah sekedar hamba
semata dari segala sisi, maka berlaku atasnya hukum-hukum Sang Pemiliknya, dan
berlaku pula takdir-Nya atasnya sebagai milik dan hamba-Nya, maka Dia mengaturnya
di bawah hukum takdir-Nya sebagaimana mengaturnya pula di bawah hukum
Syar’i-Nya. Jadi, orang tersebut merupakan hamba yang berlaku atasnya
hukum-hukum ini semuanya.
Sebagai seorang mukmin yang meyakini bahwa ia hanyalah
milik Allah dan hamba-Nya, maka ia sadar dan mengakui kepemilikan Allah atas
dirinya sehingga Dia berhak mengaturnya dengan bentuk pengaturan bagaimanapun
juga, semua terserah Dia, Sang Pemilik alam semesta, maka ia ridha dengan
pengaturan Rabbnya tersebut dan benar-benar menghamba kepada-Nya saja.
Seorang mukmin juga sadar bahwa dalam keadaan
bagaimanapun juga, sebagai seorang hamba, ia tetap tertuntut untuk
mempersembahkan peribadatan dan penghambaan kepada Sang Pemiliknya, yaitu Allah
‘Azza wa Jalla. Sebagaimana dalam keadaan senang dan lapang, ada tuntutan
peribadatan atasnya, maka begitu juga dalam keadaan susah dan tertimpa musibah,
ada tuntutan peribadatan atasnya pula. Ia adalah hamba Allah, baik dalam
keadaan sedih maupun senang.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي
الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا
“Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali
akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba” (Maryam: 93).
Allah Ta’ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ
هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan” (Al-Furqaan: 63).
==========
TANYA JAWAB
TJ - G4
TJ - G4
Tanya: afwan ijin bertanya ustadzah, jika kita tertimpa suatu ujian krn Allah
tau kita bisa, kita mampu menjalani, rasa berat menjalani dan harus dihadapi
sendiri seperti menguras energi tenaga dan pikiran kita. Bagaimana cara
mengazzamkan hati agar yakin bahwa Allah pasti memberikan kemudahan sesudah
kesulitan itu? afwan jiddan saya yang fakir ilmu ini ustadzah.
Jawab: Badai pasti berlalu mbak, yakini itu. Allah tidak akan membiarkan kita
berlama-lama dengan ujian, kembali pada baik sangka kita ke Allah. Allah yang
paham kita layak lolos atau tidak, kadangkala lama ujian diberikan Allah hanya
ingin membuktikan sejauh mana hambaNya perlu ama Allah, sejauh mana hamba Nya
cinta pada Allah.
Hanya kita dan Allah yang Tahu. Soal sulit atau tidak
itu kembali ke soal bagaimana merasa dan mesikapi.
Tanya: Bolehkan ustadzah kita mengadu, menangis dan berkeluh kesah dengan Allah?
Jawab: Dan itulah yang Allah suka, kembali padaNya. Hidup tanpa ujian layaknya
sayur tanpa garam dan gula. Letak penikmat hidup itu di ujian
Tanya: Ijin bertanya ustadzah. Wajarkah jika dalam berumahtangga ada saat
merasa bosan dan jenuh? Apakah bosan dan jenuh itu termasuk cobaan? Kiat-kiat
apa sajakah agar bisa melalui bosan dan kejenuhan agar tidak berkepanjangan?
Jawab: Wajar mbak, asal tidak berkepanjangan, makanya kudu tiap hari membangun
cinta bersama pasangan. Ciptakan selalu moment kebersamaan dengan pasangan, jika
berjauhan karena jarak pekerjaan maka kuatkan komunikasi, saling menanyakan
kabar, nyatakan perasaan walaupun kadang menurut kita tidak perlu tapi itulah
letak pentingnya.
Tanya: Afwan ustadzah, adakah doa yang bisa kita amalkan agar kita tetap bisa
menjaga kesabaran dan keikhlasan kita saat menghadapi cobaan yang rasanya tak
ada henti-hentinya selalu saja datang silih berganti?
Jawab: “Robbanaa Afrigh Alainaa Shobron, wa Tsabbit Aqdaamanaa, wanshurnaa
‘Alal Qoumil Kaafiriin.”Artinya: “Ya Tuhan, limpahkan
kesabaran pada hati dan diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah
kami dari orang-orang kafir.”
اَللَّهُمَّ لا سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَ
أَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Allaahumma Laa Sahla Illaa Maa Ja’altahu Sahlaa Wa
Anta Taj’alul Hazna Idza Syi’ta Sahlaa
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau
jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan
menjadi kemudahan.”
Jadikan sholat dan sabar sebagai obat menghadapi ujian
*********
TJ - G3
TJ - G3
Tanya: Alhamdulillah lengkap materinya, tapi saya masih bingung dan saya mau
tanya ustadzah. Mohon dijelaskan apa beda qada dan qodar, dan bagaimana contohnya
ustadzah?
Jawab: Qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan,
perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah,
qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang
segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah
(kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.
Qadar: Nya Perwujudan dari ketetapan (qada) Allah terhadap semua yang
berkenaan dengan mahkluk-Nya yang sudah ada sejak zaman azali
Tanya: Tanya ya Ustadzah: ada orang dalam hidupnya selalu saja ditimpa
masalah-masalah. Entah karena anak-anaknya, kesehatannya, ataupun ekonominya.
Padahal ibadah mereka juga rajin dan tekun, juga suka bersedekah. Dari muda
hingga masa tua hidupnya terlihat menderita terus. Yang begitu apa masih bisa
disebut ujian juga? Katanya hidup itu berputar, tapi jika posisi mereka berada
di bawah terus, apa iya itu masih juga ujian? Wajar gak sih kalo saya
melihatnya lebih kepada 'sebagai hukuman'? Mohon pencerahannya, Ustadzah.
Terimakasih.
Jawab: Buruk menurut kita belum tentu disisi Allah. Banyak sebab kenapa ujian
masih menimpa diri kita. Allah tunda do'a-do’a kita karena Allah Maha Tahu apa
yang terbaik untuk hambaNya. Ujian itu tanda Allah cinta, bisa jadi Allah
bahagiakan kelak di akherat jika kita sabar. Tugas kita hanya jalani, ikhtiar,
perbanyak baik sangka, karena Allah sesuai sangka hambaNya.
Apapun yang diberikan kepada kita itu pasti yang
terbaik, hanya saja kita mau syukuri atau banyak ngeluh. Jadikan ujian bahan
introspeksi diri, makin banyak khilaf dan salah yang Allah ingin hapus di dunia
agar kelak di akherat bersih menghadapNya.
Tanya: Ijin bertanya ustadzah. Kalah seorang hamba berakhir hidupnya dalam
keadaan su'ulhotimah (bunuh diri) apakah itu juga merupakan ketentuan Allah yang
sudah dicatat di lauhulmahfud, kalau memang demikian dimanakah letak adilnya
Allah yang seharusnya manusia semua masuk surge? Mohon penjelasannya.
Jawab: Allah berikan 2 jalan dalam kehidupan kita, jalan kefasikan jalan kebenaran,
kita mau pilih mana. Yang pasti bunuh diri jika sudah terjadi itu qadarullah
tapi pilihan sebelum itu ada di tangan manusia. Allah karuniakan akal hati untuk
memilih yang baik untuk hidup. Syurga neraka itu pilihan kita. Karena Allah sudah
anugerahkan akal hati serta indra kepada kita. Gunakan itu sebagai wasilah
menuju surga-Nya dan menjauhi neraka-Nya.
Tanya: Ijin bertanya ustadzah, saya pernah baca ketentuan Allah itu bisa diubah
dengan doa, mohon penjelasannya ustadzah, ketentuan Allah yang bagaimana yang
bisa diubah?
Jawab: Yup betul, selama belum terjadi mbak, jika sudah terjadi maka tugas kita
jalani dengan syukur dan baik sangka. Tentang rizki, usia masih bisa. Di zaman
tabi'in, pernah Allah perintahkan untuk mencabut nyawanya namun Allah
perpanjang karena orang tersebut rajin bersilaturrahmi, sedekah, dan lain-lain.
Ada juga vonis dokter bagi cancer, bahwa lama hidup tersisa
3 bulan, namun Qadarullah usianya lebih panjang dari ketetapan. Tapi kalau sudah
wafat maka kan tidak bisa dihidupkan kembali sebesar apapun ikhtiar
membangunkan kita. Allahu'alam
Tanya: Assalamualaikum ustadzah, bertanya ustadzah. Apakah sesuatu yang buruk/tidak
menyenangkan bisa terjadi karena kesalahan kita atau seperti awam mengatakan
itu sebagai hukum karma (afwan adakah ya hukum karma)?
Jawab: Apapun yang terjadi hendaknya menjadi introspeksi diri kita, jangan
menjudge ke Allah, “kok Allah tega yaa.. ga tau apa kita lagi butuh?!”. Banyakin
istighfar, ujian yang menimpa diri itu karena kesalahan yang kita buat,
lingkungan itu hanya pemicu. Hukum karma itu ga ada sebenarnya, namun Allah
ingin mengajari kita tentang hidup maka akan diberikan ujian pada kita. Misal
kita suka bentak ke orangtua kita, maka bisa jadi kelak ketika kita punya
keturunan Allah ingin ajarkan diberikan keturunan yang bentak-bentak kita. Lagi-lagi
itu pembelajaran, tarbiyah dari Allah.
=================
Kita
tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب
إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment