Kajian Online Hamba Allah G3 Ummi
Hari/tgl: Jum'at 13 April 2018
Materi: Memahami Jalan Lurus, Sesat dan Dimurkai
NaraSumber: Ustadz Syahrowi
Waktu: 16.00 – selesai
Editor: Sapta
============================
Assalamu'alaykum wr wb, segala puji Allah atas
karuniaNya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah bagi Rasulullah SAW, keluarga
dan sahabatnya.
InsyaAllah materi kita sore ini adalah "Memahami
Jalan Lurus, Sesat dan Dimurkai"
Sangat nyaman rasanya saat berkendaraan di jalan yang
lurus, ditambah dengan jalannya yang mulus dan lebar tanpa cabang-cabang jalan,
memungkinkan kita cepat sampai di tujuan.
Dalam kondisi ini, pengendara
biasanya akan mengemudikan kendaraannya 'cukup kencang' dibanding saat jalanan
menikung dan berbelok-belok, apalagi jalanan bercabang.
Jalan yang lurus adalah sebuah impian, jalan yang
dinanti setiap orang kemanapun ia pergi. Jalan yang lurus juga sebuah harapan
untuk meraih tujuan dan cita-cita. Hal yang tidak mungkin diraih jika jalan
tersebut jalan sesat dan 'penuh' dengan laknat (dimurkai).
Sebagai seorang mukmin, istilah jalan yang lurus
dimaknai yaitu agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridhai oleh
Allah Swt buat hamba-Nya. Bahwa tidak ada jalan-jalan lain yang diridhai Allah
selain Islam, sedang yang lain itu sesat dan dimurkai. Terkesan subjektif
memang, tetapi tidak apa-apa karena
memang itu salah satu rukun iman dan konsekuensi logis konsep tauhid.
Di belantara dunia, Islam telah mengajarkan umatnya
untuk memohon kepada Allah agar selalu ditunjuki kepada yang lurus. Allah
Ta'ala berfirman:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus" (QS. 1: 6)
Doa ini minimal dibaca 17 kali sehari, itu yang wajib,
belum lagi jika ditambah dengan dzikir dan sholat sunnah. Doa agar ditunjuki jalan
yang lurus, karena di dunia ini banyak 'jalan-jalan' yg menyimpang dari Islam,
penyimpangan akidah dan kemusyrikan.
Jalan yang lurus adalah jalan jalan orang-orang yang
telah dianugerahkan nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang
sesat. Siapa mereka? Mereka adalah ahli
hidayah, istiqamah, dan taat kepada
Allah serta Rasul-Nya, dengan cara mengerjakan semua yang diperintahkan-Nya dan
menjauhi semua yang dilarang-Nya. Bukan jalan orang-orang yang dimurkai. Mereka
adalah orang-orang yang telah rusak kehendaknya; mereka mengetahui perkara yang
hak, tetapi menyimpang darinya. Bukan pula jalan orang yang sesat. mereka
adalah orang-orang yang tidak memiliki ilmu agama yang pada akhirnya mereka
bergelimang dalam kesesatan. tanpa mendapatkan hidayah kepada jalan yang hak
(benar).
Allah Ta'ala berfirman :
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
pula (jalan) mereka yang sesat. (QS. 1 : 7)
Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa dua
jalan yang sesat dan dimurkai itu adalah jalan yang ditempuh oleh orang-orang
Yahudi dan oleh orang-orang Nasrani. Orang Yahudi disebut dimurkai, sebagaimana firman Allah :
مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ
yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah. (QS 5: 60).
Sedang orang Nasrani disebut orang tersesat. Firman Allah:
قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيراً وَضَلُّوا
عَنْ سَواءِ السَّبِيلِ
"Mereka telah sesat sebelum (kedatangan Muhammad)
dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari
jalan yang lurus." (QS 5: 77).
Nasrani menapaki jalan yang sesat karena menempuh
jalan tanpa ilmu, aqidahnya bertentangan
dgn konsep tauhid. Sedang Yahudi menapakai jalan yang dimurkai karena mereka
menjadi makhluk yg dilaknat, menentang
dan membunuh para nabi.
Semoga Allah menjaga aqidah kita, agar tidak tersesat
dan juga tidak menjadi bagian yang Allah murkai. Kita ingin jalan yang lurus
untuk meraih ridhoNya, surgaNya dan perjumpaan denganNya. Amin
@KRL, 9 April 2018, pukul 18.45 wib
==========
TANYA JAWAB
Tanya: ana pak ustadz bertanya, sewaktu membaca dalam sholat ana sering berdoa
dalam hati sebelum sampai pada ayat tersebut, agar Allah memberikan kemudahan
atas permasalahan yang ana hadapi, dalam arti berhenti sejenak. Pertanyaannya
boleh kah yang ana lakukan.
Jawab: doa hanya dibolehkan dalam sujud terakhir, jangan terbuai suasana,
fokus saja untuk khusyu, merenungi setiap bacaan.
Tanya: Ijin bertanya, terkadang kita sudah menuju jalan yang lurus dan menjauhi
perintahnya. Semisal kita sudah berkata dan berbuat jujur tapi tidak ada yang
percaya, tapi kenapa justru orang yang suka menyesatkan / fitnah lebih
dipercaya orang dari pada yang berkata jujur. Banyak orang yang suka memutar
balikkan fakta demi kebaikannya sendiri, tapi mengkambing hitamkan orang yang tidak
bersalah. Jadi orang yang tidak tahu apa-apa jadi omongan tetangga. Bagaimana menyikapi?
Jawab: ini arahnya kemanakah? ghibah ya? yaa, sebaiknya kita bisa menjaga diri
dari ghibah, karena sesungguhnya kita sedang memakan bangkai saudara kita. Jika
kita di ghibah, berdoa saja, supaya Allah menolong kita atas berita yang tidak
benar itu. Jika harus memberi klarifikasi,
boleh juga, demi kebaikan
semuanya.
Tanya: Tahu salah itu ustad tapi kenapa diulang lagi perbuatan salah itu, sudah
menghindar untuk tidak berbuat tapi saya lupa saja, ya misal ghibah, berkhalwat,
kadang suka tabaruj, gitu ustad, bagaimana ya?
Jawab: manusia sering lupa, karena memang sifat itu ada. Cuma perlu di
kontrol, karena lupa itu bisa jadi dari setan. Supaya tidak sering lupa, sering-sering
baca qur'an. Biasanya otak tambah cerdas, dan banyak ingatnya.
Tanya: Assalamualaikum, ijin bertanya, bagaimana caranya agar terhindar dari
membuka aib jika itu buruk dan terhindar dari riya jika itu baik, ketika
mencontohkan pengalaman diri sebagai untuk ambil hikmahnya dari kejadian
tersebut?
Jawab: wa'alaykumussalam wr wb, sebenarnya semua tergantung niatnya, yang penting tidak ada niat untuk ghibah dan
riya. Sesungguhnya Allah Maha segala mengetahui rahasia hati.
Tanya: Assalamu'alaikum. Afwan izin bertanya, agak melenceng dari tema. Ustadz,
apakah bedanya kita bermanfaat bagi orang-orang dan dimanfaatkan orang-orang. Perbedaannya
akan diketahui dalam segi apakah?
Jawab: Wa'alaykumussala wr wb, kalau bermanfaat buat orang jelas ya, ia
memberi sesuatu pada orang lain, karena inisiatifnya, untuk dapat pahala. Apapun itu, baik dalam bentuk jasa atau
materi. Sedang kalau dimanfaatkan berarti dia disuruh orang, tidak ikhlas karena Allah dan dia lakukan itu
atas krn orang lain. Bukan karena Allah.
Tanya: Bagaimana kalau justru orang yang ghibah itu bisa ngaji, rajin sholat, rajin
puasa, tapi sering menjelek-jelekan orang, terutama saudara sendiri, justru
sama orang lain baik. Bagaimana menyikapinya ustadz?
Jawab: ghibah itu dosa, kalau dia lakukan berarti dia rugi karena semua
pahalanya buat yang di ghibah. Jadi ya
orang shalih, rajin ibadah tidak boleh ghibah, hilang pahalanya, pindah ke
orang lain
Tanya: Ustadz, sadar dan menghindar tapi godaanya gimana ya kadang alhamdulillah
berhasil ngindar, selain baca quran kiat apa lagi ya biar bisa tak berbuat
maksiat?
Jawab: banyak puasa, sholat sunnah, qiyamullail, dan berinfaq
Tanya: Ijin bertanya ustadz. Apakah termasuk ghibah bila menjelaskan keadaan
orang lain bila ada yang bertanya tentang bagaimana orang lain itu?
Jawab: ceritakan yang baik-baik saja, kalau menceritakan aibnya, berarti mengghibahnya.
Wallaahu 'alam bishshowab
=================
Kita
tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب
إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment