Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Selasa, 1 Desember 2015
Narasumber : Ustadzah
Gita
Rekapan Grup Nanda M104
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
AHAMIYATU SYAHADATAIN
Syahadatain
(pernyataan dua kalimat syahadat) memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
ajaran Islam. Ia adalah rukun yang pertama yang menjadi pintu gerbang Islam.
Syahadatain juga merupakan intisari ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar
perubahan individu dan masyarakat. Ia adalah hakikat dakwah para Rasul yang mengandung
keutamaan-keutamaan yang agung.
Madkhalun Ilal Islam (Pintu gerbang masuk
ke dalam Islam)
Seseorang diakui
sebagai seorang muslim diantaranya jika memenuhi tiga syarat berikut :
1. Mengakui rububiyyah
Allah
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”. (QS. Al-A’raf, 7: 172)
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”. (QS. Al-A’raf, 7: 172)
Jadi secara fitrah,
manusia pasti mengakui Allah adalah Sang Pencipta, Pemelihara dan Pemilik alam
semesta. Tidak ada yang mengingkari Dia sebagai Rabb kecuali para penganut
faham materialis-atheis. Bahkan kaum musyrikin sekalipun mengakui
rububiyyah Allah ini, seperti telah diungkapkan Al-Qur’an dalam beberapa ayat
berikut:
“Dan jika engkau
bertanya kepada mereka, ‘Siapa yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan
matahari dan bulan?’ pasti mereka akan menjawab, ‘Allah’. Maka mengapa mereka
bisa dipalingkan (dari kebenaran)” (QS. Al-Ankabut, 29: 61)
“Dan jika kamu
bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan
(air) itu dihidupkannya bumi yang sudah mati?’ Pasti mereka akan menjawab,
‘Allah’ Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah,’ Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengerti” (QS. Al-Ankabut, 29: 63)
“Katakanlah
(Muhammad), ‘Milik siapakah bumi, dan semua yang ada di dalamnya, jika kamu
mengetahui?’ Mereka akan menjawab, “Milik Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kamu
tidak ingat?’ Katakanlah, ‘Siapakah Tuhan Yang memiliki langit yang tujuh dan
yang memiliki Arsy yang agung?’ Mereka akan menjawab, ‘(Milik) Allah.’
Katakanlah, ‘Maka mengapa kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah, ‘Siapa yang
ditangan-Nya berada kekuasaan segala sesuatu. Dia melindungi, dan tidak ada
yang dapat dilindungi (dari azabnya), jika kamu mengetahui?’ Mereka akan
menjawab, ‘(Milik) Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian) maka bagimana sampai
kamu tertipu?” (QS. Al-Mu’minun, 23: 84-89).
2. Mengakui uluhiyyah
Allah dan Risalah Muhammad saw :
Akan tetapi pengakuan
akan rububiyyah Allah ini tidak otomatis menghantarkan mereka menjadi seorang
muslim, kecuali menyempurnakannya dengan mengakui uluhiyyah Allah ta’ala dan
mengakui Risalah Muhammad saw: Laa ilaaha illallaah
Muhammadurrasulullah,jelaslah bagi kita pentingnya syahadatain: ia adalah
kalimat pengakuan akan uluhiyyah Allah ta’ala dan juga pengakuan akan kebenaran
risalah Muhammad saw. Dengan kalimat inilah seseorang akan diakui
sebagai seorang muslim. Inilah makna madkhalun ilal Islam.
Khulaashatu
ta’aaliimil Islam (Intisari Ajaran Islam)
Intisari ajaran Islam
itu ada dua:
(1) Ajaran
untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya. Hal
ini ditegaskan dalam QS. Al-Bayyinah:
“Padahal mereka
hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena
(menjalankan) agama…” (QS. 98: 5)
Ini adalah ajaran Islam
di setiap zaman. Tidak ada seorang rasul pun yang diutus ke muka bumi, kecuali
membawa ajaran ini:
“Dan Kami tidak
mengutus seorang rasul pun sebelum Engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan
kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka
sembahlah Aku”. (QS. 21: 25)
(2) Beribadah
berlandaskan manhaj-Nya, yakni dengan cara mengikuti contoh teladan Nabi
Muhammad saw (ittiba):
“Sungguh telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang-orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah” (QS. 33: 21)
“Dan tidaklah
pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi
mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,
maka sungguh dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata”. (QS. 33: 36)
“Katakanlah
Muhammad: ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan
mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun, Maha Penyanyang”. (QS. 3:
31)
Dua point intisari
ajaran Islam ini terkandung dalam syahadatain,Laa Ilaaha illa-llah
Muhammadur-rasulullah.
Jadi, segala bentuk
peribadatan—yang dilakukan oleh seorang muslim
secara fardhiyyan (individu) maupun
secara jama’iyyan (kolektif)—sesungguhnya bermuara kepada
syahadatain ini; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, penegakan hukum, tazkiyatu
nafs, dakwah, akhlakul karimah, dan lain sebagainya, adalah implementasi syahadatain.
Semuanya itu merupakan konsekwensi amaliyah dari persaksian manusia di hadapan
Allah ta’ala. Karena itulah syahadatain disebut sebagai intisari ajaran
Islam, khulashatu ta’aalimil Islam.
Asasul Inqilab (Dasar-dasar Perubahan
Total)
Syahadatain penting
karena ia adalah asas perubahan total: individu dan masyarakat. Mari buka
lembaran sejarah para sahabat mulia: Umar bin Khattab, Mush’ab bin Umair,
Salman Al-Farisi, Saad bin Abi Waqash, dan yang lainnya; Apakah kiranya yang
membuat performa, akal, hati, aktivitas, pemikiran dan aqidah mereka berubah
total?
Selanjutnya
renungkanlah keadaan bangsa Arab dahulu kala sebelum datangnya cahaya Islam;
kebanyakan mereka terlilit kebodohan, kehinaan, kefakiran dan perpecahan.
Mereka bukanlah bangsa yang diperhitungkan; tapi tiba-tiba berubah dengan
dahsyat menjadi bangsa yang memiliki pengetahuan, izzah, kekayaan dan rasa
persaudaraan yang kokoh, sehingga mampu menggetarkan para pemimpin tirani;
Apakah kiranya yang membuat semua itu terjadi?
Tiada lain jawabannya,
karena cahaya Islam yang menggelora dalam dada mereka senantiasa hidup dibakar
kalimat agung yang kokoh,Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasulullah!
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri…” (QS. 13: 11)
Haqiqotu da’wati
Rasuli (Hakikat Dakwah Rasul)
Syahadatain penting
karena ia adalah hakikat dakwah Rasulullah saw, simaklah ayat berikut ini:
Katakanlah: “Hai
manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah
dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat
petunjuk”.(QS. 7: 158)
Bahkan ia pun adalah
hakikat dakwah para rasul terdahulu:
“Dan sungguh,
kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan),
‘Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut’…” (QS. 16: 36)
“Dan kami tidak
mengutus seorang rasul pun sebelum kamu (Muhammad), melainkan Kami wahyukan,
bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku”.
(QS. 21: 25).
Oleh karena itu wajib
bagi setiap muslim untuk memahami, mengamalkan, dan mendakwahkannya kepada
segenap umat manusia di muka bumi ini.
“Dan kami tidak
mengutus Engkau (Muhammad) melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (QS. 34: 28)
Fadhaailun ‘adhziimah (Keutamaan yang
Besar)
Syahadatain itu
penting karena mengandung keutamaan yang besar. Ali Juraisyah menyatakan
bahwa dengan mengucapkan kalimat syahadat seseorang akan mendapatkan dua
keuntungan, yaitu keuntungan duniawi dan keuntungan ukhrawi [1].
Keuntungan di dunia
adalah ia diakui sebagai seorang muslim, darah dan hartanya terlindungi.
Rasulullah bersabda,
“Aku diperintahkan
untuk memerangi orang, hingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
dan mereka beriman kepadaku dengan apa yang aku bawa. Siapa yang mengucapkan
‘laa ilaaha illallaah’, maka dirinya dan hartanya terlindung dariku, kecuali
dengan haknya, dan perhitungan selanjutnya terserah kepada Allah” [2].
Sepatah kalimat saja
sudah cukup untuk melindungi darah dan harta seseorang, dan sekaligus
memasukkannya ke dalam diinul Islam. Kita tidak diperintahkan untuk membedah
dada seseorang untuk mengetahui isi hatinya,
“Aku tidak
diperintahkan untuk melubangi kalbu orang dan membelah dada
mereka.” [3]
Oleh karena itu Nabi
pernah menegur Usamah bin Zaid cukup keras karena telah membunuh seseorang
dalam peperangan, padahal orang tersebut telah mengucapkan laa ilaaha
illallah. Nabi tidak menerima alasan Usamah yang menyatakan bahwa orang
tersebut mengucapkan laa ilaaha illallah hanya karena ingin
menyelamatkan diri, bukan karena keimanan.[4]
Adapun keuntungan
akhiratnya—lanjut Ali Juraisyah—ialah bahwa seseorang yang mengucapkan kalimat
syahadat akan dikeluarkan dari neraka, asalkan ucapannya itu didukung oleh
keimanan meskipun hanya sebesar debu! Artinya dengan syahadat ia akan
terselamatkan dari mendekam selama-lamanya di dalam neraka. Hal ini ditegaskan
oleh Nabi saw,
“Akan keluar dari api
neraka siapa yang pernah mengucapkan laa ilaaha illallaah, sedang di dalam
kalbunya terdapat kebaikan meskipun hanya seberat syairah (jawawut), kemudian
akan keluar dari Mb api neraka siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah,
sedang dalam kalbunya terdapat kebaikan meskipun hanya seberat burrah (gandum),
kemudian akan keluar dari api neraka siapa yang mengucapkan laa ilaaha
illallaah, sedang dalam kalbunya terdapat kebaikan meskipun hanya seberat
zarrah (debu).” [5]
Wallahu a’lam
[1] Al-Iimanul
Haq, Beriman Yang Benar, Gema Insani Press, hal. 25
[2] HR. Muslim,
Ahmad, Abu Daud dan An-Nasa’i.
[3] HR. Muslim
[4] Hadits
Muttafaqun ‘alaih, riwayat Abu Hurairah
[5] HR. Bukhari
TANYA JAWAB
Q
: Syadatain memiliki peran yang sangat penting dalam islam karena ia adalah
pintu gerbang islam.. nah bagaimana dengan para artis yang non muslim mengucapkan
kalimat syahadat ketika dalam perannya mengharuskan mengucapknnya smpai ada
yang menghafal 1-5 ayat beserta artinya..terus saya juga punya teman non muslim
karena sering mendengarkan kami yang muslim mengucapkn basmallah n
hamdallah terkadang mereka mengucapkan
juga.. Bagaimanakah sesungguhnya dalam islam menyikapi hal tersebut..mohon
penjelasannya.. Jazakillah..
A
: Nanda. Itulah yang terjadi dalam kehidupan kita sekarang. Agama yang suci
menjadi suatu hal yang basa-basi. Pengucapan syahadat yang dilakukan oleh
mereka hanya dalam rangka akting. Bukan oleh landasan keimanan. Jadi secara
status mereka tetap bukan seorang muslim. Mereka mengucapkannya boleh-boleh
saja asal bukan untuk melecehkan atau menghina Islam. Dan kita berdoa dengan
membaca ayat suci walau pelan dan kalimat-kalimat toyyibah, hal tsb dapat
memberikan hidayah bagi mereka. Semoga...
Q
: Bunda, kan zaman sekarang masih ada aja nih orang yang percaya sama
pengobatan alternatif yang dibantu syaiton alias dukun. Apakah syahadatnya
seseorang muslim yang masih mempercayai dukun akan tetap merasakan kenikmatan
syurga?
A
: Nanda kusayang. Menjadi fenomena sekarang seorang mengaku muslim tetapi
ketika memiliki masalah mereka meminta perolongan paranormal atau dukun. Yang
sering kali melakukan praktik yang menyimpang. Hingga sering masuk pada wilayah
syirik. Tentu saja hal ini jatuh pada dosa. Tentu akan mendapat hisab. Hanya
saja bagi seorang muslim ketika masih ada secercah keimanan dalam dirinya dan
setelah habis hisabnya (neraka). Dia akan dimasukan kedalam syurga. Itulah
kelebihan seorang muslim dari mereka yang kafir..
Q
: Menyambung pertanyaan no 2 bun, bagaimana kalau orang tua kita yang masih
percaya dengan adat istiadat dari kampung halaman bun? Padahal sudah tau kalau
tidak ada di ajaran Islam tetapi karena sudah turun temurun jadi tetap dipegang
A
: Ya Ananda hal ini yang menjadi tugas kita karena masyarakat kita termasuk
orang tua atau orang terdekat kita seringkali lebih takut dengan hukum adat
ketimbang hukum agama dikarenakan khawatir akan cemoohan masyarakat ketika
tidak melaksanakan. Kita berusaha dengan bijak untuk menjelaskan atau melarang
jika memang jelas melanggar syariat. Jangan sampai menimbulkan tafarruk atau
perpecahan. Namun jika adat itu tidak bertentangan dengan agama tidak salah
jika tetap dilakukan. Karena adat masuk pada bab muamalah yang dalam kaidahnya
segala hal yang tidak dilarang dalam syariat hukum dasarnya adalah mubah
(boleh)... wallahu'alam
Q
: Gini kak.. Dikampung biasanya seorang laki-laki ketika melamar seorang
perempuan namun ditolak.. Laki-laki ini terkadang menggunakan cara meminta
bantuan dukun agar perempuan itu bisa menerimanya...Apakah syahadatnya laki-laki
ini diterima atau gimana? Terus jika telah ke dukun dan berhasil membuat prempuan
itu menerima lamaran.. Apakah pernikahannya sah ?
A
: Nanda yang sholihah. Melakukan sihir. dengan jampi-jampi, mantera atau
jimat termasuk dalam syrik kecil.
Sehingga tidak membuat seseorang keluar dari Islam. Namun orang tersebut tidak
bisa dikategorikan seorang mukmin. Nanda pernikahan yang dilakukan jika
memenuhi rukun nikah : adanya 2 mempelai , adanya wali, ada saksi dan ada
proses ijab kabul maka pernikahan tsb sah. Namun dikemudian hari jika ada pihak
yang merasa tertipu dapat dibatalkan dengan mengajukan pembatalan nikah kepada
pihak yang berwenang.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment