Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 14 Deseber 2015
Narasumber : Ustadzah
Setyorini
Rekapan Grup Bunda M6 (Rini)
Tema : Psikologi
Editor
: Rini Ismayanti
KEHILANGAN/BERDUKA
بسم الله الرحمن الرحيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى
أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Segala
puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta
keselamatan
tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Berserta
keluarga
dan sahabat-sahabatnya, semuanya. Amma Ba'du.
Hari
ini kita sharing tentang " kehilangan"
Bunda-bunda
pernahkah mengalaminya?
Rasanya
pasti sedih banget ya ...ternyata
pada saat "kehilangan" ada beberapa tahap yang harus dilalui semua
agar kita bisa survive.
Pengertian Kehilangan
Kehilangan
dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu
kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti
sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak, bisa tanpa kekerasan atau
traumatik,
diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total
dan
bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Fase Kehilangan
Ada
lima fase kehilangan yaitu :
1.
Fase Pengingkaran (denial)
Reaksi
pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya
atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan
"Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi", " Itu tidak
mungkin".
Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,
akan
terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yangterjadi
pada
fase peenginkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernapasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah, tidak tahu berbuat apa.
Reaksi
tersebut cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai beberapa
tahun.
2.
Fase Marah (anger)
Fase
ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan.
Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan
kepada orang yang ada di lingkungannya, orang orang tertentu
atau
ditujukan kepada dririnya sendiri. Tidak jarang menunjukkan perilaku
agresif,
bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan perawat
yang
tidak becus. Respon fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka
merah,
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3.
Fase Tawar Menawar (bergaining)
Apabila
individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,
maka
ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan. Respon ini
sering dinyatakan dengan kata-kata " Kalau saja kejadian ini
bisa
ditunda maka saya yang akan sering berdoa" Apabila proses berduka ini
dialami
oleh keluarga maka pernyataan sebagai berikut sering dijumpai
"Kalau
saja yang sakit bukan anak saya".
4
. Fase Depresi (depression)
Individu
pada fase ini sering menunujukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak
mau bicara, kadang- kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baikdan
menurut, atau dengan ungkapan-ungkapan yang menyatakan
keputusasaan,
perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering
diperlihatkan
adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun.
5.
Fase Penerimaan
Fase
ni berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu
terpusat
kepada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau hilang,
individu
telah menerima kenyataan kehilanganbyang dialaminya, gambaran
tentang
objek atau irang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatian
beralih pada objek yang baru. Fase menerima biasanya dinyatakan
dengan
kata-kata "Saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi
baju
saya yang baru manis juga," atau "Apa yang dapat saya lakukan agar
saya
dapat cepat sembuh?".
Faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1.
Arti dari kehilangan bagi individu
2.
Sosial budaya
3.
Kepercayaan / spiritual
4.
Jenis kelamin
5.
Status social ekonomi
6.
Kondisi fisik dan psikologi individu
7.
Usia
Tipe Kehilangan
Kehilangan
dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau
nyata
Mudah
dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya
dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat
5 kategori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan
seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan
seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari
tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian
juga
membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman,
intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.
2.
Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk
lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan,
diri
sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya.
Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian
atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya
kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3.
Kehilangan objek eksternal
Kehilangan
objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau
bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan
seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan
benda tersebut.
4.
Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan
diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk
dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode
atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan
memiliki
tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5.
Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang
dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
Sebenarnya
tidak ada cara baku dalam mengahadapi rasa kehilangan ini. Rasa kehilangan
adalah persoalan pribadi dan tentunya membutuhkan cara secara pribadi pula dalam
mengatasi persoalan ini. Namun demikian setidaknya ada beberapa cara dalam
mengatasi rasa kehilangan dan kesedihan karena kehilangan.
a. Biarkan diri
kita sejenak hanyut dalam luapan perasaan dan emosi ketika
kehilangan.
Emosi
dan rasa sedih itu perlu pelampiasan. Namun ingat, kita juga harus melepasknnya
dengan cara yang tepat. Mungkin menagis atau berbagi dengan orang lain adalah
salah salah satu caranya. Dan yang paling penting, jangan biarkan diri kita
terlalu lama dalam kondisi ini. Sepuluh menit saja mungkin cukup, setelah itu
lemparkan rasa kehilangan dan kesedihan itu jauh-jauh dari diri kita. Lalu
tatap masa depan!
b. Selalu
melihat sebuah peristiwa dari sisi positifnya.
Setidaknya
dengan selalu berfikir positif dan melihat sebuah pristiwa dari sisi positifnya
kita telah berusaha mengahadirkan energi positif ke dalam diri kita. Kehilangan
yang awalnya menyakitkan jika dipandang dari sisi positifmungkin akan jadi
sesuatu yang bisa membuat kita bisa belajar agar lebih hati-hati dalam
menjalani kehidupan.
c. Yakinkan diri
kita bahwa Allah tidak akan menguji hambanya diluar kemapuan kita.
Setiap
hamba di muka bumi ini tentu tidak akan luput dari ujian dari Allah. Dan salah
satu bentuk ujian itu adalah kehilangan. Jika kebetulan kehilangan itu
mengahmpiri kita, berarti Allah menilai kita sanggup untuk menerima ujian
tersebut sebagai sarana naik kelas menjadi seorang hamba Allah yang lebih baik.
Yakinlah setelah kesulitan itu pasti akan ada kemudahan. Dan ini adalah janji
Allah yang telah termaktub dalam Al-quran. Tidak usah bersedih dan hanyut dalam
kesedihan.
d. Yakin bahwa
Allah maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Firman
Allah yang termaktub dalam surat al-Fatihah yang berbunyi,”Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang” memberikan kekuatan kepada kita
agar kita tidak berputus asa dan larut dalam kesedihan jika dilanda persoalan
kehidupan, termasuk rasa kehilangan. Ayat ini memotivasi kita agar senantiasa
berjuang, karena masih banyak rahmat dan nikmat Allah yang bisa kita raih di
atas bumi ini.
e. Jangan
menyalahkan diri sendiri apalagi menyalahkan Allah dalam persoalan kehilangan.
Jangan
sampai kita menyalahkan diri sendiri dengan kehilangan yang melanda kita,
karena hal itu hanya akan membuat kita makin terpuruk dalam jurang kesedihan.
Kita juga jangan sampai menyalahkan Allah dalam masalah rasa kehilangan ini,
karena hal itu akan memicu kita menjadi hamba yang mudah berputus asa dari
nikmat dan karunia Allah.
f. Jangan
fokuskan pikiran pada rasa kehilangan, tapi lihatlah berapa banyak
nikmat
dan Karunia Allah yang telah kita terima.
Pernahkan
kita merenungkan berapa banyak nikmat dan karunia Allah yang telah kita terima
selama hidup di dunia ini? Ketika kita diuji olehAllah dalam bentuk kehilangan
sesuatu yang kita cintai, maka ingatlah masih banyak nikmat Allah yang lain
yang patut kita syukuri. Berhentilah bersedih, lalu bersyukurlah!
g. Perbanyaklah
berdoa dan mengingat Allah, Rabb Yang Maha Berkehendak.
Karena
dengan memperbanyak mengingat Allah dan memasrahkan diri kepada-Nya adalah cara
terbaik untuk menumbuhkan rasa kesabaran, ketabahan dan keikhlasan dalam
menerima kenyaataan hidup. Ingatlah, tidak ada kejadian yang terjadi di bawah
kolong langit Allah ini tanpa hikmah, dan kehilangan merupakan bagian dari
proses perubahan kehidupan kita.
Sekali
lagi, selalu ada hikmah di balik setiap kejadian, setidaknya dengan
merenungi
beberapa hal di atas ada pelajaran yang dapat kita ambil dari
sebuah
persoalan kehilangan itu antara lain, Belajar menjadi pribadi yang
lebih
menghargai keberadaan sesuatu, belajar memanfaatkan waktu dengan baik dan
optimal, menyadari bahwa kita adalah makhluk yang tidak sempurna, serta belajar
ikhlas menerima kenyataan hidup berupa kehilangan untuk menjadi pribadi yang
lebih kuat.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment