Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 27 Januari 2016
Narasumber : Ustadz
Endri Nugraha
Rekapan Grup Nanda M110 (Rani)
Tema : Kajian Islam
Editor
: Rini Ismayanti
JURAIJ
DAN DOA JELEK ORANG TUANYA
Ada
kisah menarik yang bisa diambil pelajaran akan ampuhnya do’a jelek seorang ibu
pada anaknya, yaitu pada kisah Juraij. Jika tahu demikian, sudah barang tentu
seorang anak kudu memuliakan orang tuanya. Jangan sampai ia membuat orang
tuanya marah, sehingga keluar kata atau do’a jelek yang bisa mencelakakan
dirinya.
Dari
Abu Hurairah, ia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
تَكَلَّمَ
مَوْلُوْدٌ
مِنَ
النَّاسِ
فِي
مَهْدٍ
إِلاَّ
عِيْسَى
بْنُ
مَرْيَمَ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
[وَسَلَّمَ]
وَصَاحِبُ
جُرِيْجٍ”
قِيْلَ:
يَا
نَبِيَّ
اللهِ!
وَمَا
صَاحِبُ
جُرَيْجٍ؟
قَالَ:
“فَإِنَّ
جُرَيْجًا
كَانَ
رَجُلاً
رَاهِباً
فِي
صَوْمَعَةٍ
لَهُ،
وَكَانَ
رَاعِيُ
بَقَرٍ
يَأْوِي
إِلَى
أَسْفَلِ
صَوْمَعَتِهِ،
وَكَانَتْ
اِمْرَأَةٌ
مِنْ
أَهْلِ
الْقَرْيَةِ
تَخْتَلِفُ
إِلَى
الرَّاعِي،
فَأَتَتْ
أُمُّهُ
يَوْمًٍا
فَقَالَتْ:
يَا
جُرَيْجُ!
وَهُوَ
يُصّلِّى،
فَقَالَ
فِي
نَفْسِهِ
– وَهُوَ
يُصَلِّي
– أُمِّي
وَصَلاَتِي؟
فَرَأَى
أَنْ
يُؤْثِرَ
صَلاَتَهُ،
ثُمَّ
صَرَخَتْ
بِهِ
الثَّانِيَةَ،
فَقَالَ
فِي
نَفْسِهِ:
أُمِّي
وَصَلاَتِي؟
فَرَأَى
أَنْ
يُؤْثِرَ
صَلاَتَهُ.
ثُمَّ
صَرَخَتْ
بِهِ
الثَالِثَةَ
فَقَالَ:
أُمِّي
وَصَلاَتِي؟
فَرَأَى
أَنْ
يُؤْثِرَ
صَلاَتَهُ.
فَلَمَّا
لَمْ
يُجِبْهَا
قَالَتْ:
لاَ
أَمَاتَكَ
اللهُ
يَا
جُرَيْجُ!
حَتىَّ
تَنْظُرَ
فِي
وَجْهِ
المُوْمِسَاتِ.
ثُمَّ
انْصَرَفَتْ
فَأُتِيَ
الْمَلِكُ
بِتِلْكَ
الْمَرْأَةِ
وَلَدَتْ.
فَقَالَ:
مِمَّنْ؟
قَالَتْ:
مِنْ
جُرَيْجٍ.
قَالَ:
أَصَاحِبُ
الصَّوْمَعَةِ؟
قَالَتْ:
نَعَمْ.
قَالَ:
اِهْدَمُوا
صَوْمَعَتَهُ
وَأْتُوْنِي
بِهِ،
فَضَرَبُوْا
صَوْمَعَتَهُ
بِالْفُئُوْسِ،
حَتىَّ
وَقَعَتْ.
فَجَعَلُوْا
يَدَهُ
إِلَى
عُنُقِهِ
بِحَبْلٍ؛
ثُمَّ
انْطَلَقَ
بِهِ،
فَمَرَّ
بِهِ
عَلَى
الْمُوْمِسَاتِ،
فَرَآهُنَّ
فَتَبَسَّمَ،
وَهُنَّ
يَنْظُرْنَ
إِلَيْهِ
فِي
النَّاسِ.
فَقَالَ
الْمَلِكُ:
مَا
تَزْعُمُ
هَذِهِ؟
قَالَ:
مَا
تَزْعُمُ؟
قَالَ:
تَزْعُمُ
أَنَّ
وَلَدَهَا
مِنْكَ.
قَالَ:
أَنْتِ
تَزْعَمِيْنَ؟
قَالَتْ:
نَعَمْ.
قَالَ:
أَيْنَ
هَذَا
الصَّغِيْرُ؟
قَالُوْا:
هَذَا
فِي
حُجْرِهَا،
فَأَقْبَلَ
عَلَيْهِ.
فَقَالَ:
مَنْ
أَبُوْكَ؟
قَالَ:
رَاعِي
الْبَقَرِ.
قَالَ
الْمَلِكُ:
أَنَجْعَلُ
صَوْمَعَتَكَ
مِنْ
ذَهَبٍ؟
قَالَ:
لاَ.
قَالَ:
مِنْ
فِضَّةٍ؟
قَالَ:
لاَ.
قَالَ:
فَمَا
نَجْعَلُهَا؟
قَالَ:
رَدُّوْهَا
كَمَا
كَانَتْ.
قَالَ:
فَمَا
الَّذِي
تَبَسَّمْتَ؟
قَالَ:
أَمْراً
عَرَفْتُهُ،
أَدْرَكَتْنِى
دَعْوَةُ
أُمِّي،
ثُمَّ
أَخْبَرَهُمْ
“Tidak
ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di
masa) Juraij” Lalu ada yang bertanya,”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau
lalu bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah
peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang
penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya
dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum
dengannya).
(Suatu
ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang
melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya,
”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya
dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua
kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?”
Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij
bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap
mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata,
“Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di
depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.
Wanita
yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah
melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari
(hubungan dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij”, jawab wanita itu. Raja lalu
bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”,
jawab wanita itu. Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia
kemari.” Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak
sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya
menghadap raja. Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur.
Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij
yang berada di antara manusia.
Raja
lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” Juraij balik bertanya, “Siapa
yang engkau maksud?” Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya
adalah hasil hubungan denganmu.” Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata
begitu?” “Benar”, jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?”
Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” Juraij lalu menemuinya
dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku si
penggembala sapi.”
Kontan
sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan
bahan dari emas?” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut
sang raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah
ibadahmu?”, tanya sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala.”
Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya
tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a
ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada
mereka.”
(Disebutkan
oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod) [Dikeluarkan pula oleh Bukhari: 60-Kitab Al
Anbiyaa, 48-Bab ”Wadzkur fil kitabi Maryam”. Muslim: 45-Kitab Al Birr wash
Shilah wal Adab, hal. 7-8]
Pelajaran
dari Kisah Juraij
1-
Hadits ini menunjukkan keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah.
Seandainya Juraij seorang alim (yang berilmu), maka tentu ia akan lebih memilih
untuk menjawab panggilan ibunya dibanding melanjutkan shalat. Baca artikel:
Keutamaan Belajar Islam.
2-
Seorang anak harus berhati-hati dengan kemarahan orang tuanya. Karena jika ia
sampai membuat orang tua marah dan orang tua mendoakan jelek, maka itu adalah
do’a yang mudah diijabahi. Lihat kisah Juraij di atas, ia tahu akan hal itu,
sehingga membuatnya tersenyum.
3-
Bukti do’a jelek dari ibu terkabul karena Juraij akhirnya dipertontonkan di
hadapan wanita pelacur sebagaimana do’a ibunya.
4-
Berbakti pada orang tua adalah akhlak mulia, lebih-lebih lagi berbakti pada
ibu.
5-
Juraij menunjukkan sikap yang benar ketika menghadapi masalah yaitu harus yakin
akan pertolongan Allah.
6-
Zuhudnya Juraij karena hanya meminta tempat ibadahnya dibangun seperti sedia
kala. Ia tidak minta diganti dengan emas atau perak. Baca artikel: Memiliki
Sifat Zuhud.
7-
Ketika musibah menimpa, barulah orang ingat akan dosa, ada juga yang mengingat
akan do’a jelek yang menimpa dirinya seperti dalam kisah Juraij ini.
8-
Bakti pada orang tua adalah wajib, termasuk di antaranya adalah memenuhi
panggilannya. Sedangkan shalat sunnah hukumnya sunnah, artinya berada di bawah
bakti pada orang tua.
9-
Do’a ibu Juraij tidak berlebihan yaitu tidak sampai mendoakan Juraij terjerumus
dalam perbuatan keji (zina). Ia hanya do’akan agar Juraij dipertontonkan di
hadapan para pelacur, tidak lebih dari itu.
10-
Tawakkal dan keyakinan yang tinggi pada Allah akan membuat seseorang keluar
dari musibah.
11-
Jika ada dua perkara yang sama-sama penting bertabrakan, maka dahulukan perkara
yang paling penting. Seperti ketika bertabrakan antara memenuhi panggilan ibu
ataukah shalat sunnah, maka jawabnya, memenuhi panggilan ibu.
12-
Allah selalu memberikan jalan keluar (jalan kemudahan) bagi para wali-Nya dalam
kesulitan mereka. Baca pula artikel: 1 Kesulitan Mustahil Mengalahkan 2
Kemudahan.
13-
Hadits ini menunjukkan adanya karomah wali, berbeda halnya dengan Mu’tazilah
yang menolak adanya karomah tersebut.
Hanya
Allah yang memberi taufik pada ilmu dan amal.
TANYA
JAWAB
Q
: Poin yang ke 13 itu maksd nya bagaimana?
A : 1. Wali
(Waliyullaah) di dalam ajaran Islam selalu ada. Wali adalah mereka yang
istiqomah menjalanakan amalan wajib dan amalan sunnah hingga Allah mencintainya.
Jika ada yang mengaku sebagai Waliyullaah, tetapi meninggalkan amalan wajib dan
amalan sunnah, maka sesungguhnya dia bukan Waliyullaah tetapi walisyaithan.
Contoh Waliyullaah adalah Juraij. Waliyullaah biasanya dianugerahi Karamah oleh
Allah SWT. Karamah adalah perbuatan/kejadian luar biasa yang tjadi pd Waliyullaah
atas ijin Allah SWT. Seperti Juraij bisa bertanya kepada bayi dan dijawab oleh
bayi tsb. Karamah itu bukan Mu'jizat. Krn mu'jizat hanya diberikan kepada para
Nabi dan Rasul. Kaum Mu'fadilah (yang mengagung-agungkan akal) tidak percaya dengan
wali dan karamah.
Q
: Udtadz,,bagaimana cara menyikapi sikap ibu yang selalu nyumpahin
anaknya,,padahal si anak sudah sabar menghadapi ibunya dan nurut sama
ibunya,ngasih uang tiap bulan buat ibunya, hanya karena kesalahan kecil si ibu
marah, kalo marah selalu sumpahan yang keluar,,misalnya sampe nyumpahin ga
berkah sama si anak,,itu gimana ustad?? Anaknya sudah sabar,kalo di bilangin
atau di kasih saran sama anak ibunya ga mau terima merasa benar terus ibu,,biar
sumpahan dari ibu tidak terjadi sama si anak,apa yang harus di lakukan anak
tersebut ustad? Jazakillah
A : Kewajiban anak adalah berbakti kepada kedua
orang tua. Surat Al Isra ayat 36 menggambarkan saat yang tidak mengenakkan
yaitu : Orang tua sudah usia lanjut dan tinggal sehari-hari bersama kita. Dalam
kondisi seperti itu, Allah memerintahkan kepada kita :
A.
Jangan mengatakan "Ah" kepada mereka
B.
Jangan membentak
C.
Berkata kepada mereka dengan perkataan yang mulia
D.
Merendahkan diri kepada mereka
E.
Mendoakan mereka
Jika
kita sudah berbakti kepada mereka, jangan dipusingkan dengan sikap mereka kepada
kita. Berbaktinya kita kepada mereka krn menjalanakan perintah Allah dan mencari
surga-Nya. Banyak membaca istighfar jika mereka mulai marah dan bicara buruk kepada
kita. Jangan pernah menuntut perubahan sikap dr mereka, karena mereka sudah
terlanjur tua. Bersahabatlah dengan sikap mereka dan jangan mempengaruhi sikap
kita.
Q
: Ustad, apa semua do'a seorang ibu seperti itu? Bagaimana jika si ibu jauh
dari amalan agama. Misalnya tidak sholat.
A : Prinsipnya doa
kedua orang tua itu dikabulkan Allah SWT, terutama ibu. Terlebih lagi jika
orangtua kita adalah orang yang shalih. Dengan berbakti kepada kedua orangtua
dan selalu dekat kepada Allah, semoga doa buruk dari mereka bisa terhindarkan.
Q
: Ustadz,,bagaimana cara menangapi seseorang yang bilang begini,,kamu kerja kok
gak pernah beli barang,,kenapa kamu kerja selalu diberikan ke ibu kamu,,orang
kok bodoh,,ana harus bagai mana ustadz,,,?
A : Kritik, saran dan
masukan harus kita terima secara proporsional. Semua itu untuk melengkapi
kekurangan kita. Bisa jadi saran orang itu benar, bisa juga salah. Kalimat
"Kamu kerja koq gak pernah beli barang ... dst ", bisa jadi ada
benarnya, bisa juga tidak sepenuhnya benar atau bisa jadi tidak benar. Berterimakasihlah
telah diberi masukan, tetap sikapilah dengan proporsional. Lakukanlah semua
perbuatan didasari dengan kesadaran penuh. Supaya kita kebal terhadap provokasi
yang melahirkan sikap destruktif. Kalimat "Orang koq bodoh" itu
termasuk provokatif, jika tidak ditanggapi dengan proporsional dan bijaksana
bisa melahirkan sikap ekstrem dan kebencian.
Q
: Ustadz lebih utama beli barang apa bantu orang tua ustadz,,,? Kadang ada
barang yang benar-benar dibutuhkan tapi orang tua juga perlu uang ustadz,,?
A : Kebutuhan barang
ada 4 :
1.
Penting dan mendesak, berarti harus dibeli sekarang
2.
Penting dan tidak mendesak, berarti bisa ditunda tapi perlu menabung
3.
Tidak penting dan mendesak, beli seperlunya, gak perlu banyak dan mahal
4.
Tidak penting dan tidak mendesak, santai aja
Q
: Omongan itu do'a ya ustad? Bagaimana dengan ibu yang omongannya tidak baik
untuk anaknya sedangakan anaknya masih sangat kecil.
A : Omongan bisa jadi
doa, sehingga kita harus berhati-hati ketika bicara. Terlebih lagi omongan
orangtua apalagi ibu, itu adalah doa. Omongan ibu kepada anaknya yang masih
kecil akan berpengaruh kepada kehidupan si anak.
Q : Jika ada anak yang
malas melakukan shalat dan baca al qur'an karena anak tsb tidak pernah mlihat orang
tuanya melakukan hal itu,, itu bgaimana ya ustadz?
A : Jika kita menjadi
orangtua, maka kita harus berusaha keras menjadi contoh yang baik bagi
anak-anak. Jika kita tidak bisa memberi contoh yang baik, maka jangan memberi
contoh yang buruk dan doronglah anak untuk menjadi baik. Karena ada orangtua yang
tidak mau mendorong anaknya kepada kebaikan dengan alasan dia belum bisa
memberi contoh yang baik. Jika semua orangtua beralasan seperti itu, maka tidak
ada anak yang menjadi lebih baik dari orangtuanya. Selalu dorong dan kondisikan
anak kepada kebaikan, apapun kondisi kita. Semoga kita juga terwarnai juga oleh
kebaikan. Jika kita menjadi anak, jangan beralasan bahwa ketidakbaikan kita karena
meniru orangtua. Berusahalah tetap menjadi baik, apa pun kondisi orangtua kita.
Dan kondisikan orangtua menjadi baik. Semoga kebaikan kita berpengaruh terhadap
kebaikan orangtua kita. Yang susah adalah jika orangtua menyalahkan dan
menuntut anak, sedangkan anak menyalahkan dan menuntut orangtua.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat.
Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment