Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 17 Februari 2016
Narasumber : Ustadz
Syahrowi
Rekapan Grup Bunda M6 (Shofie)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
MEMAKNAI ISTIQOMAH
Assalamu'alaykum wr wb
Segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya. Shilawat dan salam semoga tetap tercurah pada baginda Rasulullah SAW.
Segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya. Shilawat dan salam semoga tetap tercurah pada baginda Rasulullah SAW.
InsyaAllah materi kita
hari ini adalah "Memaknai Istiqomah".
Ketahuilah bahwa orang
yang istiqamah selalu menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruh. Allah
Subhanahu wa Ta`ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
“Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fusshilat :30)
Sementara itu kaum
musyrik berkata, “Allah adalah Tuhan kami, sementara para malaikat adalah
anak-anak-Nya.” Kemudian orang-orang Yahudi berkata, “Allah adalah Tuhan kami
dan Uzair adalah anak-Nya, sementara Muhammad bukanlah seorang Nabi.” Baik
ucapan kaum musyrik maupun yahudi menunjukkan kebodohan dan tidak istiqamah.
Istiqamah bisa
dimaknai dalam berbagai situasi dan kondisi. Istiqamah dalam konteks akidah,
amal, keikhlasan, ketakwaan, persaksian, dan ilmu. Konteks istiqamah telah
banyak dijabarkan oleh sahabat-sahabat nabi yang menunjukkan kedalaman mereka
dalam memandang jauh makna istiqamah.
Sayidina Abu Bakar
radhiyallahu `anhu, contohnya, memberikan pengertian istiqamah sebagai teguh
dalam beriman, memurnikan sesembahan, dan menjauhi kesyirikan. Imam Thabari
meriwayatkan, Abu Bakar pernah ditanya tentang istiqamah yang terkandungan
dalam bunyi ayat innalladziina Qaalu Rabbuna Allah Tsummas Taqaamuu,” kata
beliau, “(Istiqamah adalah) kamu tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun.”
Di sisi lain, Sahabat
Umar bin Khathtab radhiyallahu `anhu menegaskan makna istiqamah sebagai sebuah
sikap teguh dalam, “melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, serta tidak
berpaling seperti berpalingnya musang.”
Sementara, Sayidina
Utsman bin Affan radhiyallahu `anhu memaknai istiqamah sebuah suatu sikap untuk
memurnikan segala tindak-tanduk kita yang berkaitan dengan ibadah hanya untuk
Allah, bukan selain-Nya. Beliau berkata tentang istiqamah, “Ikhlaskan
(bersihkan) amal karena Allah semata.”
Adapun, Imam Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu `anhu memahami istiqamah sebagai bentuk ketegasan sikap
dalam menjalankan kewajiban. Beliau mengatakan, “Kerjakanlah
kewajiban-kewajiban.”
Dalam konteks yang
berbeda, Al-Hasan menuturkan, “Mereka meneguhkan pendirian (istiqamah) di atas
jalan perintah Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga mereka melakukan perbuatan
untuk taat kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan di jalan-Nya.”
Mujahid dan Ikrimah
berujar, “Mereka meneguhkan pendirian dalam bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali
Allah sampai mereka bertemu dengan Allah.” Muqatil berkata, “Mereka meneguhkan
pendirian dalam ilmu dan tidak keluar dari Islam.”
Sikap Muslim dalam Istiqamah
Lewat pengetahuan
pemaparan makna istiqamah dalam berbagai konteksnya seperti diungkap oleh para
sahabat dan ulama, kita dapat mengetahui bahwa istiqamah adalah suatu sikap
konsisten, ajeg, dalam berbagai aspek kehidupan.
Seorang muslim, kapanpun dan di manapun, ia dituntut untuk bersikap teguh, tidak maju mundur, tetap berpendirian teguh dalam memurnikan iman dan akidah dari segala bentuk kesyirikan dan kekufuran.
Teguh dalam iman
berarti memegang erat-erat dalam hati bahwa tiada tuhan yang layak disembah
selain Allah Subhanahu wa Ta`ala. Segala bentuk penyembahan kepada selain Allah
Subhanahu wa Ta`ala merupakan sikap tidak istiqamah.
Seorang Muslim,
tentunya juga bersikap teguh berdiri dalam ketakwaan, melaksakan perintah Allah
Subhanahu wa Ta`ala dan menjauhi larangannya. Bertakwa tidak hanya saat berada
di bulan Ramadhan saja, atau pada momen-momen tertentu, namun harus
dilaksanakan dalam segala kondisi. Tujuannya, membangun jiwa dan pribadi yang
muttaqin yang bercirikhaskan : beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat,
menafkahkan sebagian harta, beriman kepada Al Qur`an dan kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelumnya, dan yakin akan adanya kehidupan akhirat. (Qs. Al-Baqarah
: 3-4).
Selain itu, ciri lain
ketakwaan yang Allah Subhanahu wa Ta`ala paparkan adalah, mereka istiqamah
dalam menafkahkan harta baik di waktu lapang maupun sempit, cerdas dalam
meluapkan emosi, mudah memaafkan, dan bergegas memohon ampunan kepada Allah di
tiap perbuatan dosa yang dilakukan. (QS. Ali Imran : 134-135).
Seorang Muslim,
kapanpun dan di manapun, dituntut untuk beristiqamah dalam mencari ilmu sebagai
landasan perkataan dan perbuatan kita. Artinya, orang yang istiqamah tidak akan
melakukan dan melepas suatu ucapan seleum diketahui sumber ilmu guna menegaskan
kebenaran dari perbuatan dan ucapannya.
Orang yang istiqamah selalu
menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruh. Jika tubuh menjadi lunglai dan
lemas akibat tidak mengonsumsi makanan dan minuman, maka hati kita akan mati,
sunyi, berselimut kegelapan, ketika ia kosong dari asupan ilmu yang bermanfaat.
Karenanya, ilmu
mestilah diprioritaskan sebelum berbuat dan berkata. Istiqamah berarti
berpendirian teguh, konsisten dalam belajar, mencari ilmu, menghadiri kajian
ilmu, majlis-majlis ta`lim, demi terwujudnya istiqamah yang sebaik-baiknya.
Wallahu'alam
Wallahu'alam
TANYA JAWAB
Q : Ustadz tips buat
mengistiqomahkan dalam suatu ibadah gimana yaa ? Misalnya istiqomah dalam puasa
sunnah..
A : Salah satu cara
agar bisa istiqomah adalah dengan mengetahui rahasia dari sebuah amalan. Jika
memahami fadhilah dari suatu amalan maka biasanya akan memberikan dorongan untuk
tetap istiqomah dalam amalan tersebut. Cara lain adalah dengan menguatkan azzam
untuk terus melakukan amalan dimaksud dengan keyakinan bahwa Allah akan
membalasnya. Wallahu'alam
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat.
Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment