Home » , , » MENGESAKAN ALLAH MEMURNIKAN IBADAH KEPADA NYA

MENGESAKAN ALLAH MEMURNIKAN IBADAH KEPADA NYA

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, February 16, 2016

Kajian Online WA  Hamba الله SWT

Selasa, 16 Februari  2016
Narasumber : Ustadzah Evi
Rekapan Grup Nanda M110 (Rani)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor : Rini Ismayanti


MENGESAKAN ALLAH MEMURNIKAN IBADAH KEPADA NYA


Assalammua'alaikum. Wr.Wb.
Alhamdulillah kita dipertemukan kembali. Semoga nanda dalam keadaan semangat selalu. Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai:

Mengesakan Allah dan Memurnikan ibadah kepadaNya

Usaha mengesakan Allah dalam Islam berangkat dari rububiyatullah yaitu pengakuan kita bahwa Allah adalah Rabb, Tuhan yang telah menciptakan, yang memberi rizky, dan yang memiliki.

a. Allah sebagai pencipta
Dialah Dzat yang telah ada sejak zaman azali, tidak bermula dan tidak berakhir, yang menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya. Hingga hari ini tidak ada manusia yang dapat membuktikan bahwa ada pencipta lain selain Allah.

b. Allah sebagai pemberi rizky
Setelah menciptakan makhluk-Nya, Allah tidak membiarkan mereka mati kelaparan. Allah menghidupkan dan memberinya penghidupan dengan menyiapkan rizky berupa oksigen, makanan, minuman, panas matahari, serta berbagai kebutuhan hidup lain yang sangat banyak dan beraneka ragam. Kalaupun ada rizky yang didapatkan dari tangan manusia atau sesama makhluk, ini juga tidak terlepas dari kehendak Allah yang mengirimkan rizky iut melalui makhluk-Nya.  “Sekiranya kalian menghitung nikmat Allah tentu kalian tidak akan bisa menghitungnya.”

c. Allah adalah Pemilik
Allah-lah yang telah menciptkan dan menyediakan bahkan memenuhi segala kebutuhan makhluk-makhluk lainnya, jadi Allah pulalah Pemilik alam semesta yang sesungguhnya. Semua yang ktia miliki adalah milik Allah. Diri pribadi kita adalah bukan milik kita, diri kita adalah milik Allah. Karena itu semua yang ada di alam ini adalah kekuasaan Allah.

d. Allah sebagai penguasa
Sebagai penguasa yang mutlak dengan kekuasan penuh, Allah bukan Tuhan yang lalim dan sewenang-wenang. Ia adalah:
– Pelindung yang sangat cinta dan sayang kepada makhluk-Nya
– Hakim yang mengadili, memvonis, dan memutuskan dengan keputusan mutlak
– Pemimpin yang memberi perintah dan larangan yang tidak boleh dilanggar
Oleh karena itu, selanjutnya Dia lah swt. tujuan yang harus menjadi orientasi hidup setiap insan. Hanya Dia lah Tuhan yang sepantasnya disembah dengan segenap penghambaan.

Mengesakan Allah dengan konsepsi seperti itu disebut juga ikhlash yang berarti pemurniaan. Tauhidul ibadah adalah ikhlasul ibadah [memurnikan ibadah] hanya untuk Allah saja. pengesaan Allah dan ihklasul ibadah hanya akan tercapai dan benar apabila memenuhi konsekuensi kalimat tauhid “laa ilaaHa illallaaH” yang menolak segala bentuk ilah dan hanya mengakui Allah sebagai satu-satunya ilah, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itu, tauhidullah dan ikhlasul ibadah baru akan tercapai apabila dilakukan dengan dua sayapnya yaitu:
a. Menolak Thaghut
Kata thaghut diambil dari thagha yang berarti melampaui batas. Menurut Ibnu Taimiyah, thaghut adalah segala sesuatu yang disikapi sebagaimana sikapnya kepada Allah, baik berupa jin, manusia, maupun makhluk lainnya. Demikian itu karena sesungguhnya yang berhak mendapatkan peribadatan hanyalah Allah. Ketika ada dzat lain yang mendapat perlakukan sebagaimana Tuhan atas permintaannya atau diperlakukan oleh pihak lain padahal ia tidak pantas mendapat perlakuan demikian, maka itulah perlakuan yang melampaui batas hingga ia disebut sebagai thaghut.
Untuk menjamin kemurnian ibadah tauhid dan ibadah, penolakan terhadap thaghut harus dilakukan secara prefentif-antisipatif sehingga setiap muslim diperintahkan untuk menjauhi thaghut agar tidak terlihat dalam kemusyrikan, betapa pun kecil dan samar. Di antara karakteristik orang yang bertakwa adalah menjauhi thaghut.
“Orang-orang yang menjauhi thaghut agar tidak menyembahnya.” (az-Zumar: 17)

Rasulullah saw. mengatakan bahwa kemusyrikan itu lebih tersembunyi dibanding bekas tapak kaki seekor semut hitam di atas batu karang hitam di kegelapan malam. (HR Ahmad)

b. Iman Kepada Allah
Di atas penolakan terhadap thaghut itu, manusia harus membangun imannya kepada Allah. Demikian itu karena apabila ia hanya menolak tuhan-tuhan tapi tidak percaya kepada Tuhan yang satu, pada saat itu dia disebut sebagi atheis. Bahkan dia sebenarnya telah mempertuhankan sesuatu yang lain selain Tuhan yang sebenarnya. Saat itu ia telah mempertuhankan dirinya sendiri, berarti ia telah thagha [melampaui batas] dan inilah yang difirmankan Allah dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, ia memandang dirinya serba cukup.” (al-‘Alaq: 6-7)
Imannya yang hanya diberikan kepada Allah itu harus diwujudkan dalam bentuk ibadah [penghambaan] dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Misi pembebasan manusia dari penghambaan atas sesama [makhluk] kepada penghambaan kepada Pencipta makhluk inilah yang dibawa oleh para nabi dan rasul.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat seorang rasul [agar mereka menyerukan], ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (an-Nahl: 36)
Dengan dua sayap tauhid inilah, pemurnian ibadah hanya kepada Allah dapat dicapai, dengannya pula seseorang disebut telah berpegang pada tali yang kokoh.
“Barangsiapa kufur kepada Thaghut dan beriman kepada Allah berarti ia telah berpegang kepada tali yang kokoh.” (al-Baqarah: 256)

Demikianlah nanda semoga dapat memahaminya jika ada yang ingin ditanyakan Bunda persilahkan.

TANYA JAWAB

Q : Bunda, orang seperti apa yang disebut melampaui batas?
A : Orang yang dikatakan melampaui batas adalah mereka yang mengingkari Kebenaran yang telah ditetapkan Allah dan rasulNya. Contoh. Firaun kekuasaan dan kekuatan membuat ia sombong dan merasa dirinya sebagai tuhan. Contoh lain. Qarun yang menjadikan harta sebagai tuhannya. Hingga ia menjadi sombong dan takabur. Jadi manakala kita menjadi kan tuhan-tuhan yang lain selain Allah . Kita menginkari kebenaran yang datang dariNya kita dikatakan orang yang melampau batas.

Q : Ummi jika orang tua mendatangi seorang kyai untuk konsultasi mengenai anaknya..karena merasa ada yang tidak beres dengan anaknya..apakah orang tua tersebut masih bisa dikatakan beriman kepada Allah?
A : Nanda sayang mendatangi orang sholeh (kyai) untuk berkonsultasi tentang sesuatu tidak bertentangan dengan agama. Bahkan dr masa Baginda Rasul . Para sahabat sering dtg kpada beliau atau pada sahabat yang lain untuk mengkonsultasikan banyak hal. Yang tidak dibenarkan adalah kita mendatangi seseorang yang dia memberikan nasehat yang bertentangan dengan agama. Misalnya. Seorang ibu mendatangi paranormal dan meminta barang atau sesuatu benda agar anaknya segera menikah.

Q :  Ummi.... Ana nau nanya,, Ana prnah dikasih tau tentang bacaan do'a iftitah,yang awalny kabirawwalhamdulillaahi katsiraa dst.... Kata yang ngasih tau, iftitah yang itu terlalu gombal. Jadinya baca iftitah yang awalnya allahumma ba'id baini wabaina dst... Itu gimana ya um?? Ana jadi ragu,, benar gak ya itu gombal?? Apkah keraguan  itu termsuk tidak memurnikan ibadah kepada Allah??
A : Bacaan yang kita pakai dalam sholat adalah yang ada dalilnya. Karena salah satu syarat ibadah adalah kaifiyah atau tata caranya berasal dari Rasul. Jadi kita tidak boleh mengatakan misal tidak usah memakai bacaan ini karena gombal. Alasan kita tidak memakainya karena ada bacaan lain yang dalilnya lebih shohih. Jadi keyakinan kita timbuh dalam hal ibadah itu karena dilandasi dalil yang kuat dari setiap ibadah kita. Dan keyakinan akan menghilangkan keraguan. Upaya untuk mengembalikan ibadah pada  syarat. 1. Diniatkan hanya u Allah semata 2. Tata caranya sesuai tuntunan Rasulullah. Hal tersebut baru dikatakan usaha untuk memurnikan ibadah.


Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!