Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 15 Februari 2016
Narasumber : Ustadz
Zaki
Rekapan Grup Bunda M9 (Umi Mellia)
Tema : Kajian Islam
Editor
: Rini Ismayanti
NASEHAT RASULULLAH KEPADA WANITA SHALIHAH
Assalamualaikum wr wb
Bismillah...bunda
sholihah ..
Alhamdulillah wasyukuurillaah walaa haula walaa quwwata illaabillaah...laa haulaa walaa quwwata illa billaah....
Asyhadu an laa ilaaha illalloh..wa asyhadu annaa muhammadarrosululloh..amma ba'du...
Alhamdulillah wasyukuurillaah walaa haula walaa quwwata illaabillaah...laa haulaa walaa quwwata illa billaah....
Asyhadu an laa ilaaha illalloh..wa asyhadu annaa muhammadarrosululloh..amma ba'du...
Wanita memiliki posisi
penting dan utama dalam Islam. Bahkan perannya sangat menentukan maju dan
mundurnya suatu bangsa. Seorang ahli hikmah pernah berkata:
"Wanita itu tiang
Negara, bila dia (wanita) baik, maka baiklah negara itu. Tetapi bila wanita itu
rusak maka rusaklah negara itu."
Maka karena itu
pulalah mengapa Yahudi merusak Islam pertama kali lewat wanita. Seorang pemikir
Islam, Muhammad Quthb pernah mengatakan:
"Seorang anak
yang rusak masih bisa menjadi baik asal ia pernah mendapatkan pengasuhan
seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya, hanya akan
melahirkan generasi yang rusak pula akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan
pertama kali oleh Yahudi adalah wanita.”
Rasulullah memiliki
perhatian khusus terhadap kaum wanita. Perhatian beliau diantaranya terwakilkan
saat memberikan nasihat kepada bunda A‘isyah, sehingga nantinya bisa diamalkan
oleh seluruh wanita muslimah.
Kumpulan Nasehat
Berharga Rasulullah untuk A'isyah Tercinta
A'isyah binti Abu
Bakar r.a adalah salah satu istri Rasulullah SAW yang terkenal cerdas dan
lincah. Bahkan, beberapa riwayat mencatat, A'isyah r.a adalah istri yang paling
dicintai Rasulullah SAW setelah Khadijah binti Khuwailid.
A'isyah menikah dengan
Rasulullah pada usia 6 tahun dan mulai tinggal serumah dengannya pada usia 9
tahun. A'isyah sempat merasakan hidup dan berumahtangga bersama Rasulullah
selama kurang lebih 9 tahun karena ketika A'isyah berumur 18 tahun, Rasulullah
dipanggil menghadap Allah SWT. Selama rentang waktu 9 tahun tersebut, A'isyah
banyak menimba ilmu-ilmu syar’I langsung dari sumbernya.
A'isyah yang kritis,
selalu bertanya kepada Rasulullah tentang perkara yang tidak dipahaminya. Dalam
usia yang masih belia ini, pertanyaan-pertanyaan kritis A'isyah menjadi
sumbangsih besar bagi perkembangan ilmu Fiqih dan syariat saat ini. Kamar
A'isyah juga langsung bersebelahan dengan masjid nabawi tempat Rasulullah
memberikan ceramah kepada para sahabat. Sehingga, A'isyah terbiasa menyimak
setiap perkataan Rasulullah langsung dari kamarnya.
Rasulullah mendidik
A'isyah dengan penuh cinta, kesungguhan dan niat yang tulus untuk mempersiapkan
A'isyah menjadi Ummul Mukminin yang menguasai berbagai ilmu syar’i. Rasulullah
juga memberikan pemahaman dan arahan yang baik bagi A'isyah untuk bertindak dan
berperilaku sebagai Ummul Mukminin.
Berikut ini adalah
beberapa nasehat inti yang di berikan Rasulullah untuk A'isyah. Dengan
mempelajarinya, kita bisa mengambil hikmah dan meneladani akhlaq serta keilmuan
Ummul Mukminin A'isyah r.a.
1. Ibadah Haji Adalah Jihadnya para Wanita
Suatu ketika, dalam sebuah riwayat, A'isyah bersikeras ingin menemani Rasulullah berjihad. Ia meminta kepada Rasul untuk diajak ikut serta jihad bersama beliau. Akan tetapi, Rasulullah menolak untuk mengajak A'isyah. Lantas A'isyah bertanya apakah jihah tidak diperbolehkan bagi wanita. Rasulullah menjawab:
Suatu ketika, dalam sebuah riwayat, A'isyah bersikeras ingin menemani Rasulullah berjihad. Ia meminta kepada Rasul untuk diajak ikut serta jihad bersama beliau. Akan tetapi, Rasulullah menolak untuk mengajak A'isyah. Lantas A'isyah bertanya apakah jihah tidak diperbolehkan bagi wanita. Rasulullah menjawab:
“Jihad mereka adalah
haji.” (Sahih Bukhari, Bab Hajj Annisa No. 1861)
2. Anjuran untuk Bersedekah kepada Tetangga
Terdekat
Suatu hari, 'Aisyah berniat memberi sedekah kepada salah satu tetangganya. Akan tetapi, A'isyah bingung untuk menentukan tetangga mana yang lebih berhak terhadap sedekahnya. Ia pun mengadukan hal ini kepada Rasululah. Dengan lembut Rasulullah menjawab pertanyaan A'isyah:
Suatu hari, 'Aisyah berniat memberi sedekah kepada salah satu tetangganya. Akan tetapi, A'isyah bingung untuk menentukan tetangga mana yang lebih berhak terhadap sedekahnya. Ia pun mengadukan hal ini kepada Rasululah. Dengan lembut Rasulullah menjawab pertanyaan A'isyah:
“Kepada tetangga yang
paling dekat pintunya dengan rumahmu." (Sahih Bukhari, Kitab Assyuf’ah No.
2259).
3. Mencintai Perjumpaan dengan Allah
Ketika sedang bercengkrama dengan A'isyah, Rasulullah bersabda:
Ketika sedang bercengkrama dengan A'isyah, Rasulullah bersabda:
“Seorang Mukmin jika
diberi kabar gembira oleh Allah tentang rahmat, ridho serta surgaNya, akan
sangat senang berjumpa dengan Allah.” (Sahih Bukhari, Kitab Arraqaq No 6507)
4. Memiliki Sikap dan Ucapan yang Lembut
kepada Orang Lain
Suatu hari ketika Rasulullah sedang berada di rumah A'isyah, ada tamu yang ingin berjumpa dengan Rasulullah dan mengetuk pintu. Tampak Rasul sedikit keberatan dan tidak nyaman dengan kehadiran tamunya. Namun Rasulullah tetap mempersilahkan tamunya masuk dan bersikap manis kepada tamunya. Sontak A'isyah heran, mengapa sikap Rasulullah bisa berubah. Rasulullah lalu berkata kepadanya:
Suatu hari ketika Rasulullah sedang berada di rumah A'isyah, ada tamu yang ingin berjumpa dengan Rasulullah dan mengetuk pintu. Tampak Rasul sedikit keberatan dan tidak nyaman dengan kehadiran tamunya. Namun Rasulullah tetap mempersilahkan tamunya masuk dan bersikap manis kepada tamunya. Sontak A'isyah heran, mengapa sikap Rasulullah bisa berubah. Rasulullah lalu berkata kepadanya:
“Wahai A'isyah,
seburuk-buruk orang adalah dia yang ditinggalkan atau dihindari orang lain
karena takut akan keburukannya.” (Sahih Bukhari Kitab Al-Adab No. 6054)
5. Melarang A'isyah untuk Mencela/Memaki
Binatang
Ketika dalam suatu perjalanan jauh bersama Rasulullah, A'isyah merasa kesal dengan untanya lalu ia memaki unta tersebut. Mendengar hal ini, Rasulullah dengan lembut mengingatkan A'isyah:
Ketika dalam suatu perjalanan jauh bersama Rasulullah, A'isyah merasa kesal dengan untanya lalu ia memaki unta tersebut. Mendengar hal ini, Rasulullah dengan lembut mengingatkan A'isyah:
“Sesuatu yang
terlaknat tidak boleh menyertai perjalananku,” (Musnad Ahmad, 6/72. No. 24478).
Hadits Rasul ini
sebagai nasehat bagi A'isyah agar tidak memaki/melaknat binatang.
6. Peringatan Tentang Bahaya Ghibah
Adapun salah satu sifat A'isyah adalah pencemburu. Suatu ketika, A'isyah sedang membicarakan salah satu ‘madu’nya, yaitu istri Rasulullah yang lain, Shafiyyah. A'isyah membicarakan dan memberi isyarat tentang tubuh Shafiyyah yang kecil (membicarakan fisik orang lain). Maka mendengar hal semacam itu dikatakan Aisyah, Rasulullah bersabda:
Adapun salah satu sifat A'isyah adalah pencemburu. Suatu ketika, A'isyah sedang membicarakan salah satu ‘madu’nya, yaitu istri Rasulullah yang lain, Shafiyyah. A'isyah membicarakan dan memberi isyarat tentang tubuh Shafiyyah yang kecil (membicarakan fisik orang lain). Maka mendengar hal semacam itu dikatakan Aisyah, Rasulullah bersabda:
لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ
“Engkau telah
mengucapkan kalimat yang jika kau campurkan dengan air laut niscaya air yang
jernih itu akan keruh seluruhnya. Aku tidak pernah senang mendengarkan cerita
tentang seseorang bahwa dia begini dia begitu.” (Sunan Abu Daud Kitab Al-Adab
No.4875)
7. Tidak Menghitung-Hitung dan Mengingat
Sedekah
Suatu ketika A'isyah baru saja bersedekah kepada orang miskin. Tidak lama setelah ia menyedekahkan hartanya, A'isyah menyuruh salah satu budaknya untuk mengikuti dan melihat apa yang dilakukan orang miskin tersebut setelah diberi sedekah. Menyaksikan hal ini, Rasulullah memberikan nasehat yang baik untuk A'isyah tentang adab dalam bersedekah:
Suatu ketika A'isyah baru saja bersedekah kepada orang miskin. Tidak lama setelah ia menyedekahkan hartanya, A'isyah menyuruh salah satu budaknya untuk mengikuti dan melihat apa yang dilakukan orang miskin tersebut setelah diberi sedekah. Menyaksikan hal ini, Rasulullah memberikan nasehat yang baik untuk A'isyah tentang adab dalam bersedekah:
وَلَا تُوكِي فَيُوكِيَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكِ
“Janganlah engkau menghitung-hitung pemberianmu sehingga engkau
nanti juga akan dihitung-hitung.” (Musnad Ahmad, 6/70, No. 24545)
8. Tidak Memasukkan Lukisan ke Dalam Rumah
Ketika A'isyah sedang sendiri di rumahnya, ia memasangkan sarung bantal barunya yang memiliki lukisan di sisinya. Ketika Rasulullah ingin memasuki rumahnya, ia seketika berhenti di depan pintu dan enggan memasukinya, karena merasa heran Aisyah pun bertanya kepada Rasulullah apa yang menyebabkannya enggan masuk. Rasul pun bersabda:
Ketika A'isyah sedang sendiri di rumahnya, ia memasangkan sarung bantal barunya yang memiliki lukisan di sisinya. Ketika Rasulullah ingin memasuki rumahnya, ia seketika berhenti di depan pintu dan enggan memasukinya, karena merasa heran Aisyah pun bertanya kepada Rasulullah apa yang menyebabkannya enggan masuk. Rasul pun bersabda:
“Orang-orang
yang memiliki lukisan ini akan disiksa pada hari kiamat dan kepada mereka
dikatakan ‘hidupkanlah apa yang kalian lukis’. Rumah yang ada lukisannya tidak
akan dimasuki malaikat.” (Sahih Bukhari Kitab Al-libas Bab Tashawir No. 5961)
إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُشَبِّهُونَ بِخَلْقِ اللَّهِ
“Sesungguhnya manusia
yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang menyerupakan
makhluk Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 5954 dan Muslim no. 5525 dan ini adalah
lafazhnya)
TANYA JAWAB
Q : Mohon penjelasan
poin 8 Tidak boleh memasukkan lukisan itu seperti apa maksudnya.. lukisan
tumbuhan juga tidak bolehkah?
A : Lukisan yang
dilarang dipasang adalah lukisan, gambar atau foto makhluk bernyawa. Lukisan
seperti lukisan alam, pohon, gunung, tanaman, dsb, tidak termasuk larangan
memajang lukisan yang dimaksud oleh hadits. Malaikat rahmat tidak masuk ke
dalam rumah yang di dalamnya ada gambar, lukisan, foto, patung, atau semua
benda yang menyerupai makhluk bernyawa ciptaan Allah.
Lebih lengkapnya...
Dari Ali radhiyallahu
anhu, dia berkata:
صَنَعْتُ طَعَامًا فَدَعَوْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَجَاءَ فَدَخَلَ فَرَأَى سِتْرًا فِيهِ تَصَاوِيرُ فَخَرَجَ . وَقَالَ : إِنَّ الْمَلائِكَةَ لا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ تَصَاوِيرُ
“Saya membuat makanan
lalu mengundang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk datang. Ketika beliau datang dan masuk ke dalam rumah,
beliau melihat ada tirai yang bergambar, maka beliau segera keluar seraya
bersabda, “Sesungguhnya para malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di
dalamnya ada gambar-gambar.” (HR. An-Nasai no. 5351. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Abu Hurairah
berkata:
اسْتَأْذَنَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلام عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : « ادْخُلْ » . فَقَالَ : « كَيْفَ أَدْخُلُ وَفِي بَيْتِكَ سِتْرٌ فِيهِ تَصَاوِيرُ فَإِمَّا أَنْ تُقْطَعَ رُؤوسُهَا أَوْ تُجْعَلَ بِسَاطًا يُوطَأُ فَإِنَّا مَعْشَرَ الْمَلائِكَةِ لا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ تَصَاوِير
ُ
“Jibril ‘alaihis salam meminta izin kepada Nabi maka Nabi bersabda, “Masuklah.” Lalu Jibril menjawab, “Bagaimana saya mau masuk sementara di dalam rumahmu ada tirai yang bergambar. Sebaiknya kamu menghilangkan bagian kepala-kepalanya atau kamu menjadikannya sebagai alas yang dipakai berbaring, karena kami para malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar.” (HR. An-Nasai no. 5365. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
ُ
“Jibril ‘alaihis salam meminta izin kepada Nabi maka Nabi bersabda, “Masuklah.” Lalu Jibril menjawab, “Bagaimana saya mau masuk sementara di dalam rumahmu ada tirai yang bergambar. Sebaiknya kamu menghilangkan bagian kepala-kepalanya atau kamu menjadikannya sebagai alas yang dipakai berbaring, karena kami para malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar.” (HR. An-Nasai no. 5365. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hadits dari Abu
Hurairah di atas, menunjukkan bahwa yang dimaksud gambar yang terlarang
dipajang adalah gambar makhluk bernyawa (yang memiliki ruh) yaitu manusia dan
hewan, tidak termasuk tumbuhan. Sisi pendalilannya bahwa Jibril menganjurkan
agar bagian kepala dari gambar tersebut dihilangkan, barulah beliau akan masuk
ke dalam rumah. Ini menunjukkan larangan hanya berlaku pada gambar yang
bernyawa karena gambar orang tanpa kepala tidaklah bisa dikatakan bernyawa
lagi.
Dalam hadits lain,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اَلصُّوْرَةٌ الرَّأْسُ ، فَإِذَا قُطِعَ فَلاَ صُوْرَة
“Gambar itu adalah kepala, jika kepalanya dihilangkan maka tidak lagi disebut gambar.” (HR. Al-Baihaqi 7/270. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 1921)
“Gambar itu adalah kepala, jika kepalanya dihilangkan maka tidak lagi disebut gambar.” (HR. Al-Baihaqi 7/270. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 1921)
Syaikh Muhammad bin
Sholeh Al ‘Utsaimin ditanya, “Bisakah engkau jelaskan mengenai jenis gambar
yang mesti dihapus?”
Beliau menjawab,
“Gambar yang mesti dihapus adalah setiap gambar manusia atau Yang wajib
dihapus adalah wajahnya saja. Jadi cukup menghapus wajahnya walaupun badannya
masih tersisa. Sedangkan gambar pohon, batu, gunung, matahari, bulan dan
bintang, maka ini gambar yang tidak mengapa dan tidak wajib dihapus. Adapun
untuk gambar mata saja atau wajah saja (tanpa ada panca indera, pen), maka ini
tidaklah mengapa, karena seperti itu bukanlah gambar dan hanya bagian dari
gambar, bukan gambar secara hakiki.”
Beliau juga pernah
ditanya: “Dalam majelis sebelumnya, engkau katakan bahwa boleh membawa gambar
dengan alasan darurat. Mohon dijelaskan apa yang jadi kaedah dikatakan
darurat?”
Syaikh rahimahullah
menjawab, “Darurat yang dimaksud adalah semisal gambar yang ada pada mata uang
atau memang gambar tersebut adalah gambar ikutan yang tidak bisa tidak harus
turut serta dibawa atau keringanan dalam qiyadah (pimpinan). Ini adalah di
antara kondisi darurat yang dibolehkan. Orang pun tidak punya keinginan khusus
dengan gambar-gambar tersebut dan di hatinya pun tidak maksud mengagungkan
gambar itu. Bahkan gambar raja yang ada di mata uang, tidak seorang pun yang
punya maksud mengagungkan gambar itu.” (Liqa’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 33)
* * *
Makna shurah dalam
hadits 'Aisyah adalah gambar makhluk hidup yang memiliki wajah atau
kepala. Ibnu Abbas menyatakan:
الصورة الرأس، فإذا قطع الرأس فليس بصورة
“Shurah (gambar)
adalah kepala, bila kepala tersebut telah dipotong / dihilangkan maka hilanglah
hakekat shurah (gambar)." (Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi 7/270).
Imam Khattabi berkata,
“Pernyataan ini menunjukkan bahwa bila gambar telah diubah, yaitu dengan
memangkas bagian kepalanya, atau memisahkan antara kepala dan badannya, hingga
bentuknya tidak lagi seperti semula, maka hukumnya tidak mengapa memakainya”
(Ma’alim As-sunan 6/82).
Jumhur ulama
menegaskan, hukumnya boleh mengenakan sarung kasur, bantal atau kursi atau
sandaran yang bergambar makhluk bernyawa. Begitu pula pada benda-benda yang
terhinakan, seperti keset, tikar dan lain sebagainya.
Jadi, kalau melihat penjelasan
hadits tentang lukisan di atas, kita dilarang melukis, menggambar (menyerupai)
makhluk yang bernyawa dan dibolehkan melukis selainnya, seperti pohon, alam
dll. Juga larangan memajang lukisan makhluk yang bernyawa (termasuk foto),
sebab malaikat enggan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat gambar,
lukisan, patung makhluk bernyawa. Bukankah kehadiran malaikat di rumah kita
menjadi rahmat, hanya karena ada lukisan malaikat tidak mau memasukinya
Wallahua’lam...
Q : Kalau kalender yang
ada gambar anak-anak santri ust..? Afwan...
A : Apapun bentuknya,
selama ada terpampang gambar makhluk bernyawa, sebaiknya dihindari jika ingin
lebih berhati-hati. Jika karena tirai bergambar makhluk bernyawa saja malaikat
Jibril enggan masuk ke rumah Rasulullah, bagaimana dengan foto yang lebih jelas
yang menampakkan gambar makhluk bernyawa.
Q : Mana lebih utama,
bersedekah pada tetangga terdekat atau saudara qta yang sedang kesusahan? Boleh
kah kita menolak bersedekah pada seorang yang sangat mampu dalam sisi financial
tapi selalu merasa kurang dan selalu meminta sedekah pada saudaranya?
A : Bersedekah jauh
lebih diutamakan kepada keluarga atau orang terdekat. Allah berfirman:
"Wahai Muhammad,
orang-orang bertanya kepadamu tentang siapa yang berhak diberi derma. Katakanlah:
'Yang berhak kalian beri derma adalah ibu bapak kalian, kerabat dekat kalian,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang kehabisan bekal dalam
perjalanan." Seberapa pun harta yang kalian dermakan, maka sungguh Allah
Maha Mengetahui niat kalian." (QS. Al Baqarah: 215)
Sedekah kepada
tetangga yang butuh lebih diutamakan. Jika tetangganya sudah tercukupi (mampu)
maka boleh bersedekah kepada saudara yang lain yang lebih membutuhkan. Atau
jika mampu, diberi banyak rizki, rizkinya bisa diberikan kepada siapa saja yang
membutuhkan. Namun tetangga dekat, bisa dibilang, tanggungan kita.
Apakah boleh menolak
bersedekah pada seorang yang mampu namun selalu merasa kurang? Boleh diberi
boleh juga tidak. Allahua'lam.
Q : Afwan
ust..seandainya kita cerita ke orang lain tanpa menyebutkan nama orang
tsb..apakah ini masuk ke dalam ghibah...?
A : Membicarakan orang
yang terang-terangan berbuat maksiat seperti memberitakan keburukan seorang
penjahat, perampok, pencela sahabat, dll.. atau seorang yang mengkampanyekan
ideologi sesat seperti liberal, sukuler, dsb.. kata kuncinya: orang
terang-terangan (atau termasuk pamer) bermaksiat atau melakukan kebid'ahan.
Allahua'lam
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment