Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 21 Maret 2016
Narasumber : Ustadz Herman Budiarto
Rekapan Grup Bunda M17
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di
JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti. InsyaAllah aamiin
MERAIH KENIKMATAN IBADAH
Ikhwatifillah jamaah HA
yang berbahagia...
Ibadah yang benar pasti melahirkan buah dan hasil yang dapat
dirasakan di dunia dan juga di akhirat kelak. Diantaranya :
Taqwa
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ)
“Wahai manusia,
beribadahlah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertaqwa. "(QS. 2 : 21)
Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.
(اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)
“Bacalah apa yang
diwahyukan kepadamu dari kitab itu. Dan tegakkanlah sholat, karena sholat itu
mencegah dari praktek keji dan munkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (dengan
sholat) lebih besar (keutamaannya). Dan Allah mengetahui apa saja yang kamu
kerjakan.(QS. 29 : 45)
Diri dan harta menjadi suci (tazkiyatun nafs)
(خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ)
“Ambillah sebagian harta
mereka sebagai zakat yang akan menyucikan diri mereka dan harta mereka dan
berdoalah untuk mereka, karena doamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 9 : 103)
Diri, fisik, dan psikis menjadi sehat.
(الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ)
“Dan orang-orang yang
beriman itu, hatinya menjadi tenang dengan berdzikir kepada Allah itu
menyebabkan hati menjadi tenang.(QS. 13 : 28)
Rasulullah SAW bersabda : "Berpuasalah kamu, kamu menjadi
sehat".
Dimudahkan rezekinya dan anak keturunan menjadi banyak.
“Maka Aku katakan kepada
mereka, mohonlah ampun (istighfar) kepada Allah, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun. Niscaya Dia menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyakkan
harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan sungai-sungai.
(QS. 71 : 10-12)
Meraih syurga dan dipelihara dari siksaan api neraka
Lihat : QS. 3 : 15-17
Lihat : QS. 3 : 15-17
Ibadah menurut pandangan
Islam ialah sikap pasrah dan tunduk total kepada semua aturan Allah dan
Rasul-Nya. Lebih dari itu ibadah dalam pandangan Islam merupakan refleksi
syukur pada Allah SWT atas segala nikmatnya yang timbul dari dalam lubuk hati
yang dalam dan didasari kepahaman yang benar.
Pada gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata sebagai
kewajiban yang memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan.
Sebab itu, tidak heran ketika Aisyah Ummul Muminin bertanya kepada
Rasul yang sedang asyik beribadah di malam hari, sehingga kaki beliau terlihat
membengkak. Padahal segala dosa beliau baik yang lalu maupun yang akan datang
sudah diampuni Allah. Apa jawaban beliau? Aku hanya ingin menjadi
hamba-Nya yang bersyukur.
NIAT YANG
IKHLAS ADALAH DASAR PENERIMAAN AMAL
“Meninggalkan amal
karena manusia adalah ria, sedang beramal karena manusia adalah syirik. Dan
ikhlas menyelamatkanmu dari kedua penyakit tersebut"
Keberadaan niat harus disertai pembebasan dari segala keburukan, nafsu dan keduniaan, harus ikhlas karena Allah, agar amal-amal itu diterima di sisi Allah.
Keberadaan niat harus disertai pembebasan dari segala keburukan, nafsu dan keduniaan, harus ikhlas karena Allah, agar amal-amal itu diterima di sisi Allah.
Al-Fudhail bin Iyadh berkata, Sesungguhnya jika amal itu ikhlas
namun tidak benar, maka dia tidak diterima, sehingga ia ikhlas dan benar. Yang
ikhlas artinya amal itu dikerjakan karena Allah, dan yang benar jika amal itu
dilakukan berdasarkan Sunah.
Diriwayatkan dari Ibnu Masud, Perkataan tidak bermanfaat kecuali
dengan amal. Perkataan dan amal tidak bermanfaat kecuali dengan niat.
Perkataan, amal dan niat tidak bermanfaat kecuali sesuai dengan Sunnah.
Dari pembahasan diatas terlihat bahwa niat adalah ruh amal. Niat
pula yang mengarahkan kemana amal akan ditujukan. Niat itu bergantung pada
akidah dan nilai yang diyakininya. Selain itu pengetahuan, pemahaman, dan
pengalamannya terhadap sesuatu juga mempengaruhi niat. Faktor lain yang juga
tak kalah kuatnya adalah pengaruh dari lingkungan sekitar.
Apakah itu makna ikhlash?
Ikhlash adalah jika pendorong iradahnya dalam hati berupa dorongan
agama yang mampu menaklukan pendorong hawa nafsu, lebih mementingkan dan
mengharapkan apa yang ada disisi Allah daripada apa yang ada di sisi manusia.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. (QS. 6 : 162)
لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Tiada sekutu bagi-Nya;
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
(QS. 6 :163)
Seorang Muslim yang ikhlash ketika beramal dalam dirinya hanya ada
satu orientasi dan ghayah (tujuan) yaitu meniti jalan yang membawanya menuju
kepada keridhoaan Allah. Seperti halnya seorang budak maka manusia yang ikhlas
adalah budak yang memiliki satu tuan. Ia akan berusaha melakukan perbuatan yang
membuat tuannya ridha dan menjauhi apa yang akan membuat tuannya murka. Amal
yang dilakukan dengan keikhlasan akan berlangsung berkesinambungan karena
keikhlasan akan memberikan kekuatan kepada seorang mukmin untuk terus beramal,
pantang mundur dan tidak bermalas-malasan.
Sahabat Fillah wa
rahmatullah...
Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan oleh setiap manusia
dalam membentuk keikhlasan, diantaranya :
Hendaknya dalam diri seorang mukmin harus lahir sikap konsisten
dan integral.
Artinya ada kesesuaian antara apa yang ada dalam batinnya dengan
yang tampak.
Hendaknya ia menganggap sama antara pujian manusia dan celaan
mereka.
Bagi orang yang ikhlas, pujian hanya pantas untuk Allah
saja, karena Dialah yang Maha Sempurna. Begitupun dengan celaan, bagi
mereka celaan manusia akan tetap ada walaupun di sisi Allah mereka terpuji.
Kita melihat bagaimana Rasul SAW tetap giat beramal dalam kondisi apappun dan
berlaku baik pada semua orang baik yang mencelanya maupun yang memujinya.
Tidak memandang amal ikhlasnya
Saat kita merasa diri kita sudah beramal dengan ikhlas saat itu
pulalah akan muncul penyakit hati berupa ujub (mengagumi diri sendiri), lebih
jauh akan jatuh kepada takabbur.
Ada baiknya kita perhatikan kalimat dari Abu Ayyub as Susy, selagi
mereka melihat ikhlasnya sudah cukup maka ikhlas mereka itu masih membutuhkan
ikhlas lagi.
Tidak merasa aman dengan amalnya.
Dalam diri kita harus senantiasa hadir perasaan bahwa amal yang
dilakukannya tidak sanggup menutupi nikmat yang sudah diberikan oleh Allah SWT
sekecil apapun nikmat itu. Kita harus menyadari bahwa kesempatan untuk beramal
hanya datang dari Allah.
Khawatir akan menyusupnya riya dan hawa nafsu ke dalam jiwa,
sementara dia tidak merasakannya.
Secara sadar kita harus mengetahui bahwa syaitan memiliki seribu
macam cara untuk menggelincirkan manusia. Bila ia tidak mampu menggiring
seorang mukmin kepada kedurhakaan perbuatan secara dzahir maka ia akan mencoba
menyeretnya ke dalam kedurhakaan batin dari amal-amal yang dilakukan mukmin
tersebut.
Semoga kita semua terlindung akan segala bentuk godaan syaitan dan
selalu dalam penjagaan Allah SWT.
Wallahu a'lam bishawab
TANYA JAWAB
Q : Ustadz... point
"khawatir akan menyusunnya riya dan hawa nafsu ke dalam jiwa, sementara
dia tidak merasakannya". Bagaimana cara kita
menghindarinya Ustadz.. Kadang kita menyadari setelah terlanjur terjadi..
A : Perbanyak istighfar
bu dalam tiap saat dan ketika menyusup rasa riya segera ta'wudz serta segera
meluruskan niat lagi
Q : Sekali waktu saat sedang melaksanakan puasa sunah,saya secara
halus sengaja memperlihatkan pada seseorang bahwa saya sedang shaum sunnah.
Dalam hati saya berniat ingin dia juga berpuasa mengingat puasa itu sangat
menyehatkan dan bernilai ibadah. Intinya mengajak dia agar melaksanakan puasa
juga. Apakah saya termasuk riya, ustadź?
A : Menunjukkan
amal.namanya sum'ah. Sumah ada yang positif dan ada negatif. Positif
bila niatnya baik musal untuk memotivasi orang, memberi contoh dll. Negatif
bila untuk pamer, agar dianggap sholeh dll
Q : Klu riya terbersit di dalam hati...belum terucap atau
dilakukan hingga orang tahu..apakah sudah dicatat sebagai amal keburukan?
A : Amal buruk yang
masih dalam hati maka belum dicatat sebagai dosa. Segera istighfar agar kembali
lurus
Q : Apakah ikhlas itu hanya antara kita dan Allah saja yang
tahu... Bagaimana dengan mengajak orang untuk berbuat kebaikan apakah itu
termasuk riya dan mengurangi nilai keikhlasan kita dalam beribadah? Syukron
katsiro ustadz..
A : Betul bahwa riya itu
hanya Allah dan kita yang tahu. Mengajak itu bukan riya asalkan tujuannya
adalah Allah bukan tujuan untuk pamer, agar dianggap sholeh dll
Q : Ustadz...tadi disebutkan.. amal yang benar jika berdasarkan
sunnah..Untuk mengetahui apakah amal kita sudah sesuai sunah atau belum kita
harus mengetahui hadist Rasul..Bagaimana Ustadz untuk tau hadist yang shohih
atau bukan...
A : Untuk mengetahui
hadits itu shohih atau tidak maka harus membaca kitab-kitab hadits yang shohih.
Yang sudah dijamin shohih adalah hadits Imam Bukhori dan Imam Muslim
Selain itu maka harus mengetaui keterangan hadits tsb dari
ulama-ulama pensyarah hadits
Q : Ustadz...klo membaca yasin berjamaah itu tidak ada tuntunannya
yaa... apakah sebaiknya jangan dilakukan? Sementara di lingkungan saya untuk
merintis majelis ibu-ibu...baru hal itu yang bisa dilakukan...
A : Memang tidak ada
tuntunannya bu. Keutamaan tentang Yasin juga hampir semua hadits dhoif(lemah).
Sebaiknya diganti.dengan membaca al quran bergantian saja bu misal tiap.orang
setengah halaman. Harus pelan-pelan mengajak mengganti ke tilawah bergantian...
Baca yasin bareng juga rawan banyak salahnya karena cepet-cepet dan belum tentu
semua lancar bacanya.
Q : Saya sendiri merasa dilema...dikomplek saya...karena perumahan
baru...baru merintis majelis taklim ibu-ibu...kebetulan semua minta membaca
yasin...sy 'terpaksa' mengiyakan...karena klo langsung saya "menolak"
kuatir justru tidak jadi ada majelis taklimnya... gimana ya Ustadz... Rencana
saya..nanti saat Ramadhan...saya ubah ke tilawah...karena momentnya pas...
A : Iya bu tidak masalah
klo awalnya begitu..pelan-pelan saja sambil isi tausyiah dijelaskan tentang
yasin tsb
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar.
Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment