Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Senin, 21 Maret 2016
Narasumber : Ustadzah
Tribuana
Rekapan Grup Nanda M110
Tema : Parenting
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin.
METODE
MENDIDIK ANAK ALA NABI SAW
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah saw
bersabda, "Ajarilah, permudahlah, jangan engkau persulit, berilah kabar
gembira, jangan engkau beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah,
hendaknya diam."
1. Menampilkan suri tauladan yang baik
2. Mencari waktu yang tepat untuk memberi
pengarahan dalam perjalanan, waktu makan, waktu anak sakit
3. Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak
3. Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak
4. Menunaikan hak anak
5. Mendoakan anak
6. Membelikan anak mainan
7. Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan
ketaatan
8. Tidak suka marah dan mencela
Berbagai metode
pendidikan ini disimpulkan dari hadits-hadits Nabi SAW dan perilaku sosial
beliau kepada anak-anak. Selain itu juga, dari dialog langsung yang beliau
lakukan kepada anak-anak atau kepada para bapak tentang cara memperlakukan
anak-anak mereka.
Tahapan Mendidik Anak Ala Rasulullah
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar” (QS. an-Nisaa’ : 9)
Setiap orangtua
mendambakan anak yang shaleh, cerdas, dan membanggakan, akan tetapi keinginan
dan upaya yang dilakukan sering kali belum selaras. Kita sebagai orangtua lebih
banyak mengandalkan guru maupun tempat les untuk mencerdaskan anak-anak kita,
padahal kunci cerdasnya anak, justru ada di rumah, ada pada kedua orangtua!
Orangtua perlu
memahami bagaimana tahapan mendidik anak sesuai dengan usianya. Berikut ini
adalah tahapan cara mendidik anak ala Rasulullah yang insya Allah dapat
mencerdaskan anak-anak kita, baik secara intelektual maupun emosional.
Mendidik anak usia 0 hingga 6 tahun:
Perlakukan anak sebagai raja
Anak usia 0-6 tahun
merupakan usia emas atau Golden Age. Anak pada usia ini akan mengalami
masa tumbuh kembang yang sangat cepat. Percepatan tumbuh kembang ini bisa
dirangsang dengan mainan. Mainan akan sangat membantu agar anak menjadi anak
yang cerdas.
Sedangkan Rasulullah sendiri menganjurkan kepada kita untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak kita yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.
Sedangkan Rasulullah sendiri menganjurkan kepada kita untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak kita yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.
Zona merah: Jangan
marah-marah! Jangan banyak larangan, jangan rusak jaringan otak anak, pahami
bahwa anak masih kecil dan yang berkembang adalah otak kanannya.
Jadikan anak merasa
aman, merasa dilindungi dan nyaman bersama orangtua. Ketika anak nakal
maka janganlah membiasakan untuk dipukul supaya anak mau menurut. Memukul
ataupun memarahi anak pada usia ini bukanlah cara yang tepat. Berikanlah
kesempatan pada anak agar merasakan kebahagiaan yang berkualitas dimasa kecil.
Mendidik anak usia 7 hingga 14 tahun:
Perlakukan anak sebagai tawanan perang/ pembantu
“Perintahkan anak-anakmu untuk shalat saat
mereka telah berusia 7 tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika
mereka berusia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur
mereka.” (HR. Abu Dawud)
Perkenalkanlah anak
dengan tanggung jawab dan kedisiplinan pada usia ini. Kita bisa
melatihnya mulai dari memisahkan tempat tidurnya dan mendirikan shalat 5
waktu.
Pukullah anak ketika
anak tidak mau mendirikan shalat. Tapi bukan pukulan yang menyakitkan
atau pukulan di kepalanya. Atau kita bisa membuat sanksi-sanksi ketika
anak melanggar, namun sanksi yang diberikan usahakan sesuai dengan kesepakatan
antara anak dan orangtua.
Zona kuning: Zona
hati-hati dan waspada. Latih anak mandiri mengurus dirinya sendiri, misal cuci
piring, cuci baju, menyetrika. Pelajaran mandiri ini akan bermanfaat banyak di
masa depannya, untuk kecerdasan emosionalnya.
Mendidik anak usia 15 hingga 21 tahun:
Perlakukan anak seperti sahabat
Anak pada usia ini
adalah usia dimana anak akan cenderung memberontak. Oleh karena itu
dibutuhkan pendekatan yang baik kepada anak. Fungsinya adalah agar kita
bisa meluruskan anak ketika anak berbuat kesalahan, karena kita dekat dengan
anak.
Zona hijau: sudah
boleh jalan. Anak sudah bisa dilepas mandiri dan menjadi duta keluarga.
Timbulkan rasa nyaman
pada anak bahwa kita orangtua namun bisa bersikap seperti sahabat setia.
Sahabat setia yang siap mendengar segala cerita dan curahan hati anak.
Masa ini adalah masa pubertas untuk anak-anak.
Masa ini adalah masa pubertas untuk anak-anak.
Jangan sampai ketika
anak-anak punya masalah namun mereka cari solusi dan cari curhat ke tempat
orang lain. Didiklah anak dengan membangun persahabatan meskipun kita
adalah orangtuanya, agar anak tidak merasa bahwa kita adalah orang ketiga yang
tidak boleh tahu tentang permasalahan dirinya.
Para orangtua juga
dilarang untuk memarahi dan menghardik anak di hadapan adik-adiknya ataupun di
depan kakak-kakaknya. Maksudnya supaya harga dirinya tidak jatuh sehingga
anak tidak merasa rendah diri. Jalinlah pendekatan yang baik kepada anak.
Semoga bermanfaat.
Referensi: Al Qur'an
dan Hadits serta buku "Propetic Parenting" karangan DR. Muhammad Nur
Abdul Hafizh Suwaid
TANYA JAWAB
Q : Bagaimana menyikapi orangtua yang setiap hari marah-marah,
sering lepas kontrol sampai menghina, menjatuhkan martabat dan sering mengancam
kesuksesan. Dan juga orangtua ini memiliki
ketakutan yang berlebihan.... sering melarang mengatur ini itu termasuk dalam
hal pekerjaan. Sehingga anak-anaknya sering ragu jika suatu perencanaanya tidak
disetujui orang tua. Karena berfikir
restu orangtua adalah restu Allah.
A : Memang untuk yang belum menikah ridho Allah
ada pada ridho orangtua,,,jika orangtua belum paham cara mendidik yang baik dan
benar menurut agama Islam maka sebaiknya anak mengalah dulu sambil pelan-pelan
menasehati dan mendakwahi orangtua dengan cara yang ahsan dan santun.
Q : Anak usia 0-6 tahun kan suka nangis. Nah
biasanya kalau diajak main ke rumah nenek suka ga mau salim sama kakek
neneknya, dan sering rewel, suka minta cepat pulang. Kita sebagai orang tua
mesti gimana? Apa anak diancam dengan ancaman seperti "klo adek nangis nanti
mamah tinggal lho dek". Apakah seperti itu boleh?
A : Agar anak nyaman bertemu dan beradaptasi dengan
kakek nenek maka sebelum berangkat jelaskan kepada anak bahwa kakek nenek adalah
orangtua ayah bunda jadi tidak perlu takut dan dampingi anak ketika bersalaman dengan
kakek nenek....insya Allah anak tidak akan 'bersikap' aneh-aneh ketika bertemu
saudaranya
Q : Assalamualaikum ustadzah, mau tanya,
bagaimana kalau orangtua sudah terlanjur salah mendidik anaknya sejak anaknya
kecil.. Apa yang harus dilakukan orangtua? Dan bagaimana kita sebagai anak, sudah tau orangtua
salah dalam mengurus kita, terus kita merasa kesal pada orangtua kita kayak gak
nerima pendidikan yang salah gitu. Sebenarnya kita gak mau seperti itu sikap nya.
Lalu apa yang harus kita lakukan??
A : Kita tidak boleh menyalahkan orangtua yang
telah 'salah' mendidik kita karena memang mereka mungkin tidak sempat belajar
tentang parenting seperti kita sekarang,,tidak usah sakit hati terhadap mereka,,mohonkan
ampun kepada Allah agar dosa-dosa mereka terampuni...dan kita yang sudah tahu
ilmu cara mendidik anak jangan mengulang kesalahan orangtua kita.
Q : Assalamualaikum bunda, bagaimana cara
memberikan pengertian kepada adik yang sudah memasuki usia tawanan perang akan
tanggung jawab dia tentang pekerjaan rumah tangga sebagai bentuk kewajiban yang
harus dia lakukan sendri tetapi slama inu sudah terbiasa di bantu dengan
pembantu, dan dari orang tua sendri kurang mendukung untuk dia melakukan sendri
karena menurut orang tua nya "kan sudah ada pembntu". Terima kasia
bunda
A : Tetep harus diajarkan meski sudah ada
pembantu
Q : Ustadzah bagaimana menyikapi anak yang
orang tuanya tidak lengkap yang terkadang mencari sensi agar jadi pusat
perhatian?
A : Ajaklah anak
untuk berbagi cerita masalah yang terjadi pada dirinya sehingga anak tidak
caper
Q : Ustadzah saya punya adek lakilaki satu umur
10thun saya takut dengan lingkungan rumah yang kurang baik buat pergaulan adek
saya.. cara memberi pencerahaan biar si
adek mau di pesantrenkan gimana ustadzah?
A : Anak-anak saya dulu sebelum mondok beberapa
kali saya ajak ke ponpes...biar tahu dan familiar dengan suasana
pondok...penting diingat adalah memilih pondok yang pas dan sesuai dengan keinginan
anak
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment