Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Selasa,
17 Januari 2017
Rekapan
Grup Nanda 2
Narasumber
: Ustadzah Malik
Tema : Syakhsiyah
Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungakan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahanyaa ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangakitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dlm lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangakah indahanyaa kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
BAHAGIA
DENGAN SHALAT
Seandainya
kita bertanya kepada orang-orang di sekeliling kita dari berbagai agama,
bangsa, profesi dan status sosial tentang cita-cita mereka hidup di dunia ini
tentu jawaban mereka sama “kami ingin bahagia”. Bahagia adalah keinginan
dan cita-cita semua orang. Orang mukmin ingin bahagia demikian juga orang kafir
pun ingin bahagia. Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin bahagia
dengan profesinya. Melalui kegiatan menjual diri, seorang pelacur pun ingin
bahagia. Meskipun semua orang ingin bahagia, mayoritas manusia tidak mengetahui
bahagia yang sebenarnya dan tidak mengetahui cara untuk meraihnya. Meskipun ada
sebagian orang merasa gembira dan suka cita saat hidup di dunia akan tetapi
kecemasan, kegalauan dan penyesalan itu merusak suka ria yang dirasakan.
Sehingga sebagian orang selalu merasakan kekhawatiran mengenai masa depan
mereka. Terlebih lagi ketakutan terhadap kematian.
Allah
berfirman dalam surat Al Jumu’ah ayat 8:
قُلْ
إِنَّ الْمَوْتَ
الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ
فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ
تُرَدُّونَ إِلَى
عَالِمِ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا
كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah:
Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada yang mengetahui
yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah: 8)
Banyak
orang yang beranggapan bahwasanya orang-orang barat adalah orang-orang yang
hebat. Mereka beranggapan bahwasanya orang-orang barat hidup penuh dengan
kebahagiaan, ketenteraman dan ketenangan. Tetapi fakta berbicara lain, realita
di lapangan menunjukkan bahwa secara umum orang-orang barat itu hidup penuh
dengan penderitaan. Hal ini dikuatkan dengan berbagai hasil penelitian yang
dilakukan oleh orang-orang barat sendiri tentang kasus pembunuhan, bunuh diri
dan berbagai tindakan kejahatan yang lainnya, namun ada sekelompok manusia yang
memahami hakikat kebahagiaan bahkan mereka sudah menempuh jalan untuk
mencapainya. Merekalah orang-orang yang beriman kepada Allah. Mereka memandang
kebahagiaan itu terdapat dalam sikap taat kepada Allah dan mendapat ridho-Nya,
menjalankan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Boleh
jadi di antara mereka yang tidak memiliki kebutuhan pokoknya setiap harinya,
akan tetapi dia adalah seorang yang benar-benar bahagia dan bergembira bagaikan
pemilik dunia dan segala isinya.
Allah
berfirman,
قُلْ
بِفَضْلِ اللهِ
وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ
خَيْرٌ مِّمَّا
يَجْمَعُونَ
“Katakanlah:
Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.”(QS. Yunus:
58)
Jika
mayoritas manusia kebingungan mengenai jalan yang harus ditempuh
menuju bahagia maka hal ini tidak pernah dialami oleh seorang mukmin.
Bagi seorang mukmin jalan kebahagiaan sudah terpampang jelas di hadapannya.
Cita-cita agar mendapatkan kebahagiaan terbesar mendorongnya untuk menghadapi
beragam kesulitan.
Terdapat
berbagai keterangan dari wahyu Alloh sebagai kabar gembira bagi orang-orang
yang beriman bahwasanya dirinya sudah berada di atas jalan yang benar dan tepat
Allah berfirman:
وَأَنَّ
هَذَا صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ
عَنْ سَبِيلِهِ
ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan
bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa.” (QS. Al An’aam: 153)
Jika
di antara kita yang bertanya bagaimanakah yang dirasakan bagi orang-orang yang
bahagia dan orang-orang yang celaka maka Allah sudah memberikan jawaban dengan
firman-Nya:
فَأَمَّا
الَّذِينَ شَقُوا
فَفِي النَّارِ
لَهُمْ فِيهَا
زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ
خَالِدِينَ فِيهَا
مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ إِلاَّمَاشَآءَ رَبُّكَ
إِنَّ رَبَّكَ
فَعَّالٌ لِّمَا
يُرِيدُ وَأَمَّا
الَّذِينَ سُعِدُوا
فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا
مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ إِلاَّ
مَاشَآءَ رَبُّكَ
عَطَآءً غَيْرَ
مَجْذُوذٍ
“Adapun
orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka
mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), Mereka kekal di dalamnya
selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain).
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. Adapun
orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang
lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS.
Hud: 106-108)
Jika
di antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang
berbahagia, maka Alloh sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,
ٌّفَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي
هُدًى فَمَنِ
اتَّبَعَ هُدَايَ
فَلاَ يَضِلُّ
وَلاَيَشْقَى وَمَنْ
أَعْرَضَ عَن
ذِكْرِى فَإِنَّ
لَهُ مَعِيشَةً
ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Barang
siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta.” (QS. Thoha: 123-124)
Dan
juga dalam firman-Nya,
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا
مِّن ذَكَرٍ
أَوْ أُنثَى
وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً
طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Kebahagiaan
seorang mukmin semakin bertambah ketika dia semakin dekat dengan Tuhannya,
semakin ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya. Kebahagiaan seorang mukmin semakin
berkurang jika hal-hal di atas makin berkurang dari dirinya.
Seorang
mukmin sejati itu selalu merasakan ketenangan hati dan kenyamanan jiwa. Dia
menyadari bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan
kehendak-Nya.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh
menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan
orang yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu
tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia
mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan
kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar
dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya.” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
Inilah
yang merupakan puncak dari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu hal yang
abstrak, tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa diukur dengan angka-angka
tertentu dan tidak bisa dibeli dengan rupiah maupun dolar. Kebahagiaan adalah
sesuatu yang dirasakan oleh seorang manusia dalam dirinya. Hati yang tenang,
dada yang lapang dan jiwa yang tidak dirundung malang, itulah kebahagiaan.
Bahagia itu muncul dari dalam diri seseorang dan tidak bisa didatangkan dari
luar.
Tanda
Kebahagiaan
Imam
Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan itu ada 3 hal. 3 hal tersebut
adalah bersyukur ketika mendapatkan nikmat, bersabar ketika mendapatkan cobaan
dan bertaubat ketika melakukan kesalahan. Beliau mengatakan: sesungguhnya 3 hal
ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda keberuntungannya di
dunia dan di akhirat. Seorang hamba sama sekali tidak pernah bisa terlepas dari
3 hal tersebut:
1. Syukur ketika mendapatkan
nikmat.
Seorang
manusia selalu berada dalam nikmat-nikmat Allah. Meskipun demikian, ternyata
hanya orang berimanlah yang menyadari adanya nikmat-nikmat tersebut dan merasa
bahagia dengannya. Karena hanya merekalah yang mensyukuri nikmat, mengakui
adanya nikmat dan menyanjung Zat yang menganugerahkannya. Syukur dibangun di
atas 5 prinsip pokok:
Ketundukan
orang yang bersyukur terhadap yang memberi nikmat.Rasa cinta terhadap yang
memberi nikmat.Mengakui adanya nikmat yang diberikan.Memuji orang yang memberi
nikmat karena nikmat yang dia berikan.Tidak menggunakan nikmat tersebut dalam
hal-hal yang tidak disukai oleh yang memberi nikmat.
Siapa
saja yang menjalankan lima prinsip di atas akan merasakan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat. Sebaliknya, jika lima prinsip di atas tidak dilaksanakan dengan
sempurna maka akan menyebabkan kesengsaraan selamanya.
2. Sabar ketika mendapat
cobaan.
Dalam
hidup ini di samping ada nikmat yang harus disyukuri, juga ada berbagai ujian
dari Allah dan kita wajib bersabar ketika menghadapinya. Ada tiga rukun sabar
yang harus dipenuhi supaya kita bisa disebut orang yang benar-benar bersabar.
Menahan
hati untuk tidak merasa marah terhadap ketentuan Allah.Menahan lisan untuk
tidak mengadu kepada makhluk.Menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan
hal-hal yang tidak di benarkan ketika terjadi musibah, seperti menampar pipi,
merobek baju dan sebagainya.
Inilah
tiga rukun kesabaran, jika kita mampu melaksanakannya dengan benar maka cobaan
akan berubah menjadi sebuah kenikmatan.
3. Bertaubat ketika melakukan
kesalahan.
Jika
Allah menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan
di dunia dan akhirat, maka Allah akan memberikan taufik kepada dirinya untuk
bertaubat, merendahkan diri di hadapan-Nya dan mendekatkan diri kepada Allah
dengan berbagai kebaikan yang mampu untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, ada
seorang ulama salaf mengatakan: “Ada seorang yang berbuat maksiat tetapi
malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga orang yang berbuat
kebaikan namun menjadi sebab masuk neraka.” Banyak orang bertanya kepada
beliau, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi?, lantas beliau
menjelaskan: “Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa tersebut selalu
terbayang dalam benaknya. Dia selalu menangis, menyesal dan malu kepada Allah
subhanahu wa ta’ala. Hatinya selalu sedih karena memikirkan dosa-dosa tersebut.
Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan
keberuntungan. Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai bentuk ketaatan,
Karena dosa tersebut menimbulkan berbagai hal yang menjadi sebab kebahagiaan
dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan,
akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut di hadapan Allah. Orang
tersebut akhirnya menjadi sombong dan mengagumi dirinya sendiri disebabkan
kebaikan yang dia lakukan. Orang tersebut selalu mengatakan ’saya sudah berbuat
demikian dan demikian’. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan menyebabkan
timbulnya ‘ujub, sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal
ini merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba. Jika Allah masih menginginkan
kebaikan orang tersebut, maka Allah akan memberikan cobaan kepada orang
tersebut untuk menghilangkan kesombongan yang ada pada dirinya. Sebaliknya,
jika Allah tidak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, maka Allah biarkan
orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan ‘ujub. Jika ini terjadi, maka
kehancuran sudah berada di hadapan mata.”
Al
Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga
hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka
itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka
sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”
Malik
bin Dinar mengatakan, “Tidak ada kelezatan selezat mengingat Allah.”
Ada
ulama salaf yang mengatakan, “Pada malam hari orang-orang gemar sholat
malam itu merasakan kelezatan yang lebih daripada kelezatan yang dirasakan oleh
orang yang bergelimang dalam hal yang sia-sia. Seandainya bukan karena adanya
waktu malam tentu aku tidak ingin hidup lebih lama di dunia ini.”
Ulama’
salaf yang lain mengatakan, “Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa sholat
malam selama setahun lamanya dan aku bisa melihat usahaku ini yaitu mudah
bangun malam selama 20 tahun lamanya.”
Ulama
salaf yang lain mengatakan, “Sejak 40 tahun lamanya aku merasakan tidak
ada yang mengganggu perasaanku melainkan berakhirnya waktu malam dengan
terbitnya fajar.”
Ibrahim
bin Adham mengatakan, “Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui
bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari
kami dengan memukuli kami dengan pedang.” Ada ulama salaf yang lain
mengatakan, “Pada suatu waktu pernah terlintas dalam hatiku, sesungguhnya
jika penghuni surga semisal yang kurasakan saat ini tentu mereka dalam
kehidupan yang menyenangkan.”
Imam
Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya
maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.’” Wallahu a’laam.
(Diterjemahkan
dengan bebas dari As Sa’adah, Haqiqatuha shuwaruha wa asbabu tah-shiliha,
cet. Dar. Al Wathan)
TANYA
JAWAB
Q : Assalamualikum
bun saya mau bertanya terkadang kita melihat orang solat dan ibadah lainnya
rajin tapi kenapa masih suka iri dan dengki bahkan membantu orang berbuat
batil? Apakah orang tersbut kurang memaknai arti solat
A : Sayangku....semua
orang berproses untuk menghadirkan hati dan khusyu dalam sholat sehingga
sholatpun mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar...wallahu alam
Q : Bun, mau nanya
apakah orang yang meninggalkan sholat wajib termasuk orang yang murtad? Dan
apakah orang tsb harus syahadat dulu agar status keislamannya jelas atau kah cukup
sholat taubat?
A : Sayangku...sholat
itu tiang agama...jika meninggalkan sholat maka ia merobohkan agamanya....bukti
keimanan adalah dilakukan dengan perbuatan jika ia melalaikan maka wajib
baginya bertaubat...wallahu alam
Q : Assalamualaikum
bun, mau bertanya, bagaimana cara untuk bergegas sholat di awal waktu? Dan cara
untuk menghilangkan kelalaian dalam beribadah terutama sholat?
A : Sholihah yg
cantik bahwa perjalanan yang kita lakukan adalah seharusnya hanya untuk
menunggu waktu sholat artinya bagaimana kita memprioritaskan waktu sholat sebagai
utama dalam hidup kita...perbaiki pemahamanmu tentang keimanan dan
keislaman...perbanyak dzikir dan istighfar...perbanyak sedekah dan
silaturrahmi...wallahu alam
Q : Afwan bunda mau
bertanya lagi hehe. Al hasan al-bashri mengatakan "Carilah kenikmatan dan
kebahagiaan dlm 3 hal: dalam sholat, berzikir, dan membaca Al-Quran, jika
kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dalam tiga hal
itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu". Apa
penyebab pintu kebahagiaan itu tertutup, dan cara mendapatkannya kembali
bagaimana bun? Maaf sekali lagi nanyanya banyak hehe
A : Jika kita jauh
dari al qur an maka sesungguhnya kita juga jauh dari Allah....sedangkan pemilik
kebahagiaan adalah Allah....so perbaiki diri perbaiki hati perbaiki keimanan
taqorrub ilallah...jadikan kalamullah prioritas dalam kehidupanmu insyaAllah
Allah akan memudahkan bagimu semuanya....wallahu alam
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikloah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engakau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan
yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment