Home » , , , , » SUNGGUH, PUNDAK KITA INI AMATLAH RAPUH

SUNGGUH, PUNDAK KITA INI AMATLAH RAPUH

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Monday, January 30, 2017

Kajian Online WA  Hamba الله SWT

Senin, 30 Januari 2017
Rekapan Grup Nanda 1
Narasumber : Ustadzah Azizah
Tema : Parenting
Editor : Rini Ismayanti




Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.

AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.

Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan lafadz Basmallah

Bismillahirrahmanirrahim...                        

SUNGGUH, PUNDAK KITA INI AMATLAH RAPUH

Dalam sebuah kesempatan, seorang nenek menyampaikan 'masalah' yang dialami cucunya. Cucu laki-laki yang saat ini berusia 10 tahun sering kali ketakutan ketika ia merasa sendiri. Sebagai contoh, ketika ke kamar mandi ia harus ditemani, minimal memastikan neneknya ada di depan pintu. Ia akan menangis histeris jika menyadari ternyata ia ditinggal sendiri.

Perilaku ini muncul ketika dua tahun yang lalu ia ditinggal oleh (alm) ayahnya. Selama ayahnya masih hidup anak ini memang lebih dekat dengan ayahnya karena bundanya bekerja di luar kota.

Sang nenek bertanya, kira-kira penyebabnya apa dan bagaimana solusinya...

Kloo saya coba melihat secara sepintas, anak ini begitu luar biasa ketergantungannya pada sang ayah. Sehingga ketika ayah tiada ia merasa kehilangan tempat bersandar, jiwanya gampang terguncang.

Kedekatan melahirkan ketergantungan adalah satu hal yang wajar. Akan tetapi setiap orangtua wajib untuk memperhatikan KUALITAS kedekatan pada anak agar tidak tercipta ketergantungan 'permanen dan tunggal' yang akan berpengaruh negatif pada kstabilan mental anak di kemudian hari.

Saya pribadi menduga kedekatakan ayah dan anak pada kasus ini lebih banyak 'diwarnai' dengan pendekatan materi dan mengarah pada pemanjaan berlebihan. Ternyata hal ini dibenarkan oleh sang nenek. Memang selama ayahnya masih hidup, segala permintaan anak langsung dituruti tanpa sedikitpun mengajak bernegosiasi. Hal ini kemudian 'diperparah' dengan minimnya penguatan aspek spiritual dalam diri anak.

Anak dimanjakan dengan materi sedemikian rupa dan penanaman nilai-nilai aqidah 'lupa' diberikan karena bisa jadi berpikir "Belum saatnya, dia kan masih anak-anak. Biarlah ia menikmati kehidupan ini sepuas-puasnya...". Akhirnya guncangan itu betul-betul terjadi dan berpengaruh buruknya baru terasa kemudian.

Mari kita bahas tentang bagaimana langkah antisipasi sekaligus solusi untuk masalah ini atau yang serupa dengan ini...

Jika hal ini belum terjadi, ada beberapa langkah antisipasi yang bisa kita upayakan sebagai upaya pencegahan.

1# Tanamkan nilai-nilai aqidah sejak dini. Pahamkan pada anak bahwa tempat yang paling kokoh untuk dijadikan sandaran hanyalah Allah SWT

2# Ciptakan keseimbangan pengasuhan. Jika di rumah ada ayah dan ibu, maka usahakan agar kedekatan anak tidak memihak ke salah satu pihak saja. Kuncinya di sini adalah konsistensi dan kedekatan komunikasi. Anak akan lebih berpihak ke ayah ketika ibu seringkali terlihat mengambil langkah dan sikap berbeda dengan ayah dalam sebuah masalah. Misalnya ayah mengizinkan tapi ibu melarang atau sebaliknya. Jika ayah dan ibu tidak satu rumah, bisa diupayakan dengan membangun kedekatan jarak jauh melalui intensitas komunikasi.

3# Jangan pernah manjakan anak dengan materi secara berlebihan. Turuti kehendak anak yang memang diperlukan. Biasakanlah negosiasi dalam setiap pengabulan atau pelarangan.

4# Latih kemandirian dan bangun rasa tanggung jawab sejak dini. Biasakan anak merapikan mainan, menyelesaikan tugasnya sendiri atau membantu pekerjaan d rumah sesuai kemampuannya. Misalnya mencuci piring sendiri, melipat baju, dll sesuai kemampuan.

5# Pahamkan bahwa kita tidak selamanya menemani mereka. Ada  kalanya mereka harus mengurus segalanya sendiri.

Dan masih banyak langkah-langkah lain yang bisa kita upayakan agar anak-anak mandiri dan bertanggung jawab sejak dini sehingga tidak mengalami ketergantungan tunggal yang permanen. Bangunlah ketergantungan permanen itu hanya dengan bergantung kepada Allah Azza Wajalla.

Bagaimana jika sudah terlanjur 'jatuh dan trauma' ?

1# Tetap jaga kedekatan. Membuat anak lebih sering merasa sendiri akan menyebabkan dampak yang lebih buruk.

2# Perbaiki pola asuh/ komunikasi. Pelan-pelan dirubah yang sebelum selalu menuruti, dari sekarang dirubah agar anak diajak berpikir ia meminta sesuatu.

3# Pahamkan pada tentang arti "kasih sayang" dan juga "pemanjaan". Beri pemahaman pada anak bahwa yang nama sayang itu tidak selalu mengabulkan, apalagi ketika yang diminta adalah sesuatu yang tidak perlu. Anak harus paham bahwa anak manja adalah se                       

4# Latih kemandirian dan bangun rasa tanggung jawab sejak dini. Biasakan anak merapikan mainan, menyelesaikan tugasnya sendiri atau membantu pekerjaan d rumah sesuai kemampuannya. Misalnya mencuci piring sendiri, melipat baju, dll sesuai kemampuan.

5# Pahamkan bahwa kita tidak selamanya menemani mereka. Ada  kalanya mereka harus mengurus segalanya sendiri.

Dan masih banyak langkah-langkah lain yang bisa kita upayakan agar anak-anak mandiri dan bertanggung jawab sejak dini sehingga tidak mengalami ketergantungan tunggal yang permanen. Bangunlah ketergantungan permanen itu hanya dengan bergantung kepada Allah Azza Wajalla.

Bagaimana jika sudah terlanjur 'jatuh dan trauma' ?

1# Tetap jaga kedekatan. Membuat anak lebih sering merasa sendiri akan menyebabkan dampak yang lebih buruk.

2# Perbaiki pola asuh/ komunikasi. Pelan-pelan dirubah yang sebelum selalu menuruti, dari sekarang dirubah agar anak diajak berpikir ia meminta sesuatu.

3# Pahamkan pada tentang arti "kasih sayang" dan juga "pemanjaan". Beri pemahaman pada anak bahwa yang nama sayang itu tidak selalu mengabulkan, apalagi ketika yang diminta adalah sesuatu yang tidak perlu. Anak harus paham bahwa anak manja adalah sebuah keburukan.

4# Bangun empati pada sesama. Ajak anak untuk ikut merasakan 'keberadaan' orang-orang disekitarnya sehingga pelan-pelan ia akan 'lupa' dengan ambisi-ambisi materi yang selama ini hanya untuk memenuhi keinginan pribadinya.
5# Kenalkan pada Allah dan RasulNya. Tanamkan nilai-nilai aqidah, ajarkan tradisi-tradisi sunnah, mengenalkan figur sang Nabi teladan.

Demikian ulasan sederhana ini, semoga bisa menjadi salah satu inspirasi dan motivasi bagi kita semua untuk menggali hal-hal lain secara lebih mendalam, dan semoga menjadi awal kesungguhan kita untuk melakukan perbaikan...

Allahu a'laam wal musta'aan...

Kota Malang, 20/06/2016

#MasyhuriAzZauji

TANYA JAWAB

Q : Assalamualaikum Bunda Azzam..materinya menarik sekali "Bunda..bagaimana kiat2 membuat anak betah berada di rumah?..keponakan saya laki 6 tahun tidak betah berlama-lama di rumah..kalaupun di rumah jika jadwalnya bermain game..kebetulan ayahnyaa sudah meninggal stahun yang lalu dan ibunyaa bekerja & baru di rumah sore..jadi di rumah dia bersama saya & kakeknyaa. Mohon masukannyaa Bund.. trima kasih
A : Nahh klo begitu perlu penguatan dari kakek dan neneknya. Berikan aktivitas menarik di rumah. Syukur klo suka baca. Minat baca ditumbuhkan dengan mengikuti dia sukanya buku apa. Mumpung masih 6 th upayakan bisa tak banyak keluar khawatir terpapar kehidupan yang salah. Misal remaja yang mencontohkan kurang baik

Q : Bun..gimana meluruskan seorang anak yang dari kecil umur 2 tahun slalu di didik dengann cara yang salah..contohnya siapa yang bangun rumah ini? trus dia harus bilang kakeknyaa yang bangun. Kakeknyaa selalu ingn di banggakan.. trus motor siapa yang bisa beli klo gak uang kakek.. Jadi seakan-akan dibenaknyaa kakeknyaa itu yang kaya.. itu gimana bunda meluruskannya????
A : Sekarang dia umur berapa? Klo masih umur 2 thn gpp dia punya rasa bangga pada sang kakek. Sambil trus diberi pemahaman yang benarnya seperti apa.

Q : Sekarang dia dah umur 6 tahun bunda, dia it keponakan ku... tapi dari kesalahan itu dia jadi anak yang sangat membenci kakeknya..bahkan takut dengann kakeknya. Trus kloo bergaul dengan temen seusianya dia ingin selalu menang sendiri. Apa yang jadi miliknya gak boleh di pinjam ma temen. Trus dia selalu ingn temennya mengakui barang miliknya dia. Lalu bagaimana pendekatannya ke anaknyaa..??? klo di rumah dia jadi anak yang nurut ma ortu tapi kloo disekolahan dia menjadi anak yang nakal ..
A : Pola pengasuhan yang kurang tepat dia takut karena ada ortu. Mumpung gak ada lawan semua. Perlu banyak diajak bicara. Pahamkan arti taat aturan untuk apa

Q : Ada anak usia 10th sudah 2 tahun tinggal dengan kakek nenek dan tantenya. Akan tetapi akhlak anak ini suka marah-marah. Karena dirumah ibunya suka marah. Pihak kakek ingin mengembalikan pengasuhan anak pada ibunya. Tapi akhlak ibunya tidak baik. Jadi kakek khawatir pendidikan spiritual dan umumnya si anak terbengkalai. Bgimana solusinya bu?
A : Bagaimanapn ibu adalah penanggung jawab atas mental seorang anak. Jika memang ibunya temperament maka upayakan ada yang mengingatkan. Sadarkan bahwa kelak anak itu akan mencatat semua yang ia rekam dalam otaknya. Jika ibunya suka baca berikan postingan tentang pengasuhan anak

Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikloah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:


سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”


Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!