Home » , , » MENGOPTIMALKAN USIA

MENGOPTIMALKAN USIA

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Saturday, January 28, 2017


Image result for image mengoptimalkan usiaKajian Online Hamba Allah Ummi G-2
Senin, 23 Januari 2017
Narasumber : Ustadzah Lillah 
Editor : Sapta 
➖➖➖➖➖➖➖➖➖

MENGOPTIMALKAN USIA

: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ؛

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Mudah-mudahan kita semua senantiasa dlm lindungan Allah SWT dan berkelimpahan nikmatNya

Pada kesempatan ini, mari kita renungi sejenak salah satu nikmat Allah SWT yang sering sekali manusia alfa, yaitu soal usia. Padahal tak ada seorang pun di antara kita yang mampu membendung perjalanan usia. Contohnya, bila sedetik berlalu dari kehidupan kita, sesungguhnya ia telah menjadi masa lalu, bagian sejarah dalam kehidupan anak cucu Adam.

Persoalannya adalah sudahkah kita hidup dengan mengoptimalkan setiap detik usia atau menyia-nyiakannya?

Pertanyaan ini penting diajukan mengingat umat Islam masih banyak yang terjebak dalam kemacetan berpikir tentang potensi usia yang dimilikinya. Banyak yang berpikir, ia baru akan berbuat baik, pergi ke masjid, mengaji dan ibadah lainnya nanti setelah usia lima puluhan, enam puluhan bahkan tujuh puluhan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba di hari kiamat hingga ditanyakan kepadanya empat hal: Usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya bagaimana ia pergunakan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia keluarkan, serta ilmunya, apa yang ia telah perbuat dengannya.”

Setiap manusia akan ditanyakan tentang usia yang telah diberikan padanya. Bahkan secara khusus, akan juga ditanyakan tentang usia mudanya. Apa yang telah kita lakukan sepanjang masa muda itu? Barangkali, penyebutan secara khusus tentang masa muda, karena pada masa itulah kita tengah membentuk diri kita, menentukan jati diri kita, dan melakukan revolusi besar dalam sejarah hidup; menikah, berkeluarga, memiliki keturunan, membangun karier dan melakukan segala aktivitas duniawi.

Bila kita renungi lebih jauh, maka kita akan dapatkan bahwa seluruh rangkaian kewajiban agama merupakan peringatan bagi diri kita tentang perjalanan usia. Lihatlah bagaimana permulaan masuk waktu subuh, misalnya. Tatkala malam membuka selimut fajarnya, berdirilah seorang muadzin menyerukan setiap insan yang tengah terlelap dalam tidurnya, “hayya ala shalah”. (Marilah tunaikan shalat) “As-shalatu khairu min nawum”. (Shalat itu lebih baik daripada tidur).

Jiwa yang suci akan menjawab panggilan itu dengan segara melakukan shalat subuh. Ia akan membasuh wajahnya dengan air wudhu, membersihkan dirinya dari belenggu syaitan dan menyambut harinya dengan hati yang bersih. Sementara jiwa yang terbuai dalam nina-bobo syaitan akan menarik selimutnya, melanjutkan mimpi-mimpinya, hingga ia kehilangan waktu yang sangat indah. Waktu subuh yang menyemburkan semburat kehidupan.

Untuk itulah, para ulama terdahulu, dalam upayanya optimalisasi setiap detik kehidupan yang dijalaninya, mengatakan, shalat lima waktu adalah “neraca harian” kita. Shalat Jumat merupakan “neraca pekanan”, puasa di bulan Ramadhan menjadi semacam “neraca tahunan” dan menunaikan haji menjadi “neraca atau timbangan usia” kita.

Bila setiap muslim melakukan kalkulasi dengan benar pada neracanya itu niscaya ia akan beruntung dalam menapaki kehidupan ini. Umar bin Khattab RA berkata, “Barang siapa yang hari ini sama dengan harinya yang kemarin, maka dia adalah orang yang tertipu. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang tercela”.

Waktu laksana angin, ia berembus cepat baik saat kita senang ataupun susah. Dan, manakala maut datang menjemput, masa-masa yang panjang yang pernah dilalui seseorang hanyalah merupakan bilangan masa pendek yang berlalu bagaikan kilat. Jika akhir dari usia adalah kematian, maka panjang-pendeknya usia seseorang hanya tertulis di batu nisan.

Ketika Nabi Nuh, seorang rasul yang berusia sembilan ratus lima puluh tahun hendak dicabut nyawanya, malaikat bertanya, “Wahai Nuh yang memiliki umur terpanjang, bagaimana kamu mendapati kehidupan dunia ini.” Nuh menjawab, “Dunia ini laksana rumah yang memiliki dua pintu, saya masuk dari pintu yang satu dan segera keluar dari pintu yang lain.”

Sungguh benar firman Allah SWT yang menggambarkan orang-orang kafir merasa sebentar saja di dunia, ketika dibangkitkan kelak. Allah SWT berfirman, “Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) yaitu di waktu sore atau di waktu pagi. (QS: An-Nazi’at ayat 46)

Untuk itulah, sering kita dapati orang yang meratapi masa mudanya saat ia telah berusia renta, lanjut dimakan zaman, rapuh dikikis angan-angan. Penyair Abdul Malik Ziyat menulis, “Seandainya masa muda itu dapat kembali sehari saja, niscaya akan kuberitahukan padanya apa yang telah dikerjakan oleh seorang yang renta ini”.

Karena itu pula, Ibnu Mas’ud, seorang sahabat Nabi SAW berkata, ““Aku tidak pernah menyesali sesuatu. Penyesalanku hanyalah pada hari yang telah berlalu, di mana umurku berkurang dan amalku tidak kunjung bertambah”.

Usia adalah harta termahal yang dimiliki manusia. Hasan al-Basri, penyair Sufi mengatakan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya kalian hanyalah sekumpulan dari hari-hari. Setiap kali hari berlalu, akan berlalu pula sebagian dari umurmu”.

Menutup tulisan ini, patut kita renungi anjuran doa yang diajarkan Rasulullah SAW sebagai upaya optimalisasi usia. Doa itu, “Allahuma Inni A’udzu bika Minal Hammi wal Hazn, Wa A’udzu bika Minal ‘Azli wal Kasl” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesengsaraan dan kesedihan dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan).

Semoga kita termasuk orang yang pandai mengoptimalkan usia.

TANYA JAWAB

T : Apakah masa muda kita yang kita lalui kurang baik, semisal belum menutup aurat dan lain-lain, dapat kita "tebus" dengan mengajarkan anak-anak kita untuk mengoptimalkan kegiatan mereka sejak muda, untuk melakukan hal yang "terlewat" ketika kita masih belia, seperti giat beribadah, melakukan hal-jal baik untuk masyarakat, dan lain-lain?
J : Dalam Islam tidak ada istilah penebusan dosa. Yang ada, iringi keburukan dengan kebaikan

عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”. [HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih]

T : Apakah benar seseorang yang sudah berusia 40 tahun, kemudian masa yang dilalui itu lebih banyak keburukan daripada kebaikan maka akan sulit bertaubat?
J : tidak benar

T : Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarakatuh, Ustadzah, apakah dosa dosa dimasa muda bisa terhapuskan dengan taubatan nasuha?
J : Ya, bisa

T : Semakin tua seharusnya kita lebih paham bahwa tidak semua yang terlihat buruk untuk dunia, buruk juga untuk akhirat, bahkan ada yang terlihat buruk di dunia, sebenarnya berilah baik di akhirat. Sehingga, misalnya kitata tidak perlu bersedih ketika sedang difitnah, malah seharusnya gembira karena akan menghapus dosa. Lalu apa yang harus kita lakukan agar bisa bergembira dengan "kesedihan" dunia yang bernilai baik untuk akhirat?
J : Meyakini bahwa semua alur kehidupan kita sudah ada yang mengatur, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya, bahwa disebalik luka Allah telah titipkan penawarnya. Tinggal kita melapangkan hati atas semua kehendak Allah, karena paham bukan dunia tujuan akhir kita

T : Kita selalu berusaha untuk selalu istiqomah ustadzah, kita sudah bertaubat dari dosa kesalahan di masa lalu, tapi.jalan hidup yang menimpa selalu pahit, tapi berusaha kita untuk tersenyum dan bersyukur. Kadang hati bertanya, dengan jalan seperti ini terus apakah ada dosa yang belum Allah ampuni? Apakah kita salah dan dosa seandainya kita punya pikiran seperti itu? Sedangkan Allah suka menguji pada manusia yang selalu sujud syukur. Tolong ustadzah, takut dengan punya pikiran yang selalu bertanya seperti di atas, apa jadi mengakibatkan tambah dosa buat kita?
J : Disini pentingnya diseimbangkan dengan keyakinan bahwa ini ujian Allah untuk menaikkan derajat keimanan kita. Kalau terpuruk pada ketakutan akan azab Allah, bisa terjerumus kita pada sikap putus asa.

T : Ustadzah, seorang mukmin dituntut untuk produktif baik untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain atau ummat/agama. Apakah orang yang hanya ibadah saja misal bekerja, belum nikah (pria), solat 5 waktu, yasinan sudah bisa dikatakan produktif?
J : Menjadi Muslim tidak cukup hanya menjadi baik saja untuk diri sendiri, tapi sebaik-baiknya manusia adl 'anfa'uhum linnaas. Maka dikatakan produktif jika dia pun berusaha untuk juga memberi sebanyak-banyak manfaat bagi orang lain.

PENUTUP
Selanjutnya..marilah kita tutup kajian kita dengan bacaan istigfar 3x
Doa robithoh dan kafaratul majelis

Astaghfirullahal' adzim 3x

Do'a Rabithah
Allahumma innaka ta'lamu anna hadzihil qulub,
qadijtama-at 'alaa mahabbatik,
wal taqat 'alaa tha'atik,
wa tawahhadat 'alaa da'watik,
wa ta ahadat ala nashrati syari'atik.
Fa watsiqillahumma rabithataha,
wa adim wuddaha, wahdiha subuulaha,wamla'ha binuurikal ladzi laa yakhbu,
wasy-syrah shuduroha bi faidil imaanibik,
wa jami' lit-tawakkuli 'alaik,
wa ahyiha bi ma'rifatik,
wa amitha 'alaa syahaadati fii sabiilik...
Innaka ni'mal maula wa ni'man nashiir.

Artinya :
Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya hati-hati kami ini,
telah berkumpul karena cinta-Mu,
dan berjumpa dalam ketaatan pada-Mu,
dan bersatu dalam dakwah-Mu,
dan berpadu dalam membela syariat-Mu.
Maka ya Allah, kuatkanlah ikatannya,
dan kekalkanlah cintanya,
dan tunjukkanlah jalannya,
dan penuhilah ia dengan cahaya yang tiada redup,
dan lapangkanlah dada-dada dengan iman yang berlimpah kepada-Mu,
dan indahnya takwa kepada-Mu,
dan hidupkan ia dengan ma'rifat-Mu,dan matikan ia dalam syahid di jalan-Mu.Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Aamiin...    

DOA PENUTUP MAJELIS
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.Artinya:“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Aamiin ya Rabb.

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!