HIZBUSY SYAITHON

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, February 7, 2017

Kajian Online WA  Hamba الله SWT

Selasa, 7 Februari 2017
Rekapan Grup Nanda 1
Narasumber : Ustadzah Riyanti
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti




Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.

AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.

Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan lafadz Basmallah

Bismillahirrahmanirrahim...                       

HIZBUSY SYAITHON

Kali ini kajian HA Online mengambil tema “Hizbusy Syaithan”, artinya Partai Syetan. Tentu saja kita tidak ingin bangsa kita terperosok terus menerus pada gambaran-gambaran bodoh yang meracuni pikiran anak-anak kita, dengan pengenalan-pengenalan yang salah tentang syaithan melalui film-film picisan, murahan, yang mempersempit otak, membuat anak-anak menjadi penakut dengan gambaran-gambaran yang salah dan melenceng. Barangkali tidak semuanya salah tetapi lebih banyak salahnya daripada benarnya yang digambarkan dalam bermacam mitos.

Salah satu hal yang harus kita perjuangkan dalam hidup ini ialah bermusuhan. Mungkin mengejutkan, kenapa kita harus bermusuhan? Bukankah kita harus mencari sahabat. Tidak benar. Mencari sahabat itu perlu bahkan dikatakan lebih susah mencari seorang sahabat daripada mencari musuh. Tanpa rekayasa pun kita bisa gampang ketemu musuh. Lewat di muka orang banyak tanpa berteguran dengan sifat arogan, berkata yang tidak menyenangkan sudah cukup untuk dapat musuh.

Jadi realitas kita sebagai muslim bahwa dalam hidup ini kita harus mengambil musuh dan harus punya musuh. Siapa yang dimaksud? Itulah yang Allah nyatakan “ ان الشيطان لكم عدو  , “Sesungguhnya syetan itu untukmu adalah musuh”. Saya jelaskan struktur katanya :

ان , dengan sungguh, kata penguat disebut talkit.

الشيطان, dengan alif lam ta’riful jism satan

Dengan jelas kita harus tahu tandanya atau cirinya kalau begitu. Tidak dikatakan syetan musuh tapi diajukan dulu.

لكم, untuk kamu

عدو‘ sama dengan musuh

Dengan mengatakan lakum lebih dulu, kita mendapatkan pelajaran, bukan untuk kerbau syetan itu musuh, bukan untuk kecoa, bukan untuk hewan, atau benda-benda, untuk kamu jenis manusia, ingat!

Tetapi karena kita sering lupa pernyataan yang sudah sangat jelas innasy syaithoona lakum ‘aduwwun ternyata perlu ditambahkan, dilengkapi, dan bukan karena dia kurang, lebih kepada pelajaran buat kita. Fattakhidzuhu ’aduwwa, perlakukanlah syetan itu, posisikan dirimu sebagai musuh. Ada pernyataan anggaplah syetan itu sebagai musuh. Kalau cuma dianggap tidak cukup. Untuk itu kita perlu mengenal beberapa hal:

1. Definisi

Khusus dengan segala hal yang berkaitan dengan hizbusy syaithan, partai syetan, kita berikan di sini jenis-jenisnya, ada jin, iblis, dan syetan. Kita tidak ingin berdalam-dalam masalah ini, cuma sekilas ada golongannya:

a. Jenis pertama itu, induk dan pokoknya Al Jin. Al jin itu berasal dari kata janah artinya gelap. Dalam Al Qur’an ada kata falamma janah alaihi lailu, artinya ketika malam menjadi gelap. Pohon-pohon yang lebat sampai gelap bawahnya disebut janah. Yang di dalam kandungan, di dalam plasenta ibu, di dalam gelapnya disebut janin. Orang yang akalnya tidak bekerja dengan baik karena tertutup disebut majlun, tergelapkan. Jin makhluk yang tidak terlihat oleh mata biasa. Janah tameng untuk kita tidak bisa ditembus senjata lawan. Itu akar kata yang sama mempunyai makna berbeda karena penggunaan yang berbeda.

Kemudian golongan jenis jin material dasarnya adalah api. Allah nyatakan wakholaqoljaanamimmarijimminnaar, karakternya jin ada yang mukmin ada yang kafir. Tetapi bukan kewajiban kita meneliti mereka. Dunia kita dunia kita, dunia mereka dunia mereka. Kita tidak menggampang-gampangkan muamalah dengan mereka, karena tidak taklif kewajiban kita dengan urusan mereka.

b. Kemudian nama jenis makhluk yang lain disebut iblis, golongan jin. Allah nyatakan dalam surat 18: 50.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا﴿٥٠﴾

“Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam[884], Maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zhalim.” (QS. Al Kahfi: 50)

Iblis asalnya adalah bangsa jin dan akhirnya fasik, menentang perintah Tuhannya. Material dasar api, karakter iblis kafir, sombong. Iblis sering dikatakan sebagai bapaknya syetan. Kesombongan adalah hal yang jelas pada iblis.

Kita harus jernih berfikir, ketika ada pemikiran dari filsafat atau dari mana saja yang kadang membuat kita termanggut-manggut. Contoh, seperti pembelaan seseorang bahwa aqidah dan imannya iblis itu lebih tinggi dari aqidah dan imannya malaikat, lantaran malaikat itu lugu, tidak kritis, disuruh sujud dia sujud kepada Adam. Sedangkan iblis itu kritis, dia tidak mau. Dia tahu bahwa sujud kepada makhluk itu syirik hukumnya, musyrik. Hebat betul pembelaan ini. Bagaimana kita bisa menerima statement ini. Tetapi ada juga orang yang mengagumi pikiran ini. Makanya kita berkritislah dalam hidup ini, hatta kepada Allah, agama, wahyu, jadinya hidup mereka krisis.

Sekarang begini, yang mudah saja. Kalau pembelaan itu mau dipakai, yang lebih pintar adalah iblis. Mengapa pembelaan macam itu tidak dilakukannya ketika Allah bertanya, ma aamanaka antasjuda idz amartu, hai iblis mengapa kamu tidak mau sujud ketika Aku perintahkan. Iblis tidak mau mengatakan bahwa itu syirik. Sumbernya Allah yang memerintahkan, kalau tidak ada perintah dan larangan yang disebut kufur sekarang menjadi kafir. Yang disebut pahala menjadi pahala. Sesuatu menjadi baik dan buruk itu karena syariat mengatakan baik dan buruk, tidak bisa dikatakan semata akal bebas. Lalu kita katakan pasti jadi hukum, tidak mungkin. Jadi kalau Allah  memerintahkan sujud itu tidak jadi syirik, karena Allah yang memerintahkannya. Dan makna sujud itupun tidak ada sujud syirik.

Nah ternyata, ketika Allah bertanya kepada iblis kenapa tidak mau sujud, jawabannya langsung saja, Qoola ana khoiru minhu kholaqtani minnaari wa kholaqtahu minthiin. Aku lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api dan Adam dari tanah. Jelas aku lebih mulia, tidak mungkin. Nah di sinilah orang terjebak kepada bentuk, pada formalitas-formalitas. Walaupun formalitas harus kita perhatikan, tapi keterjebakan ini yang tidak boleh. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan Adam dari tanah. Bisa orang itu kufur tanpa berubah status. Kufur dalam Islam, berfikir kufur, berbuat kufur. Ada yang menyebabkan orang keluar dari Islam ada yang tidak. Iblis sendiri masih mengakui Allah, kholaqtahu, dia mengakui bahwa Allah yang menciptakannya, tidak menolak. Bila sekedar ada orang yang mengatakan Tuhan pencipta, belum cukup. Iblis saja masih mengakui padahal kekafirannya sudah sangat jelas, tanpa harus mengingkari wujudnya Allah iblis cukup kafir. Bagaimana orang cuma puas mengatakan Tuhan maha esa, menyebut bahkan mendengar nama Allah tidak mau. Dia marah wajahnya takut orang lain tersinggung sama kita. Urusan apa. Di sinilah terdapat kesombongan.

Jadi keterjebakan ini bentuknya adalah tidak melihat perkara secara substansial. Kalau soal perintah lihat siapa yang memerintah,. Bila Allah, selesai, laksanakan saja. Jangan soal saya lebih baik. Sudah iblisnya sendiri terang-terangan mengatakan aku lebih bagus, engkau ciptakan aku dari api dan Adam dari tanah. Masa ada yang menawarkan jasa gratisan dari iblis. Apa kepingin masuk surga iblis dengan mengatakan iblis lebih hebat tauhidnya, lebih tinggi imannya. Iblisnya sendiri tidak mau membela diri dengan cara itu, sedangkan dia tahu cara itu bisa dilakukan, tetapi tidak, mengapa? Takabur, kesombongan. Jadi iblis ini golongan jin, dasarnya surat 18 : 50. Material dasar sama dari api.

c. Nama jenis syetan. Golongannya sama dengan iblis dan jin, tapi dalam terminologi Al Qur’an dan saat Allah mengatakan syayaathiini insi wal jinni, syetan yang berasal dari manusia dan jin. Setiap nabi itu digoda, diganggu, dan dihalangi oleh syetan. Dan kata syetan memang pengganggu, pembuat was was, berbentuk jin dan manusia. Maka kalau kedua-duanya masukan untuk material dasarnya syetan adalah api. Syetan yang berbentuk manusia material dasarnya adalah tanah. Jadi ketika pengenalan kata syetan di masyarakat kita seringkali diperkecil hanya nyai blorong, kuntil anak dan sebagainya. Ini adalah suatu korupsi, pemalsuan, pengecilan dan penyudutan. Jelas konsepnya itu dari syetan juga agar kita dan anak-anak kita hanya ketakutan dengan gambaran yang demikian. Ditonton juga tapi jadi penakut juga. Siang-siang ke kamar mandi takut, misalnya. Ini hasil kerja syetan.

Karakter kafir, pendengki utamanya. Ketika Allah menggambarkan makhluk jin yang ingkar itu menjadi kelompok kafir, iblis. Pada iblis yang melekat adalah sifat sombong. Dia menolak karena dia sombong, mengatakan dirinya lebih mulia, karena diciptakan dari api dan manusia dari tanah. Tapi ketika aktivitasnya itu menggoda, sifatnya itu tidak hanya mempertahankan kesombongan, maka yang melekat itu syetan. Seakan saja iblis itu pasif, padahal dirinya dari syetan, aktif. Jadi yang disuruh menolak, membangkang itu iblis. Kalau mengajak orang lain supaya sombong itu syetan, penghasut dan penyesat dan sebagainya. Dari gambaran singkat ini kita bisa mendudukkan masalah.

— Bersambung

TANYA JAWAB

Q : Afwan mau nanya kemarin sepupu nikahan, cuma beliau lupa ziarah ke makam nenek sama kakek. H-1 acara, rumah dan sekelilingnya wangi melati sangat nyengat dimana-mana. Kemudian dipanggilin Ustadz untuk mengirim doa ke kakek dan nenek,. Ga lama dari itu, bau melatinya hilang. Apakah itu termasuk perbuatan dari golongan Jin?? Dan apakah keluarga tsb salah apabila mekukan hal tsb?

A : Orang yang sudah meninggal tidak bisa membuat mudharat bagi yang hidup. Kalo ada hal semacam itu, itu jin yang mengganggu rumah dan tidak ada hubungannya dengan Kakek dan Nenek



Q : Saya pernah denger ada orang kena penyakit 'ain, penyakit 'ain itu apa? Terus klo dia kena penyakit 'ain cara mengobatinya bagaimana? Jazakillahu khairan katsiran

A : Penyakit ‘Ain (Pengaruh Pandangan Mata Dengki atau Takjub

Ilustrasi –  Ibu A : “Ini loh, anak saya belum genap dua tahun paling pintar diantara teman – teman sebayanya. Sudah bisa lari – lari, udah pinter ngomong, makannya lahap, makanya badannya montok. Duh, senengnya…”

Ibu B : “Baguslah, iya Si A emang pinter ya? Anak saya malah baru bisa jalan lebih dari 15 bulan. Makannya juga susah banget nih…” Malamnya, si A rewel tidak seperti biasanya. Tidak mau menyusu. Kejadian itu berlangsung terus menerus hingga beberapa bulan lamanya. Tibalah waktunya si A disapih, namun dia masih enggan makan. Sepanjang malam rewel tanpa sebab, sehingga membuat badannya kurus kering. Sering sakit dan tidak lincah seperti sebelumnya. Setelah periksa ke DSA (Dokter Spesialis Anak), sang Dokter pun mengatakan tidak ada indikasi medis apapun. Apa itu Penyakit ‘Ain? Secara harfiah, penyakit ‘Ain itu diambil dari kata ‘ana-Ya’inu (bahasa Arab) artinya apabila ia menatapnya dengan matanya. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, kemudian diikuti oleh jiwanya yang keji, kemudian menggunakan tatapan matanya itu untuk menyampaikan racun jiwanya kepada orang yang dipandangnya. Sehingga, apa yang dilihat oleh hati yang hasad dapat membahayakan orang lain. Penyakit ‘Ain bukanlah penyakit medis, tetapi dapat mengganggu kesehatan orang yang terkena ‘Ain. Yang paling rentan terkena penyakit ‘Ain adalah anak – anak dan balita, karena mereka masih lemah dan belum bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh jahat di sekitarnya. Tidak menutup kemungkinan, akan menimpa orang dewasa, ibu hamil, hewan, bahkan harta benda. Dari Ilustrasi kasus di atas, terlihat jelas bahwa Ibu A tengah menceritakan tentang kepintaran anaknya kepada Ibu B. Namun, kondisi anak Ibu B tidaklah lebih baik dari Si A. Secara tersirat, Ibu B merasa iri dengan perkembangan Si A yang bagus. Dari perbincangan inilah, panah hasad mengenai si A. Sehingga, menyebabkan malamnya si A rewel. Padahal, dari lisannya meluncurkan pujian, namun disertai rasa dengki, yang tentu saja, setan turut berperan dalam membidikkan panah ‘Ain, hingga mengenai sasarannya. Penyakit yang diderita anak-anak tidak semuanya bisa dideteksi dengan ilmu kedokteran. Ada juga sebab syar’i yaitu penyakit ‘ain. Sebagaimana pernah terjadi di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pernah melihat anak perempuan di rumah Ummu Salamah istri beliau. Di wajah anak itu ada warna kehitaman. Beliau kemudian berkata kepada Ummu Salamah,“Ruqyahlah dia, karena dia terkena ‘ain.” (HR. Bukhari dan Muslim) Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa penyakit ‘ain ada dua jenis, yaitu ‘ain insi atau ‘ain yang berunsur manusia, dan ‘ain jinni atau ‘ain yang berunsur jin. Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim serta yang lainnya, diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang budak wanita di rumahnya yang wajahnya terlihat kusam. Beliau berkata, ”Ruqyah wanita ini, ia terkena ‘ain. Apakah Penyakit ‘Ain Benar Adanya? Secara hakiki Penyakit ‘Ain itu benar adanya. Dari Ibnu Abbas Radhyallahu ‘anhumma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “’Ain itu benar adanya, andaikan ada sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka ‘ain akan mendahuluinya, dan apabila kalian diminta untuk mandi maka mandilah.” (HR. Muslim). “Al-‘Ain adalah benar yang didatangkan oleh syaitan, dan oleh kehasadan anak adam”(Imam Ahmad) Penyakit ‘ain itu benar-benar ada dan bukan khurafat yang dihubung-hubungkan dengan pujian. Sebagaimana anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa pujian kepada seorang anak akan menyebabkan sakit. Jadi bukan pujian yang menyebabkan dampak buruk bagi anak yang dipujinya, melainkan bermula dari pandangan mata sang pemujinya, baik pujian itu karena ada rasa iri atau karena benar-benar ada kekaguman. Bagaimana Cara Kerja Penyakit ‘Ain? Ibnu Hajar berkata : “Sebagian orang merasa bingung, mereka bertanya: ‘Bagaimanakah cara kerja ‘ain sehingga bisa memudharatkan orang dari jarak yang jauh?’. Sudah banyak sekali orang yang tertimpa sakit dan kekuatannya melemah hanya karena pandangan mata, semua itu terjadi karena ALLAH menciptakan di dalam unsur ruh suatu kekuatan yang bisa memberikan pengaruh, dan karena pengaruh tersebut sangat berkaitan dengan mata maka pengaruh yang ditimbulkannya disebut al-ain (mata), sebenarnya bukan mata yang memberikan pengaruh akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah pengaruh ruh, maka pandangan yang keluar melalui mata seorang (yang hasad atau kagum) adalah panah maknawi yang jika mengenai suatu jasad yang tidak berperisai maka panah tersebut akan mempengaruhi badan dan jika tidak berpengaruh berarti ia tidak mengenai sasarannya akan tetapi kembali kepada pemiliknya, persis sama. Oleh karenanya, panah yang keluar dari mata adalah panah berupa ungkapan tentang sifat seseorang, ia adalah racun lisan, buktinya adalah seorang yang buta bisa menimpakan penyakit ‘ain kepada orang lain, dan Setan yang selalu mengintai melahap ungkapan lisan yang tidak dibarengi dengan menyebut nama ALLAH sehingga bisa berpengaruh pada jasad orang yang didengki dengan izin ALLAH jika jasad tersebut tidak dibentengi (dengan Dzikir dan Wirid). Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa terkadang seseorang bisa mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri. Pelakunya termasuk jenis manusia yang paling jahat. Ibnu Jauzi berkata : “Pandangan baik yang bercampur dengan hasad, iri, dengki dan kejelekan lainnya terjadi karena orang yang memandang tersebut memiliki tabiat dan perilaku yang jelek, laksana sesuatu yang beracun (yang mulai mengalir di dalam tubuh). Namun terkadang pengaruh buruk ‘ain terjadi tanpa kesengajaan dari orang yang memandang takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu pengaruh buruk ini juga bisa terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang sholih sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa yang dilihatnya. Hal ini pernah terjadi diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal hati mereka terkenal bersih, tidak ada rasa iri atau dengki terhadap sesamanya. Akan tetapi dengan izin Alloh dan takdirnya, pengaruh buruk ‘ain ini dapat terjadi diantara mereka. Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad (4: 153) berkata, ونفس العائن لا يتوقف تأثيرها على الرؤية ، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره ، وكثير من العائنين يؤثر في المعين بالوصف من غير رؤية “’Ain bukan hanya lewat jalan melihat. Bahkan orang buta sekali pun bisa membayangkan sesuatu lalu ia bisa memberikan pengaruh ‘ain meskipun ia tidak melihat. Banyak kasus yang terjadi yang menunjukkan bahwa ‘ain bisa menimpa seseorang hanya lewat khayalan tanpa melihat.” Pada umumnya reaksi pengaruh pandangan mata ini lebih cepat terjadi kepada orang-orang yang “kosong” dari dzikir kepada Allah swt. Allah berfirman di dalam Alqur’an yang artinya: “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mata mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata : “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila)”.” (QS. Al-Qalam : 51). Imam Al-Qasthalani berkata : Apabila seseorang itu melihat sesuatu kepada orang lain dengan penuh kekaguman (tanpa dibarengi dzikrullah) maka bisa terjadi suatu bahaya kepada orang yang dipandangnya. Dan pandangan orang itu seperti panah beracun yang siap untuk menikam korbanya!! Bagaimana Cara Mengetahui Seseorang Terkena ‘Ain? A. Pada Orang Dewasa Yang sehat Jasmani 1.) Kepala pusing 2.) Wajah yang menguning 3.) Banyak berkeringat 4.) Banyak Kencing 5.) Sering ingin muntah dan menguap 6.) Sedikit tidur atau banyak tidur 7.) Tidak mempunyai nafsu makan 8.) Basah pada kedua tangan dan kaki yang disertai dengan kesemutan, hati bergetar, perasaan takut yang tidak normal, marah dan temperamental yang berlebihan, sedih dan sempit di dalam dada. 9.) Nyeri pada bagian punggung dan antar kedua pundak 10.) Tidak bisa tidur pada waktu malam Tanda – tanda di atas terkadang ada baik semua maupun sebagian, tergantung pada kekuatan ‘ain tersebut dan banyaknya orang yang menyebabkan penyakit ‘ain, sebagaimana tanda – tanda ini juga terdapat pada orang yang tidak terkena penyakit ‘ain atau karena orang tersebut dijangkiti penyakit medis pada anggota badan atau jiwanya. B. Pada Bayi, Balita dan Anak – anak 1.) Tangisan yang tidak wajar yang tidak kunjung hentiAisyah Radhiyallahu ‘anha berkata : “Suatu ketika Nabi masuk (rumahnya) kemudian mendengar bayi sedang menangis. Beliau berkata,”Mengapa bayi kalian menangis? Mengapa tidak kalian bacakan ruqyah – ruqyah (supaya sembuh) dari penyakit ‘ain?) (Shahihul jami’ 988 n0.5662) 2.) Kejang-kejang tanpa sebab yang jelas 3.) Tidak mau menyusu kepada ibunya tanpa sebab yang jelas 4.) Kondisi tubuh yang sangat kurus kering. Dari Jabir Radhiyallohu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberi rukhshoh (keringanan) bagi anak-anak Ja’far memakai bacaan ruqyah dari sengatan ular. Beliau berkata kepada Asma’ binti Umais, ”Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan?” Asma’ menjawab : “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa ‘Ain.” Kata beliau, ”Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR Muslim, Ahmad dan Baihaqi). Perbedaan ‘Ain dengan Sihir 1. Bahwa pengaruh ain lebih berbahaya dari sihir 2. Kasus sihir ada expirednya sedangkan ‘ain tidak 3. Kasus sihir sengaja dimaksudkan untukmencelakakan, sedangkan al-‘ain tidak dimaksudkan untuk mencelakai bahkan bisa timbul dari ayah/ibunya sendiri 4.Sihir tidak dilakukan kecuali oleh orang JAHAT… sdangkan al-‘Ain bisa mlesat dari mata orang yang SHALEH 5.Saking bahayanya al-‘Ain sampai2-sampaiRasulullah bersabda : أكثر من يموت من امتي بعد قضاء الله و قدره بالعين “Kebanyakan yang mati pada ummatku setelah qadha dan qadarnya Allah adalah karena pengaruh pandangan mata jahat” (HR.Bukhari) Indikasi Penyakit karena ‘ain menurut ‘ulama’ 1. Rasa sakit yg berpindah – pindah di badan 2. Sebagian besar penyakit kanker/tumor/benjolan 3. Penyakit asma 4. Lumpuh mendadak 5. Mandul 6. Diabetes 7. Tekanan darah tidak stabil 8. Datang bulan tidak teratur 9. Beberapa penyakit dalam seperti usus 10. Beberapa penyakit kejiwaan, seperti sempit hati, was-was, linglung, dsb Ciri-ciri seseorang yg sudah terkena ‘ain * Kepala pusing * Rasa sakit kepala yg berpindah-pindah * Warna wajah kekuning-kuningan, kadang kemerah-merahan bercampur hitam * Banyak keluar keringat * Sering buang air kecil * Sering ingin muntah * Tidak ada nafsu makan * Kedua tangan dan kaki sering berkeringat disertai kesemutan * Kesemutan * Rasa panas / dingin di beberapa bagian tubuh * Jantung berdebar * Rasa sakit yg berpindah-pundah atau nyeri pada bagian. bawah punggung dan bahu * Rasa sedih * Dada sesak * Berkeringat di malam hari * Rasa takut yg berlebihan * Temperamental * Sering cegukan * Sering menguap dan Mendesah * Menyendiri dan suka mengurung diri * Rasa lemas dan malas * Rasa ingin tidur terus atau sedikit tidur * Susah tidur malam * Badan kurus/susah gemuk * Ada masalah kesehatan tanpa penyebab yg jelas dan sulit diobati scara medis *Gatal-gatal pada kulit *Anak tiba-tiba sering rewel sulit diatur (Sumber diambil dari kitab “Min asbaabi daf’i al-bala’ karya syaikh Abdullah bin Muhammad As Sadhan dan “Al Ma’iin Fii ‘Ilaaj As Sihr Wal Mass Wal ‘Ain karya syaikh Abu ‘Azzam Musa) Bagaimana Upaya Orang Tua Agar Anak Terhindar Dari Penyakit ‘Ain? 1. Hendaklah orang tua membiasakan diri mereka membentengi anak-anaknya dari bahaya ‘ain dengan ruqyah-ruqyah (bacaan-bacaan) yang diajarkan dalam Islam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu allaihi wa sallam memohon perlindungan ALLAH untuk Hasan dan Husain dengan doa : أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ “U’idzukuma bi kalimaatillaahit taammati min kulli syaithonin wa haamatin wa min kulli ‘ainin laamatin.” “Aku berlindung kepada ALLAH untuk kalian berdua dengan kalimat – kalimat ALLAH yang sempurna dari segala syaitan, binatang yang berbisa dan pandangan mata yang jahat.” (HR. Abu Daud) 2. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad 4/159, hendaknya para orang tua tidak menampakkan suatu kelebihan yang menakjubkan yang dimiliki anak-anaknya yang dikhawatirkan akan mengundang rasa iri atau kedengkian orang yang melihatnya. Lalu Ibnu qoyyim menukil atsar dari Imam Baghowi bahwasanya pernah suatu ketika Utsman bin Affan Radhyallahu ‘anhu melihat seorang anak kecil yang sangat elok rupanya lagi menawan, kemudian Ustman berkata, “Tutupilah (jangan ditampakkan) lubang dagu (yang membuat orang takjub) pada anak itu.” Maka keadaan seperti itu sangat dikhawatirkan akan terjadinya pengaruh buruk ‘ain. Lebih-lebih kalau ada orang yang terkenal mempunyai sifat iri dan dengki. 3. Hendaklah para orang tua tidak berlebihan menceritakan kelebihan – kelebihan atau kebaikan – kebaikan anaknya yang tidak dimiliki anak-anak lain, sehingga mengundang rasa iri dan dengki siapa saja yang mendengarnya, kemudian berusaha melihatnya, hingga ALLAH menakdirkan terjadinya pengaruh buruk ‘Ain tersebut. Upaya Apa Yang Harus Ditempuh Jika Anak Tertimpa Penyakit ‘Ain? 1.) Memandikan Pelaku ‘Ain Jika telah diketahui pelaku ‘Ain-nya, maka perintahkanlah ia agar mandi kemudian air yang dipakai mandi tersebut diambil dan disiramkan kepada orang yang terkena ‘Ain dari arah belakangnya. Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasannya ayahnya telah menceritakan kepadanya : Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pergi bersamanya menuju Makkah. Ketika sampai di satu celah bukit Kharar di daerah Juhfah, maka Sahl bin Hunaif mandi. Ia adalah seorang yang yang berkulit sangat putih dan sangat bagus. Maka ‘Amir bin Rabi’ah – kerabat Bani ‘Adi bin Ka’b – memandangnya ketika ia sedang mandi. ‘Amir berkata : ‘Aku belum pernah melihat seperti sekarang, juga tidak pernah melihat kulit wanita perawan bercadar’. Maka tiba-tiba Sahl jatuh terguling (karena sakit. Maka datag Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan dikatakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, apa kira-kira yang terjadi pada Sahl ? Ia (Sahl) tidak bisa mengangkat kepalanya dan sekarang ia belum juga sadar”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah ada seseorang yang kalian curigai ?”. Mereka berkata : “Amir bin Rabi’ah telah memandangnya”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggilnya lalu memarahinya dan bersabda : ‘Mengapa salah seorang diantara kalian hendak membunuh saudaranya ? Mengapa ketika kamu melihat sesuatu hal yang menakjubkanmu, kamu tidak memberkahi ?”. Kemudian beliau berkata kepadanya : “Mandilah untuknya !”. Kemudian ‘Amir mencuci mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya, jari-jari kedua kakinya, dan bagian dalam kainnya di dalam bejana. Kemudian (air bekas mandi itu) disiramkan kepadanya (Sahl) oleh seseorang ke kepalanya dan punggungnya dari arah belakangnya. Kemudian bejana tersebut ditumpahkan isinya di belakangnya. Maka setelah hal itu dilakukan, Sahl kembali bersama orang-orang dalam keadaan tidak kurang suatu apa (sehat kembali). ” (HR. Ahmad, Malik, dan Nasa’i) Bisa juga pelaku ‘Ain cukup berwudhu saja dan kemudian air bekas wudhunya dipakai mandi oleh orang yang terkena ‘Ain. Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Orang yang melakukan ‘Ain diperintahkan agar berwudlu kemudian orang yang terkena ‘Ain mandi dari air (bekas wudlu tadi).” (HR. Abu Dawud) At-Tirmidzi menjelaskan : ”Pelaku ‘ain diperintahkan untuk mandi dengan menggunakan air dalam baskom. Lalu meletakkan telapak tangannya di mulut dan berkumur-kumur, lalu disemburkan ke dalam baskom tersebut. Baru setelah itu membasuh wajahnya dengan air dalam baskom tersebut, lalu memasukkan tangan kirinya dan mengguyurkan air ke lutut kanannya dengan air baskom tersebut. Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan air baskom itu ke lutut kirinya. Baru kemudian membasuh tubuh di balik kain, namun baskom itu tidak usah diletakkan di atas tanah atau lantai. Setelah itu sisa air diguyurkan ke kepala orang yang terkena ‘ain dari arah belakang satu kali guyuran. 2.) Meruqyahnya dan Meletakan tangan ke atas kepala penderita ‘Ain dengan membaca : بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيْكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ اللهُ يَشْفِيْكَ بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ “Dengan nama ALLAH, aku meruqyahmu dari setiap sesuatu yang menyakitimu dan dari kejelekan setiap jiwa atau mata yang dengki. ALLAH-lah yang menyembuhkanmu. Dengan nama ALLAH aku meruqyahmu” (HR. Muslim) بِسْمِ اللهِ يُبْرِيْكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيْكَ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ وَمِنْ شَرِّ ذِيْ عَيْنٍ “Dengan nama ALLAH, mudah-mudahan Dia membebaskanmu, dari setiap penyakit, mudah-mudahan Dia akan menyembuhkanmu, melindungimu dari kejahatan orang dengki jika dia mendengki dan dari kejahatan setiap orang yang mempunyai ‘Ain (mata dengki)” (HR. Muslim) 3.) Meletakkan tangan di bagian atas yang sakit dan meruqyah dengan QS. Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas, Ayat Kursi, bagian penutup surat al – Baqarah (dua ayat terakhir), serta mendo’akan dengan do’a ruqyah yang syar’i. 4.) Membacakan pada air (dengan bacaan –bacaan ruqyah yang syar’i) disertai tiupan, dan kemudian meminumkan pada penderita,dan sisanya disiramkan ke tubuhnya. Hal itu pernah dilakukan Rasulullah shollallhu alaihi wa sallam kepada Tsabit bin Qois. (HR. Abu Daud) 5.) Dibacakan (bacaan) pada minyak dan kemudian minyak itu dibalurkan. (HR Ahmad). Jika bacaan itu dibacakan pada air zam-zam,maka yang demikian itu lebih sempurna jika air zam-zam itu mudah diperoleh atau kalau tidak, boleh juga dengan air hujan. Sunnah – Sunnah Ketika Memandang Takjub Terhadap Sesuatu 1. Mendoakan keberkahan kepada apa yang dilihatnya Dari Amir bin Robi’ah Radhiyallahu ‘anhu : Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya atau pada hartanya, maka doakan keberkahan padanya, karena sesungguhnya penyakit ain itu haq (benar). (HR Ahmad). Di antara cara mendoakan keberkahan terhada apa yang dilihatnya adalah : اللَّهُمَّ بَارَكَ اللَّهُ فِيهِ “Ya ALLAH Semoga ALLAH memberikan berkah padanya” اللَّهُمَّ بَارِكْعَلَيْهِ “Ya ALLAH berkahilah atasnya” اللَّهُمَّ بَارِكْلَهُ “Ya ALLAH Berkahilah Baginya ” 2. Hendaknya Mengucapkan : مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ “Sungguh atas kehendak ALLAH – lah semua ini terwujud” Kesalahan – kesalahan Orang Tua Ketika Anak Tertimpa ‘Ain Meletakkan gunting di bawah bantal si bayi dengan keyakinan itu akan menjaganya. Sungguh ini termasuk kesyirikan karena menggantungkan sesuatu pada yang tidak dapat memberi manfaat atau menolak bahaya. Mengalungkan anak dengan Jimat, Penangkal Tolak Bala, dan lain sebagainya. Ini juga termasuk perbuatan syirik dan hanya akan melemahkan si anak dan orang tua karena berlindung pada sesuatu selain ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dan sungguh, amat dashyat ancaman bagi Pelaku Syirik. Yaitu Dosa Besar Menyekutukan ALLAH dengan selainNya, serta tidak akan diampuni hingga Pelakunya benar – benar bertaubat. Apakah Memajang Foto Di Facebook Dapat Menyebabkan Penyakit ‘Ain? Terkena ain tidak harus dengan cara melihat langsung korban ain. Namun bisa juga terjadi dengan membayangkan atau mengkhayalkan apa yang disampaikan kepadanya. Termasuk dengan melihat foto atau gambar korban ain tersebut. Ibnul Qoyim rahimahullah mengatakan, ونفس العائن لا يتوقف تأثيرها على الرؤية ، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره ، وكثير من العائنين يؤثر في المعين بالوصف من غير رؤية ”Jiwa orang yang menjadi penyebab ain bisa menimbulkan ain, tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, lalu jiwanya bisa menimbulkan ain, meskipun dia tidak melihat sesuatu itu. Dan ada banyak penyebab ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ain, hanya dengan cerita tanpa melihat langsung.” (Zadul Ma’ad, 4/149) Setelah membawakan keterangan Ibnul Qooyim di atas, dalam Fatwa Islam dinyatakan, وبهذا يتبين أن العائن قد ينظر إلى صورة الشخص في الحقيقة أو في التلفاز ، وقد يسمع أوصافه فيصيبه بعينه ، نسأل الله السلامة والعافية “Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa penyebab ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ain. Kita memohon keselamatan kepada Allah.” Kemudian beliau mengingatkan, وننبه إلى أن بعض الناس يستسلم للوساوس والهواجس ، ويظن أنه سيصاب بالعين كلما رزق نعمة ، أو جاءه خير ، وهذا من الضعف والعجز ، فإن المؤمن لديه من الأسلحة ما يتحصن بها من شر العين والحسد والسحر ، فعليه أن يتوكل على ربه ، ويعتصم به ، ويداوم على الذكر الواقي من تلك الشرور ”Kami ingatkan, sebagian orang telah menjadi korban was-was dan bisikan. Dia selalu dihantui dengan perasaan seolah terkena ain ketika mendapat rizki atau mendapat kabar baik. Semacam ini termasuk kelemahan mental. Karena setiap mukmin memiliki senjata yang bisa dia gunakan untuk melindungi dari ain, hasan dan sihir. Karena itu, selayaknya dia bertawakkal kepada Allah, memohon perllindungan kepadanya, dan merutinkan dzikir sebagai benteng dari semua kejahatan tersebut.” (Fatwa Islam, no. 122272) Sebagai bentuk kehati – hatian, sebaiknya tidak memajang foto Bayi, anak – anak, maupun Wanita di Facebook. Sikap Terbaik Dalam Menyikapi Bahaya ‘Ain Perlulah kita selalu mengingat, bahwa sekalipun kita mengetahui bahaya ‘ain memiliki pengaruh besar dan berbahaya, namun tidaklah semua dapat terjadi kecuali dengan ijin ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita sebagai orang Islam tidaklah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam masalah ‘ain ini, maka seseorang tidak boleh berlebihan dengan menganggap semua kejadian buruk berasal dari ‘ain, dan juga tidak boleh seseorang menganggap remeh dengan tidak mempercayai adanya pengaruh ‘ain sama sekali dengan menganggapnya tidak masuk akal. Ini termasuk pengingkaran terhadap hadits-hadits shahih Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Sikap yang terbaik bagi seorang muslim adalah berada di pertengahan, yaitu mempercayai pengaruh buruk ‘ain dengan tidak berlebihan sesuai dengan apa yang dikabarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam bishawab ==== Sumber: dari berbagai sumber, muslimah.or.id



Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....



Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikloah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:



سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك



Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika



“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”


Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!