Kajian Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 7 Februari 2017
Rekapan Grup Nanda 1
Narasumber : Ustadzah Riyanti
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
HIZBUSY
SYAITHON
Kali
ini kajian HA Online mengambil tema “Hizbusy Syaithan”,
artinya Partai Syetan. Tentu saja kita tidak ingin bangsa kita terperosok
terus menerus pada gambaran-gambaran bodoh yang meracuni pikiran anak-anak
kita, dengan pengenalan-pengenalan yang salah tentang syaithan melalui
film-film picisan, murahan, yang mempersempit otak, membuat anak-anak menjadi
penakut dengan gambaran-gambaran yang salah dan melenceng. Barangkali tidak
semuanya salah tetapi lebih banyak salahnya daripada benarnya yang digambarkan
dalam bermacam mitos.
Salah
satu hal yang harus kita perjuangkan dalam hidup ini ialah bermusuhan. Mungkin
mengejutkan, kenapa kita harus bermusuhan? Bukankah kita harus mencari sahabat.
Tidak benar. Mencari sahabat itu perlu bahkan dikatakan lebih susah mencari
seorang sahabat daripada mencari musuh. Tanpa rekayasa pun kita bisa gampang
ketemu musuh. Lewat di muka orang banyak tanpa berteguran dengan sifat arogan,
berkata yang tidak menyenangkan sudah cukup untuk dapat musuh.
Jadi
realitas kita sebagai muslim bahwa dalam hidup ini kita harus mengambil musuh
dan harus punya musuh. Siapa yang dimaksud? Itulah yang Allah nyatakan “ ان
الشيطان
لكم
عدو
, “Sesungguhnya syetan itu untukmu adalah musuh”. Saya jelaskan struktur
katanya :
ان ,
dengan sungguh, kata penguat disebut talkit.
الشيطان,
dengan alif lam ta’riful jism satan
Dengan
jelas kita harus tahu tandanya atau cirinya kalau begitu. Tidak dikatakan
syetan musuh tapi diajukan dulu.
لكم,
untuk kamu
عدو‘ sama
dengan musuh
Dengan
mengatakan lakum lebih dulu, kita mendapatkan pelajaran, bukan untuk kerbau
syetan itu musuh, bukan untuk kecoa, bukan untuk hewan, atau benda-benda, untuk
kamu jenis manusia, ingat!
Tetapi
karena kita sering lupa pernyataan yang sudah sangat jelas innasy syaithoona
lakum ‘aduwwun ternyata perlu ditambahkan, dilengkapi, dan bukan karena dia
kurang, lebih kepada pelajaran buat kita. Fattakhidzuhu ’aduwwa, perlakukanlah
syetan itu, posisikan dirimu sebagai musuh. Ada pernyataan anggaplah syetan itu
sebagai musuh. Kalau cuma dianggap tidak cukup. Untuk itu kita perlu mengenal
beberapa hal:
1.
Definisi
Khusus
dengan segala hal yang berkaitan dengan hizbusy syaithan, partai syetan, kita
berikan di sini jenis-jenisnya, ada jin, iblis, dan syetan. Kita tidak ingin
berdalam-dalam masalah ini, cuma sekilas ada golongannya:
a.
Jenis pertama itu, induk dan pokoknya Al Jin. Al jin itu berasal dari kata
janah artinya gelap. Dalam Al Qur’an ada kata falamma janah alaihi lailu,
artinya ketika malam menjadi gelap. Pohon-pohon yang lebat sampai gelap
bawahnya disebut janah. Yang di dalam kandungan, di dalam plasenta ibu, di
dalam gelapnya disebut janin. Orang yang akalnya tidak bekerja dengan baik
karena tertutup disebut majlun, tergelapkan. Jin makhluk yang tidak terlihat
oleh mata biasa. Janah tameng untuk kita tidak bisa ditembus senjata lawan. Itu
akar kata yang sama mempunyai makna berbeda karena penggunaan yang berbeda.
Kemudian
golongan jenis jin material dasarnya adalah api. Allah nyatakan
wakholaqoljaanamimmarijimminnaar, karakternya jin ada yang mukmin ada yang
kafir. Tetapi bukan kewajiban kita meneliti mereka. Dunia kita dunia kita,
dunia mereka dunia mereka. Kita tidak menggampang-gampangkan muamalah dengan
mereka, karena tidak taklif kewajiban kita dengan urusan mereka.
b.
Kemudian nama jenis makhluk yang lain disebut iblis, golongan jin. Allah
nyatakan dalam surat 18: 50.
وَإِذْ
قُلْنَا
لِلْمَلَائِكَةِ
اسْجُدُوا
لِآدَمَ
فَسَجَدُوا
إِلَّا
إِبْلِيسَ
كَانَ
مِنَ
الْجِنِّ
فَفَسَقَ
عَنْ
أَمْرِ
رَبِّهِ
ۗ
أَفَتَتَّخِذُونَهُ
وَذُرِّيَّتَهُ
أَوْلِيَاءَ
مِن
دُونِي
وَهُمْ
لَكُمْ
عَدُوٌّ
ۚ
بِئْسَ
لِلظَّالِمِينَ
بَدَلًا﴿٥٠﴾
“Dan
(Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada
Adam[884], Maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin,
Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. patutkah kamu mengambil dia dan
turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi
orang-orang yang zhalim.” (QS. Al Kahfi: 50)
Iblis
asalnya adalah bangsa jin dan akhirnya fasik, menentang perintah Tuhannya.
Material dasar api, karakter iblis kafir, sombong. Iblis sering dikatakan
sebagai bapaknya syetan. Kesombongan adalah hal yang jelas pada iblis.
Kita
harus jernih berfikir, ketika ada pemikiran dari filsafat atau dari mana saja
yang kadang membuat kita termanggut-manggut. Contoh, seperti pembelaan
seseorang bahwa aqidah dan imannya iblis itu lebih tinggi dari aqidah
dan imannya malaikat, lantaran malaikat itu lugu, tidak kritis, disuruh sujud
dia sujud kepada Adam. Sedangkan iblis itu kritis, dia tidak mau. Dia tahu
bahwa sujud kepada makhluk itu syirik hukumnya, musyrik. Hebat betul pembelaan
ini. Bagaimana kita bisa menerima statement ini. Tetapi ada juga orang yang
mengagumi pikiran ini. Makanya kita berkritislah dalam hidup ini, hatta kepada
Allah, agama, wahyu, jadinya hidup mereka krisis.
Sekarang
begini, yang mudah saja. Kalau pembelaan itu mau dipakai, yang lebih pintar
adalah iblis. Mengapa pembelaan macam itu tidak dilakukannya ketika Allah
bertanya, ma aamanaka antasjuda idz amartu, hai iblis mengapa kamu tidak mau
sujud ketika Aku perintahkan. Iblis tidak mau mengatakan bahwa itu syirik.
Sumbernya Allah yang memerintahkan, kalau tidak ada perintah dan larangan yang
disebut kufur sekarang menjadi kafir. Yang disebut pahala menjadi pahala.
Sesuatu menjadi baik dan buruk itu karena syariat mengatakan baik dan buruk,
tidak bisa dikatakan semata akal bebas. Lalu kita katakan pasti jadi hukum, tidak
mungkin. Jadi kalau Allah memerintahkan sujud itu tidak jadi syirik,
karena Allah yang memerintahkannya. Dan makna sujud itupun tidak ada sujud
syirik.
Nah
ternyata, ketika Allah bertanya kepada iblis kenapa tidak mau sujud, jawabannya
langsung saja, Qoola ana khoiru minhu kholaqtani minnaari wa kholaqtahu
minthiin. Aku lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api dan Adam dari
tanah. Jelas aku lebih mulia, tidak mungkin. Nah di sinilah orang terjebak
kepada bentuk, pada formalitas-formalitas. Walaupun formalitas harus kita
perhatikan, tapi keterjebakan ini yang tidak boleh. Engkau ciptakan aku dari
api dan Engkau ciptakan Adam dari tanah. Bisa orang itu kufur tanpa berubah
status. Kufur dalam Islam, berfikir kufur, berbuat kufur. Ada yang menyebabkan
orang keluar dari Islam ada yang tidak. Iblis sendiri masih mengakui Allah,
kholaqtahu, dia mengakui bahwa Allah yang menciptakannya, tidak menolak. Bila
sekedar ada orang yang mengatakan Tuhan pencipta, belum cukup. Iblis saja masih
mengakui padahal kekafirannya sudah sangat jelas, tanpa harus mengingkari
wujudnya Allah iblis cukup kafir. Bagaimana orang cuma puas mengatakan Tuhan
maha esa, menyebut bahkan mendengar nama Allah tidak mau. Dia marah wajahnya
takut orang lain tersinggung sama kita. Urusan apa. Di sinilah terdapat
kesombongan.
Jadi
keterjebakan ini bentuknya adalah tidak melihat perkara secara substansial.
Kalau soal perintah lihat siapa yang memerintah,. Bila Allah, selesai,
laksanakan saja. Jangan soal saya lebih baik. Sudah iblisnya sendiri
terang-terangan mengatakan aku lebih bagus, engkau ciptakan aku dari api dan
Adam dari tanah. Masa ada yang menawarkan jasa gratisan dari iblis. Apa
kepingin masuk surga iblis dengan mengatakan iblis lebih hebat tauhidnya, lebih
tinggi imannya. Iblisnya sendiri tidak mau membela diri dengan cara itu,
sedangkan dia tahu cara itu bisa dilakukan, tetapi tidak, mengapa? Takabur,
kesombongan. Jadi iblis ini golongan jin, dasarnya surat 18 : 50. Material
dasar sama dari api.
c.
Nama jenis syetan. Golongannya sama dengan iblis dan jin, tapi dalam
terminologi Al Qur’an dan saat Allah mengatakan syayaathiini insi wal jinni,
syetan yang berasal dari manusia dan jin. Setiap nabi itu digoda, diganggu, dan
dihalangi oleh syetan. Dan kata syetan memang pengganggu, pembuat was was,
berbentuk jin dan manusia. Maka kalau kedua-duanya masukan untuk material
dasarnya syetan adalah api. Syetan yang berbentuk manusia material dasarnya
adalah tanah. Jadi ketika pengenalan kata syetan di masyarakat kita seringkali
diperkecil hanya nyai blorong, kuntil anak dan sebagainya. Ini adalah suatu
korupsi, pemalsuan, pengecilan dan penyudutan. Jelas konsepnya itu dari syetan
juga agar kita dan anak-anak kita hanya ketakutan dengan gambaran yang
demikian. Ditonton juga tapi jadi penakut juga. Siang-siang ke kamar mandi
takut, misalnya. Ini hasil kerja syetan.
Karakter
kafir, pendengki utamanya. Ketika Allah menggambarkan makhluk jin yang ingkar
itu menjadi kelompok kafir, iblis. Pada iblis yang melekat adalah sifat
sombong. Dia menolak karena dia sombong, mengatakan dirinya lebih mulia, karena
diciptakan dari api dan manusia dari tanah. Tapi ketika aktivitasnya itu
menggoda, sifatnya itu tidak hanya mempertahankan kesombongan, maka yang
melekat itu syetan. Seakan saja iblis itu pasif, padahal dirinya dari syetan,
aktif. Jadi yang disuruh menolak, membangkang itu iblis. Kalau mengajak orang
lain supaya sombong itu syetan, penghasut dan penyesat dan sebagainya. Dari
gambaran singkat ini kita bisa mendudukkan masalah.
—
Bersambung
TANYA
JAWAB
Q : Afwan mau nanya
kemarin sepupu nikahan, cuma beliau lupa ziarah ke makam nenek sama kakek. H-1
acara, rumah dan sekelilingnya wangi melati sangat nyengat dimana-mana.
Kemudian dipanggilin Ustadz untuk mengirim doa ke kakek dan nenek,. Ga lama dari
itu, bau melatinya hilang. Apakah itu termasuk perbuatan dari golongan Jin??
Dan apakah keluarga tsb salah apabila mekukan hal tsb?
A : Orang yang sudah
meninggal tidak bisa membuat mudharat bagi yang hidup. Kalo ada hal semacam
itu, itu jin yang mengganggu rumah dan tidak ada hubungannya dengan Kakek dan
Nenek
Q : Saya pernah
denger ada orang kena penyakit 'ain, penyakit 'ain itu apa? Terus klo dia kena
penyakit 'ain cara mengobatinya bagaimana? Jazakillahu khairan katsiran
A : Penyakit ‘Ain
(Pengaruh Pandangan Mata Dengki atau Takjub
Ilustrasi –
Ibu A : “Ini loh, anak saya belum genap dua tahun paling pintar diantara
teman – teman sebayanya. Sudah bisa lari – lari, udah pinter ngomong, makannya
lahap, makanya badannya montok. Duh, senengnya…”
Ibu B : “Baguslah,
iya Si A emang pinter ya? Anak saya malah baru bisa jalan lebih dari 15 bulan.
Makannya juga susah banget nih…” Malamnya, si A rewel tidak seperti biasanya.
Tidak mau menyusu. Kejadian itu berlangsung terus menerus hingga beberapa bulan
lamanya. Tibalah waktunya si A disapih, namun dia masih enggan makan. Sepanjang
malam rewel tanpa sebab, sehingga membuat badannya kurus kering. Sering sakit
dan tidak lincah seperti sebelumnya. Setelah periksa ke DSA (Dokter Spesialis
Anak), sang Dokter pun mengatakan tidak ada indikasi medis apapun. Apa itu
Penyakit ‘Ain? Secara harfiah, penyakit ‘Ain itu diambil dari kata ‘ana-Ya’inu
(bahasa Arab) artinya apabila ia menatapnya dengan matanya. Asalnya dari
kekaguman orang yang melihat sesuatu, kemudian diikuti oleh jiwanya yang keji,
kemudian menggunakan tatapan matanya itu untuk menyampaikan racun jiwanya
kepada orang yang dipandangnya. Sehingga, apa yang dilihat oleh hati yang hasad
dapat membahayakan orang lain. Penyakit ‘Ain bukanlah penyakit medis, tetapi
dapat mengganggu kesehatan orang yang terkena ‘Ain. Yang paling rentan terkena
penyakit ‘Ain adalah anak – anak dan balita, karena mereka masih lemah dan
belum bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh jahat di sekitarnya. Tidak
menutup kemungkinan, akan menimpa orang dewasa, ibu hamil, hewan, bahkan harta
benda. Dari Ilustrasi kasus di atas, terlihat jelas bahwa Ibu A tengah
menceritakan tentang kepintaran anaknya kepada Ibu B. Namun, kondisi anak Ibu B
tidaklah lebih baik dari Si A. Secara tersirat, Ibu B merasa iri dengan
perkembangan Si A yang bagus. Dari perbincangan inilah, panah hasad mengenai si
A. Sehingga, menyebabkan malamnya si A rewel. Padahal, dari lisannya
meluncurkan pujian, namun disertai rasa dengki, yang tentu saja, setan turut
berperan dalam membidikkan panah ‘Ain, hingga mengenai sasarannya. Penyakit
yang diderita anak-anak tidak semuanya bisa dideteksi dengan ilmu kedokteran.
Ada juga sebab syar’i yaitu penyakit ‘ain. Sebagaimana pernah terjadi di zaman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pernah melihat anak perempuan
di rumah Ummu Salamah istri beliau. Di wajah anak itu ada warna kehitaman.
Beliau kemudian berkata kepada Ummu Salamah,“Ruqyahlah dia, karena dia terkena
‘ain.” (HR. Bukhari dan Muslim) Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan
bahwa penyakit ‘ain ada dua jenis, yaitu ‘ain insi atau ‘ain yang berunsur
manusia, dan ‘ain jinni atau ‘ain yang berunsur jin. Dalam sebuah hadits yang
dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim serta yang lainnya, diriwayatkan dari
Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang
budak wanita di rumahnya yang wajahnya terlihat kusam. Beliau berkata, ”Ruqyah
wanita ini, ia terkena ‘ain. Apakah Penyakit ‘Ain Benar Adanya? Secara hakiki
Penyakit ‘Ain itu benar adanya. Dari Ibnu Abbas Radhyallahu ‘anhumma, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “’Ain itu benar adanya, andaikan ada
sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka ‘ain akan mendahuluinya, dan apabila
kalian diminta untuk mandi maka mandilah.” (HR. Muslim). “Al-‘Ain adalah benar
yang didatangkan oleh syaitan, dan oleh kehasadan anak adam”(Imam Ahmad)
Penyakit ‘ain itu benar-benar ada dan bukan khurafat yang dihubung-hubungkan
dengan pujian. Sebagaimana anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa
pujian kepada seorang anak akan menyebabkan sakit. Jadi bukan pujian yang
menyebabkan dampak buruk bagi anak yang dipujinya, melainkan bermula dari
pandangan mata sang pemujinya, baik pujian itu karena ada rasa iri atau karena
benar-benar ada kekaguman. Bagaimana Cara Kerja Penyakit ‘Ain? Ibnu Hajar
berkata : “Sebagian orang merasa bingung, mereka bertanya: ‘Bagaimanakah cara
kerja ‘ain sehingga bisa memudharatkan orang dari jarak yang jauh?’. Sudah
banyak sekali orang yang tertimpa sakit dan kekuatannya melemah hanya karena
pandangan mata, semua itu terjadi karena ALLAH menciptakan di dalam unsur ruh
suatu kekuatan yang bisa memberikan pengaruh, dan karena pengaruh tersebut
sangat berkaitan dengan mata maka pengaruh yang ditimbulkannya disebut al-ain
(mata), sebenarnya bukan mata yang memberikan pengaruh akan tetapi yang
sebenarnya terjadi adalah pengaruh ruh, maka pandangan yang keluar melalui mata
seorang (yang hasad atau kagum) adalah panah maknawi yang jika mengenai suatu
jasad yang tidak berperisai maka panah tersebut akan mempengaruhi badan dan
jika tidak berpengaruh berarti ia tidak mengenai sasarannya akan tetapi kembali
kepada pemiliknya, persis sama. Oleh karenanya, panah yang keluar dari mata
adalah panah berupa ungkapan tentang sifat seseorang, ia adalah racun lisan,
buktinya adalah seorang yang buta bisa menimpakan penyakit ‘ain kepada orang
lain, dan Setan yang selalu mengintai melahap ungkapan lisan yang tidak
dibarengi dengan menyebut nama ALLAH sehingga bisa berpengaruh pada jasad orang
yang didengki dengan izin ALLAH jika jasad tersebut tidak dibentengi (dengan
Dzikir dan Wirid). Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa
terkadang seseorang bisa mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri. Pelakunya
termasuk jenis manusia yang paling jahat. Ibnu Jauzi berkata : “Pandangan baik
yang bercampur dengan hasad, iri, dengki dan kejelekan lainnya terjadi karena
orang yang memandang tersebut memiliki tabiat dan perilaku yang jelek, laksana
sesuatu yang beracun (yang mulai mengalir di dalam tubuh). Namun terkadang
pengaruh buruk ‘ain terjadi tanpa kesengajaan dari orang yang memandang takjub
terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu pengaruh buruk ini juga bisa
terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang sholih sekalipun
mereka tidak bermaksud menimpakan ‘ain kepada apa yang dilihatnya. Hal ini
pernah terjadi diantara para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal
hati mereka terkenal bersih, tidak ada rasa iri atau dengki terhadap sesamanya.
Akan tetapi dengan izin Alloh dan takdirnya, pengaruh buruk ‘ain ini dapat terjadi
diantara mereka. Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad (4: 153) berkata, ونفس العائن لا يتوقف تأثيرها على الرؤية ، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره ، وكثير من العائنين يؤثر في المعين بالوصف من غير رؤية “’Ain bukan hanya lewat jalan melihat.
Bahkan orang buta sekali pun bisa membayangkan sesuatu lalu ia bisa memberikan
pengaruh ‘ain meskipun ia tidak melihat. Banyak kasus yang terjadi yang
menunjukkan bahwa ‘ain bisa menimpa seseorang hanya lewat khayalan tanpa
melihat.” Pada umumnya reaksi pengaruh pandangan mata ini lebih cepat terjadi
kepada orang-orang yang “kosong” dari dzikir kepada Allah swt. Allah berfirman
di dalam Alqur’an yang artinya: “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu
benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mata mereka, tatkala
mereka mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata : “Sesungguhnya ia (Muhammad)
benar-benar orang yang gila)”.” (QS. Al-Qalam : 51). Imam Al-Qasthalani berkata
: Apabila seseorang itu melihat sesuatu kepada orang lain dengan penuh kekaguman
(tanpa dibarengi dzikrullah) maka bisa terjadi suatu bahaya kepada orang yang
dipandangnya. Dan pandangan orang itu seperti panah beracun yang siap untuk
menikam korbanya!! Bagaimana Cara Mengetahui Seseorang Terkena ‘Ain? A. Pada
Orang Dewasa Yang sehat Jasmani 1.) Kepala pusing 2.) Wajah yang menguning 3.)
Banyak berkeringat 4.) Banyak Kencing 5.) Sering ingin muntah dan menguap 6.)
Sedikit tidur atau banyak tidur 7.) Tidak mempunyai nafsu makan 8.) Basah pada
kedua tangan dan kaki yang disertai dengan kesemutan, hati bergetar, perasaan
takut yang tidak normal, marah dan temperamental yang berlebihan, sedih dan
sempit di dalam dada. 9.) Nyeri pada bagian punggung dan antar kedua pundak
10.) Tidak bisa tidur pada waktu malam Tanda – tanda di atas terkadang ada baik
semua maupun sebagian, tergantung pada kekuatan ‘ain tersebut dan banyaknya
orang yang menyebabkan penyakit ‘ain, sebagaimana tanda – tanda ini juga
terdapat pada orang yang tidak terkena penyakit ‘ain atau karena orang tersebut
dijangkiti penyakit medis pada anggota badan atau jiwanya. B. Pada Bayi, Balita
dan Anak – anak 1.) Tangisan yang tidak wajar yang tidak kunjung hentiAisyah
Radhiyallahu ‘anha berkata : “Suatu ketika Nabi masuk (rumahnya) kemudian
mendengar bayi sedang menangis. Beliau berkata,”Mengapa bayi kalian menangis?
Mengapa tidak kalian bacakan ruqyah – ruqyah (supaya sembuh) dari penyakit
‘ain?) (Shahihul jami’ 988 n0.5662) 2.) Kejang-kejang tanpa sebab yang jelas
3.) Tidak mau menyusu kepada ibunya tanpa sebab yang jelas 4.) Kondisi tubuh
yang sangat kurus kering. Dari Jabir Radhiyallohu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam memberi rukhshoh (keringanan) bagi anak-anak
Ja’far memakai bacaan ruqyah dari sengatan ular. Beliau berkata kepada Asma’
binti Umais, ”Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering?
Apakah mereka kelaparan?” Asma’ menjawab : “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa
‘Ain.” Kata beliau, ”Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR Muslim,
Ahmad dan Baihaqi). Perbedaan ‘Ain dengan Sihir 1. Bahwa pengaruh ain lebih
berbahaya dari sihir 2. Kasus sihir ada expirednya sedangkan ‘ain tidak 3.
Kasus sihir sengaja dimaksudkan untukmencelakakan, sedangkan al-‘ain tidak
dimaksudkan untuk mencelakai bahkan bisa timbul dari ayah/ibunya sendiri
4.Sihir tidak dilakukan kecuali oleh orang JAHAT… sdangkan al-‘Ain bisa mlesat
dari mata orang yang SHALEH 5.Saking bahayanya al-‘Ain sampai2-sampaiRasulullah
bersabda : أكثر من يموت من امتي بعد قضاء الله و قدره بالعين “Kebanyakan yang mati pada ummatku setelah qadha dan
qadarnya Allah adalah karena pengaruh pandangan mata jahat” (HR.Bukhari)
Indikasi Penyakit karena ‘ain menurut ‘ulama’ 1. Rasa sakit yg berpindah –
pindah di badan 2. Sebagian besar penyakit kanker/tumor/benjolan 3. Penyakit
asma 4. Lumpuh mendadak 5. Mandul 6. Diabetes 7. Tekanan darah tidak stabil 8.
Datang bulan tidak teratur 9. Beberapa penyakit dalam seperti usus 10. Beberapa
penyakit kejiwaan, seperti sempit hati, was-was, linglung, dsb Ciri-ciri
seseorang yg sudah terkena ‘ain * Kepala pusing * Rasa sakit kepala yg
berpindah-pindah * Warna wajah kekuning-kuningan, kadang kemerah-merahan
bercampur hitam * Banyak keluar keringat * Sering buang air kecil * Sering
ingin muntah * Tidak ada nafsu makan * Kedua tangan dan kaki sering berkeringat
disertai kesemutan * Kesemutan * Rasa panas / dingin di beberapa bagian
tubuh * Jantung berdebar * Rasa sakit yg berpindah-pundah atau nyeri pada
bagian. bawah punggung dan bahu * Rasa sedih * Dada sesak * Berkeringat di
malam hari * Rasa takut yg berlebihan * Temperamental * Sering cegukan * Sering
menguap dan Mendesah * Menyendiri dan suka mengurung diri * Rasa lemas dan
malas * Rasa ingin tidur terus atau sedikit tidur * Susah tidur malam * Badan
kurus/susah gemuk * Ada masalah kesehatan tanpa penyebab yg jelas dan sulit
diobati scara medis *Gatal-gatal pada kulit *Anak tiba-tiba sering rewel sulit
diatur (Sumber diambil dari kitab “Min asbaabi daf’i al-bala’ karya syaikh
Abdullah bin Muhammad As Sadhan dan “Al Ma’iin Fii ‘Ilaaj As Sihr Wal Mass Wal
‘Ain karya syaikh Abu ‘Azzam Musa) Bagaimana Upaya Orang Tua Agar Anak
Terhindar Dari Penyakit ‘Ain? 1. Hendaklah orang tua membiasakan diri mereka
membentengi anak-anaknya dari bahaya ‘ain dengan ruqyah-ruqyah (bacaan-bacaan)
yang diajarkan dalam Islam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu
allaihi wa sallam memohon perlindungan ALLAH untuk Hasan dan Husain dengan doa
: أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ “U’idzukuma bi kalimaatillaahit taammati min
kulli syaithonin wa haamatin wa min kulli ‘ainin laamatin.” “Aku berlindung
kepada ALLAH untuk kalian berdua dengan kalimat – kalimat ALLAH yang sempurna
dari segala syaitan, binatang yang berbisa dan pandangan mata yang jahat.” (HR.
Abu Daud) 2. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam
Zadul Ma’ad 4/159, hendaknya para orang tua tidak menampakkan suatu kelebihan
yang menakjubkan yang dimiliki anak-anaknya yang dikhawatirkan akan mengundang
rasa iri atau kedengkian orang yang melihatnya. Lalu Ibnu qoyyim menukil atsar
dari Imam Baghowi bahwasanya pernah suatu ketika Utsman bin Affan Radhyallahu
‘anhu melihat seorang anak kecil yang sangat elok rupanya lagi menawan,
kemudian Ustman berkata, “Tutupilah (jangan ditampakkan) lubang dagu (yang
membuat orang takjub) pada anak itu.” Maka keadaan seperti itu sangat
dikhawatirkan akan terjadinya pengaruh buruk ‘ain. Lebih-lebih kalau ada orang
yang terkenal mempunyai sifat iri dan dengki. 3. Hendaklah para orang tua tidak
berlebihan menceritakan kelebihan – kelebihan atau kebaikan – kebaikan anaknya
yang tidak dimiliki anak-anak lain, sehingga mengundang rasa iri dan dengki
siapa saja yang mendengarnya, kemudian berusaha melihatnya, hingga ALLAH
menakdirkan terjadinya pengaruh buruk ‘Ain tersebut. Upaya Apa Yang Harus
Ditempuh Jika Anak Tertimpa Penyakit ‘Ain? 1.) Memandikan Pelaku ‘Ain Jika
telah diketahui pelaku ‘Ain-nya, maka perintahkanlah ia agar mandi kemudian air
yang dipakai mandi tersebut diambil dan disiramkan kepada orang yang terkena
‘Ain dari arah belakangnya. Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasannya
ayahnya telah menceritakan kepadanya : Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam pergi bersamanya menuju Makkah. Ketika sampai di satu celah bukit Kharar
di daerah Juhfah, maka Sahl bin Hunaif mandi. Ia adalah seorang yang yang
berkulit sangat putih dan sangat bagus. Maka ‘Amir bin Rabi’ah – kerabat Bani
‘Adi bin Ka’b – memandangnya ketika ia sedang mandi. ‘Amir berkata : ‘Aku belum
pernah melihat seperti sekarang, juga tidak pernah melihat kulit wanita perawan
bercadar’. Maka tiba-tiba Sahl jatuh terguling (karena sakit. Maka datag
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan dikatakan kepada beliau : “Wahai
Rasulullah, apa kira-kira yang terjadi pada Sahl ? Ia (Sahl) tidak bisa
mengangkat kepalanya dan sekarang ia belum juga sadar”. Kemudian Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah ada seseorang yang kalian
curigai ?”. Mereka berkata : “Amir bin Rabi’ah telah memandangnya”. Kemudian Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggilnya lalu memarahinya dan bersabda :
‘Mengapa salah seorang diantara kalian hendak membunuh saudaranya ? Mengapa
ketika kamu melihat sesuatu hal yang menakjubkanmu, kamu tidak memberkahi ?”.
Kemudian beliau berkata kepadanya : “Mandilah untuknya !”. Kemudian ‘Amir
mencuci mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya, jari-jari
kedua kakinya, dan bagian dalam kainnya di dalam bejana. Kemudian (air bekas
mandi itu) disiramkan kepadanya (Sahl) oleh seseorang ke kepalanya dan
punggungnya dari arah belakangnya. Kemudian bejana tersebut ditumpahkan isinya
di belakangnya. Maka setelah hal itu dilakukan, Sahl kembali bersama
orang-orang dalam keadaan tidak kurang suatu apa (sehat kembali). ” (HR. Ahmad,
Malik, dan Nasa’i) Bisa juga pelaku ‘Ain cukup berwudhu saja dan kemudian air
bekas wudhunya dipakai mandi oleh orang yang terkena ‘Ain. Dari ‘Aisyah
radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Orang yang melakukan ‘Ain diperintahkan agar
berwudlu kemudian orang yang terkena ‘Ain mandi dari air (bekas wudlu
tadi).” (HR. Abu Dawud) At-Tirmidzi menjelaskan : ”Pelaku ‘ain
diperintahkan untuk mandi dengan menggunakan air dalam baskom. Lalu meletakkan
telapak tangannya di mulut dan berkumur-kumur, lalu disemburkan ke dalam baskom
tersebut. Baru setelah itu membasuh wajahnya dengan air dalam baskom tersebut,
lalu memasukkan tangan kirinya dan mengguyurkan air ke lutut kanannya dengan
air baskom tersebut. Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan air
baskom itu ke lutut kirinya. Baru kemudian membasuh tubuh di balik kain, namun
baskom itu tidak usah diletakkan di atas tanah atau lantai. Setelah itu sisa
air diguyurkan ke kepala orang yang terkena ‘ain dari arah belakang satu kali
guyuran. 2.) Meruqyahnya dan Meletakan tangan ke atas kepala penderita ‘Ain
dengan membaca : بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيْكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ اللهُ يَشْفِيْكَ بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ “Dengan nama ALLAH, aku meruqyahmu dari
setiap sesuatu yang menyakitimu dan dari kejelekan setiap jiwa atau mata yang
dengki. ALLAH-lah yang menyembuhkanmu. Dengan nama ALLAH aku meruqyahmu” (HR.
Muslim) بِسْمِ اللهِ يُبْرِيْكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيْكَ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ وَمِنْ شَرِّ ذِيْ عَيْنٍ “Dengan nama ALLAH, mudah-mudahan Dia
membebaskanmu, dari setiap penyakit, mudah-mudahan Dia akan menyembuhkanmu,
melindungimu dari kejahatan orang dengki jika dia mendengki dan dari kejahatan
setiap orang yang mempunyai ‘Ain (mata dengki)” (HR. Muslim) 3.) Meletakkan
tangan di bagian atas yang sakit dan meruqyah dengan QS. Al-Ikhlash, Al-Falaq,
dan An-Naas, Ayat Kursi, bagian penutup surat al – Baqarah (dua ayat terakhir),
serta mendo’akan dengan do’a ruqyah yang syar’i. 4.) Membacakan pada air
(dengan bacaan –bacaan ruqyah yang syar’i) disertai tiupan, dan kemudian
meminumkan pada penderita,dan sisanya disiramkan ke tubuhnya. Hal itu pernah
dilakukan Rasulullah shollallhu alaihi wa sallam kepada Tsabit bin Qois. (HR.
Abu Daud) 5.) Dibacakan (bacaan) pada minyak dan kemudian minyak itu
dibalurkan. (HR Ahmad). Jika bacaan itu dibacakan pada air zam-zam,maka yang
demikian itu lebih sempurna jika air zam-zam itu mudah diperoleh atau kalau
tidak, boleh juga dengan air hujan. Sunnah – Sunnah Ketika Memandang Takjub Terhadap
Sesuatu 1. Mendoakan keberkahan kepada apa yang dilihatnya Dari Amir bin
Robi’ah Radhiyallahu ‘anhu : Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda
: “Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari
saudaranya, pada dirinya atau pada hartanya, maka doakan keberkahan padanya,
karena sesungguhnya penyakit ain itu haq (benar). (HR Ahmad). Di antara
cara mendoakan keberkahan terhada apa yang dilihatnya adalah : اللَّهُمَّ بَارَكَ اللَّهُ فِيهِ “Ya ALLAH Semoga ALLAH memberikan berkah
padanya” اللَّهُمَّ بَارِكْعَلَيْهِ “Ya ALLAH berkahilah atasnya” اللَّهُمَّ بَارِكْلَهُ “Ya ALLAH Berkahilah Baginya ” 2. Hendaknya
Mengucapkan : مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ “Sungguh atas
kehendak ALLAH – lah semua ini terwujud” Kesalahan – kesalahan Orang Tua Ketika
Anak Tertimpa ‘Ain Meletakkan gunting di bawah bantal si bayi dengan keyakinan
itu akan menjaganya. Sungguh ini termasuk kesyirikan karena menggantungkan
sesuatu pada yang tidak dapat memberi manfaat atau menolak bahaya. Mengalungkan
anak dengan Jimat, Penangkal Tolak Bala, dan lain sebagainya. Ini juga termasuk
perbuatan syirik dan hanya akan melemahkan si anak dan orang tua karena
berlindung pada sesuatu selain ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dan sungguh, amat
dashyat ancaman bagi Pelaku Syirik. Yaitu Dosa Besar Menyekutukan ALLAH dengan
selainNya, serta tidak akan diampuni hingga Pelakunya benar – benar bertaubat.
Apakah Memajang Foto Di Facebook Dapat Menyebabkan Penyakit ‘Ain? Terkena ain
tidak harus dengan cara melihat langsung korban ain. Namun bisa juga terjadi
dengan membayangkan atau mengkhayalkan apa yang disampaikan kepadanya. Termasuk
dengan melihat foto atau gambar korban ain tersebut. Ibnul
Qoyim rahimahullah mengatakan, ونفس العائن لا يتوقف تأثيرها على الرؤية ، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره ، وكثير من العائنين يؤثر في المعين بالوصف من غير رؤية ”Jiwa orang yang menjadi penyebab ain
bisa menimbulkan ain, tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang
buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, lalu jiwanya bisa
menimbulkan ain, meskipun dia tidak melihat sesuatu itu. Dan ada banyak
penyebab ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ain, hanya dengan cerita tanpa
melihat langsung.” (Zadul Ma’ad, 4/149) Setelah membawakan keterangan Ibnul
Qooyim di atas, dalam Fatwa Islam dinyatakan, وبهذا يتبين أن العائن قد ينظر إلى صورة الشخص في الحقيقة أو في التلفاز ، وقد يسمع أوصافه فيصيبه بعينه ، نسأل الله السلامة والعافية “Berdasarkan keterangan di atas,
jelaslah bahwa penyebab ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau
melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang
itu terkena ain. Kita memohon keselamatan kepada Allah.” Kemudian beliau
mengingatkan, وننبه إلى أن بعض الناس يستسلم للوساوس والهواجس ، ويظن أنه سيصاب بالعين كلما رزق نعمة ، أو جاءه خير ، وهذا من الضعف والعجز ، فإن المؤمن لديه من الأسلحة ما يتحصن بها من شر العين والحسد والسحر ، فعليه أن يتوكل على ربه ، ويعتصم به ، ويداوم على الذكر الواقي من تلك الشرور ”Kami ingatkan, sebagian orang telah menjadi
korban was-was dan bisikan. Dia selalu dihantui dengan perasaan seolah terkena
ain ketika mendapat rizki atau mendapat kabar baik. Semacam ini termasuk
kelemahan mental. Karena setiap mukmin memiliki senjata yang bisa dia gunakan
untuk melindungi dari ain, hasan dan sihir. Karena itu, selayaknya dia
bertawakkal kepada Allah, memohon perllindungan kepadanya, dan merutinkan
dzikir sebagai benteng dari semua kejahatan tersebut.” (Fatwa Islam, no.
122272) Sebagai bentuk kehati – hatian, sebaiknya tidak memajang foto Bayi,
anak – anak, maupun Wanita di Facebook. Sikap Terbaik Dalam Menyikapi Bahaya
‘Ain Perlulah kita selalu mengingat, bahwa sekalipun kita mengetahui bahaya
‘ain memiliki pengaruh besar dan berbahaya, namun tidaklah semua dapat terjadi
kecuali dengan ijin ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita sebagai orang Islam
tidaklah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam masalah ‘ain ini, maka
seseorang tidak boleh berlebihan dengan menganggap semua kejadian buruk berasal
dari ‘ain, dan juga tidak boleh seseorang menganggap remeh dengan tidak
mempercayai adanya pengaruh ‘ain sama sekali dengan menganggapnya tidak masuk
akal. Ini termasuk pengingkaran terhadap hadits-hadits shahih Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam. Sikap yang terbaik bagi seorang muslim adalah berada di
pertengahan, yaitu mempercayai pengaruh buruk ‘ain dengan tidak berlebihan
sesuai dengan apa yang dikabarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a’lam bishawab ==== Sumber: dari berbagai sumber, muslimah.or.id
Alhamdulillah, kajian kita hari ini
berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat.
Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon
maaf atas segala kekurangan. Baikloah langsung saja kita tutup dengan istighfar
masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment