Kajian Online Hamba Allah Ummi G-6
Hari/Tgl : Senin, 25 September 2017
Materi : Motivasi
Narasumber : Ustadzah Yeni
Waktu kajian : 20.00 – Selesai
Editor : Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
DIMANAKAH POSISI KITA DALAM IBADAH...?
(Disampaikan Sebagai Motivasi Ibadah
Keseharian sahabat HA)
Renungan malam yang membuat hati
tersentak..
Saat Kajian online yang cukup membuat
berkaca diri tentang motivasi apa yang selama ini dicantumkan dalam
beribadah...
Sahabat HA Rahimukumillah.
Berkali-kali kita mendengar para mubaligh,
ustadz, khatib dan kyai dalam ceramah mereka, dan membaca tulisan para penulis
yang menyatakan dengan tegas bahwa tujuan hidup kita (umat manusia ini) hanya
untuk “beribadah kepada Allah” . Karena Allah telah menciptakan diri kita
dengan tujuan utama: “untuk hanya beribadah” kepada-Nya. Selaras dengan firman
Allah,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ
لِيَعْبُدُونِ.
“Dan
tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS
adz-Dzâriyât/51: 56).
Ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas
mencakup pengertian (ibadah) mahdhah (ibadah khusus yang terstruktur, yang tata
caranya sudah ditentukan oleh Allah dan atau Rasul-Nya) dan yang ghairu mahdhah
(mustafâdah), yaitu: “setiap perbuatan baik yang bermanfaat dan diniatkan
semata karena dan untuk Allah”
Sayid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl
al-Qurân (VI/3387) menyatakan, bahwa ibadah merupakan al-Wadhîfah al-Ilâhiyyah,
tugas yang diembankankan Allah kepada manusia.
Jadi, ketika manusia menjalankan ibadah,
maka ia telah memfungsikan hakikat penciptaannya.
Sebaliknya, manusia yang melalaikan
ibadah, berarti telah mendisfungsikan hakikat penciptaanya.
Seperti lampu yang dibeli untuk tujuan
penerangan, ketika lampu itu tidak bisa lagi menerangi, berarti telah mengalami
disfungsi. Itulah analogi bagi manusia yang enggan untuk beribadah.
Dan oleh karena itu, setiap manusia harus
selalu melakukan tajdîd an-niyyah (pembaruan niat atau motivasi), agar dirinya
tidak mengalami disorientasi di dalam hidupnya. Motivasi (niat) setiap orang
akan selalu menjadi unsur penentu dalam membangun ibadahnya. Dan motivasi
setiap orang dalam beribadah ternyata tidak pernah sama, berkaitan dengan
pengalaman dan tantangan kehidupan masing-masing yang pernah dialaminya.
Sahabatfillah..
Mengenal Ragam Tingkatan Motivasi dalam
Beribadah. Para ulama membagi kualitas motivasi ibadah pada diri manusia
beberapa tingkatan.
Pertama Ibâdah al-Mukrahîn (Ibadah
Orang-orang yang Terpaksa).
Ini adalah tingkat motivasi terendah. Pada
tingkat ini, ibadah hanya dipahami sebagai kewajiban. Melaksanakan ibadah
karena ia takut dosa apabila dia tidak mengerjakannya. Dampak motivasi pertama
ini adalah seseorang menganggap ibadah ini hanya sebagai beban, ia melakukannya
hanya karena untuk menggugurkan kewajibannya.
Motivasi ini ibaratnya seperti seorang
budak, ketika dia disuruh, baru dia mengerjakannya. Beribadah bukan didorong
dari dalam dirinya, melainkan karena paksaan dari luar. Malah seringkali
sekadar untuk memelihara kepantasan. Sebagaimana yang tersebut di dalam firman
Allah,
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk
diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada
Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas
dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS at-Taubah/9: 54)
Kedua 'Ibâdah at-Tujjâr(Ibadah Para
Pedagang).
Inilah ibadah cara pedagang. Ibadahnya
semata karena tergiur imbalan lebih besar. Melaksanakan ibadah karena ia
mengharapkan pahala dari apa yang ia kerjakan. Dampak motivasi kedua ini adalah
seseorang melakukan ibadah hanya pada waktu tertentu saja, contohnya di Bulan
Ramadhan yang dijanjikan berkali-kali lipat pahalanya, ketika bulan Ramadhan
telah lewat, maka ia mengurangi ibadahnya, bahkan meninggalkannya
naudzubillah..
Motivasi ini ibaratnya seperti seorang
anak-anak, yang ketika mengerjakan sesuatu, pasti ingin mendapatkan imbalan.
Ketiga Ibâdah al-Muthî’în (Ibadah
Orang-orang yang Taat).
Kualitasnya lebih bagus dari tiga tingkat
sebelumnya. Motivasi ibadah pada tingkat ini adalah ketundukan kepada Allah.
Ibadah bukan lagi karena paksaan dari luar, melainkan sudah tumbuh dari dalam.
Bukan karena takut ancaman atau mengharap imbalan, melainkan karena ingin
“balas jasa” atas segala nikmat dan karunia Allah kepada dirinya. Juga didorong
keyakinan bahwa hikmah dan manfaat ibadah akan kembali kepada diri manusia.
Ikrar hatinya,
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Katakanlah
(hai Muhammad): “Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk
Allah, Tuhan sekalian alam.” (QS al-An’âm/6: 162).
Mereka melaksanakan ibadah karena mereka
mengharapkan ridha Allah SWT.
Apa itu ridha? Ridha artinya rela, mengharapkan Ridha Allah SWT artinya kita mencari
apa yang membuat Allah SWT rela kepada kita. Seseorang yang memiliki motivasi
ini memiliki semangat untuk menjamin kualitas ibadahnya, bukan kuantitas. Ia
mencoba untuk merenungi setiap makna dari ibadah, apa makna setiap gerakan
dalam shalat, apa makna setiap bacaan Al Qur’an. Banyak saudara kita yang hanya
membaca Al Qur’an tanpa memahami atau bahkan tidak mengetahui apa artinya (memang
benar, membaca saja kita sudah mendapatkan pahala). Tetapi, implementasi atau
pengaplikasian dalam kehidupan sehari lah yang seharusnya kita tanamkan dalam
diri kita melalui pemahaman ibadah-ibadah yang kita lakukan setiap hari.
Kemudian..👇🏻
Sahabat HA yang disayang Allah...
Keempat, Ibâdah al-Mutaladzidzîn
(Ibadah Para Penikmat Ibadah)
Inilah puncak motivasi ibadah seorang
hamba. Pada tingkat ini, ibadah tidak lagi untuk “balas jasa” apalagi karena
tergiur pernik-pernik dunia. Ada kelezatan ibadah yang tiada tara. Sekejap saja
waktu senyap dari ibadah, muncullah gemuruh rindu dan cinta yang menyesakkan
dada. Ia telah keranjingan untuk beribadah kepada Sang Maha Segalanya.
Sesungguhnya ibadah itu memiliki rasa
nikmat, kebahagiaan dan ketentraman yang hanya bisa diketahui oleh orang yang
merasakannya. Bahkan, kesempurnaan ibadah seseorang ditandai kalau dia bisa
merasakan bahwa ibadah itu nikmat. Karenanya, ia akan mengesampingkan segala
kenikmatan dunia seisinya untuk mencapai kenikmatan tersebut.
Kenikmatan ibadah merupakan buah dari
keimanan yang menancap kuat dalam diri seorang hamba, lalu dibuktikannya dengan
melaksanakan amal shalih. Maka dalam ibadah yang didasari iman dan muncul dari
keimanan, akan selalu bisa melahirkan kenikmatan dan kelezatan serta
kebahagiaan.
Nabi SAW pernah bersabda berkaitan dengan
kenikmatan ibadah ini,
ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِىَ
بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً.
“Pasti akan merasakan manisnya iman orang
yang ridha terhadap Allah sebagai Rabb, Islam sebagai dîn/aturan hidup, dan
Muhammad s.a.w. sebagai rasul.” (HR. Muslim
dari al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib, Shahîh Muslim, I/46, 160).
Yang paling utama adalah seseorang
beribadah karena ia cinta kepada Allah SWT dan agama yang di ridhoi-Nya, agama
Islam. Seseorang yang cinta pada sesuatu pasti akan melakukan segala sesuatu
demi apa yang dicintainya. Begitu pun seseorang yang beribadah karena cinta
kepada Allah SWT dan Islam, ia melakukannya karena pikiran dan tubuhnya tergerak
oleh yang namanya cinta.
Inilah yang dilakukan oleh para Rasul dan
Nabi serta para Sahabat..
Inilah yang dirasakan Rasulullah SAW,
Beliau sudah dijamin oleh Allah.
Allah akan masuk surga, tetapi beliau
secara terus-menerus melaksanakan shalatnya dengan kesungguhan yang tinggi,
sampai dikisahkan oleh para sahabatnya bahwa pernah kaki beliau bengkak karena
terlalu lama melaksanakan shalat.
Hal ini juga terjadi pada Ali bin Abi
Thalib yang karena begitu menikmati shalatnya, sampai pernah minta agar anak
panah yang menancap di badannya dicabut ketika sedang melaksanakan shalat.
Sementara itu, Abdurrahman bin Auf,
saudagar kaya, sekaligus satu dari sepuluh sahabat yang mendapat
"garansi" surga dari Rasulullah SAW, bahkan dengan ikhlas
membagikan tiga "kantung" berisi uang hasil keuntungan
dagangnya kepada mereka yang membutuhkan.
❤ Orang miskin di dunia adalah
orang yang belum pernah merasakan cinta kepada Allah dan nikmatnya beribadah
kepada-Nya. ❤
Ibnul Qayim bercerita tentang gurunya,
Ibnu Taimiyah: “sungguh aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata, “sesungguhnya di dalam dunia ada sebuah surga. Barangsiapa yang tidak
memasukinya, maka ia tidak akan bisa memasuki surga akhirat.”
Sahabat HA yang dirahamati Allah...
❓Dimanakah posisi motivasi ibadah kita..?
Contoh di ODOJ land...
❓Apakah masuk Odoj karena terpaksa oleh aturan instansi atau komunitas
sehingga kadang begitu berat dan beban untuk menyelesaikan satu juznya..?
❓Apakah masuk Odoj karena jika ikut acara² tertentu akan ada doorprize
khusus untuk member Odoj..?
Atau memperbanyak kenalan biar bisa promosi
gratis dagangan nya..?
⚡Semoga tidak ya...
💉Semoga masuk Odojland karena ketaatan dalam melakukan sunnah Rasulullah
Saw dan rasa Nikmat berlama lama dengan Al Quran sebagai refleksi akan cinta
Allah SWT..sehingga mencintai petunjuk jalan yang lurusNya yakni Al
Quranulkariim...
Perlu diingat Sahabatfillah...
Allah akan memberikan sendiri
penilaianNya.
Asalkan ibadah kita jika tidak disertai
dengan Riya.
Karena apapun motivasi ibadah jika
disertai Riya maka akan sia-sia.
Wallahu A'lam bishawab
⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡
TANYA JAWAB
T : Assalamu'alaikum
ustadzah. Saya ingin bertanya, kiat-kiat apa yang harus dilakukan agar ibadah
tambah meningkat, atau paling tidak istiqomah, jangan sampai menurun?
J : Kita harus
paham dulu untuk apa ibadah. Jika kita paham ibadah adalah wujud syukur seorang
hamba tentunya kita tidak akan pernah sia-siakan ibadah, tidak lalai dan tentu
meningkat kadar cinta kita dengan meningkatnya ibadah kita pada Allah. Jika
kita paham bahwa dengan ibadahlah kita akan dihisab, tentunya kita akan berlomba-lomba
dalam kebaikan menjadi bekal amal di yuamil akhir. Dengan kepahaman akan
istiqamah dalam ibadah.
T : Assalamu
'alaikum ustadzah, bagaimana agar bisa untuk istiqomah dalam qiyamul lail, kadang
mau tidur sudah niat pas waktunya susah untuk bangun?
J : Niat harus
dibarengi kekuatan... tekad... azzam... tidak sekedar niat.. Niat perlu action.
Gabung kutub mbak, moga ini bisa memulai kebaikan lail.
*Kutub = komunitas tahajud berantai
~~~~~~~~~~~
Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment