Rekap Kajian Online HA Ummi G-2
Hari/Tgl : Senin ,25 September 2017
Materi : optimalkan nikmat usia
NaraSumber : Ustadzah Pristia
Waktu Kajian : 16.30 - selesai
Editor : Sapta
■□■□■□■□■□■□■□ ■□■□
Optimalkan Nikmat Usia
Pada kesempatan ini, mari kita renungi
sejenak salah satu nikmat Allah SWT yang sering sekali manusia alfa, yaitu soal
usia. Padahal tak ada seorang pun di antara kita yang mampu membendung
perjalanan usia. Contohnya, bila sedetik berlalu dari kehidupan kita,
sesungguhnya ia telah menjadi masa lalu, bagian sejarah dalam kehidupan anak
cucu Adam.
Persoalannya adalah sudahkah kita hidup
dengan mengoptimalkan setiap detik usia atau menyia-nyiakannya?
Pertanyaan ini penting diajukan mengingat
umat Islam masih banyak yang terjebak dalam kemacetan berpikir tentang potensi
usia yang dimilikinya. Banyak yang berpikir, ia baru akan berbuat baik, pergi
ke masjid, mengaji dan ibadah lainnya nanti setelah usia lima puluhan, enam
puluhan bahkan tujuh puluhan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan bergeser kedua kaki
seorang hamba di hari kiamat hingga ditanyakan kepadanya empat hal: Usianya
untuk apa ia habiskan, masa mudanya bagaimana ia pergunakan, hartanya dari mana
ia dapatkan dan untuk apa ia keluarkan, serta ilmunya, apa yang ia telah
perbuat dengannya.”
Setiap manusia akan ditanyakan tentang
usia yang telah diberikan padanya. Bahkan secara khusus, akan juga ditanyakan
tentang usia mudanya. Apa yang telah kita lakukan sepanjang masa muda itu?
Barangkali, penyebutan secara khusus tentang masa muda, karena pada masa itulah
kita tengah membentuk diri kita, menentukan jati diri kita, dan melakukan
revolusi besar dalam sejarah hidup; menikah, berkeluarga, memiliki keturunan,
membangun karier dan melakukan segala aktivitas duniawi.
Bila kita renungi lebih jauh, maka kita
akan dapatkan bahwa seluruh rangkaian kewajiban agama merupakan peringatan bagi
diri kita tentang perjalanan usia. Lihatlah bagaimana permulaan masuk waktu
subuh, misalnya. Tatkala malam membuka selimut fajarnya, berdirilah seorang
muadzin menyerukan setiap insan yang tengah terlelap dalam tidurnya, “hayya ala
shalah”. (Marilah tunaikan shalat) “As-shalatu khairu min nawum”. (Shalat itu
lebih baik daripada tidur).
Jiwa yang suci akan menjawab panggilan itu
dengan segara melakukan shalat subuh. Ia akan membasuh wajahnya dengan air
wudhu, membersihkan dirinya dari belenggu syaitan dan menyambut harinya dengan
hati yang bersih. Sementara jiwa yang terbuai dalam nina-bobo syaitan akan
menarik selimutnya, melanjutkan mimpi-mimpinya, hingga ia kehilangan waktu yang
sangat indah. Waktu subuh yang menyemburkan semburat kehidupan.
Untuk itulah, para ulama terdahulu, dalam
upayanya optimalisasi setiap detik kehidupan yang dijalaninya, mengatakan,
shalat lima waktu adalah “neraca harian” kita. Shalat Jumat merupakan “neraca
pekanan”, puasa di bulan Ramadhan menjadi semacam “neraca tahunan” dan
menunaikan haji menjadi “neraca atau timbangan usia” kita.
Bila setiap muslim melakukan kalkulasi
dengan benar pada neracanya itu niscaya ia akan beruntung dalam menapaki
kehidupan ini. Umar bin Khattab RA berkata, “Barang siapa yang hari ini sama
dengan harinya yang kemarin, maka dia adalah orang yang tertipu. Dan barang
siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang
tercela”.
Waktu laksana angin, ia berembus cepat
baik saat kita senang ataupun susah. Dan, manakala maut datang menjemput, masa-masa
yang panjang yang pernah dilalui seseorang hanyalah merupakan bilangan masa
pendek yang berlalu bagaikan kilat. Jika akhir dari usia adalah kematian, maka
panjang-pendeknya usia seseorang hanya tertulis di batu nisan.
Ketika Nabi Nuh, seorang rasul yang
berusia sembilan ratus lima puluh tahun hendak dicabut nyawanya, malaikat
bertanya, “Wahai Nuh yang memiliki umur terpanjang, bagaimana kamu mendapati
kehidupan dunia ini.” Nuh menjawab, “Dunia ini laksana rumah yang memiliki dua
pintu, saya masuk dari pintu yang satu dan segera keluar dari pintu yang lain.”
Sungguh benar firman Allah SWT yang
menggambarkan orang-orang kafir merasa sebentar saja di dunia, ketika
dibangkitkan kelak. Allah SWT berfirman,ketika dibangkitkan kelak. Allah SWT
berfirman, “Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa
seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) yaitu di waktu
sore atau di waktu pagi. (QS: An-Nazi’at ayat 46)
Untuk itulah, sering kita dapati orang
yang meratapi masa mudanya saat ia telah berusia renta, lanjut dimakan zaman,
rapuh dikikis angan-angan. Penyair Abdul Malik Ziyat menulis, “Seandainya masa
muda itu dapat kembali sehari saja, niscaya akan kuberitahukan padanya apa yang
telah dikerjakan oleh seorang yang renta ini”.
Karena itu pula, Ibnu Mas’ud, seorang
sahabat Nabi SAW berkata, ““Aku tidak pernah menyesali sesuatu. Penyesalanku
hanyalah pada hari yang telah berlalu, di mana umurku berkurang dan amalku
tidak kunjung bertambah”.
Usia adalah harta termahal yang dimiliki
manusia. Hasan al-Basri, penyair Sufi mengatakan, “Wahai anak Adam,
sesungguhnya kalian hanyalah sekumpulan dari hari-hari. Setiap kali hari
berlalu, akan berlalu pula sebagian dari umurmu”.
Menutup tulisan ini, patut kita renungi
anjuran doa yang diajarkan Rasulullah SAW sebagai upaya optimalisasi usia. Doa
itu, “Allahuma Inni A’udzu bika Minal Hammi wal Hazn, Wa A’udzu bika Minal
‘Azli wal Kasl” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesengsaraan dan
kesedihan dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan).
Semoga kita termasuk orang yang pandai
mengoptimalkan usia.
Wallahu’alam. (Dakwatuna)
●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○
TANYA JAWAB
T : tentang ilmu yang
bermanfaat itu praktiknya seperti apa ustadzah? Banyak sekali pengetahuan yang kita
dapat sejak kecil, bahkan beberapa sudah lupa, apakah akan diminta
pertanggungjawaban juga?
J : Yang bermanfaat
untuk kehidupan kita sehari-hari. Ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang
tidak dapat digunakan di kehidupan sehari-hari dan bersifat khayalan
T : contohnya seperti
apa ustadzah?
J : tentang teori darwin yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera
T : seorang istri
bisa masuk surga dengan shalat 5 waktu dan patuh pada suaminya. Apakah benar
ustadzah bila kita wafat terlebih dahulu kemudian suami qta ridho dan ingat
kebaikan qta maka kita akan masuk surga? Bagaimana bila sebaliknya? Kita wafat
duluan kemudian dia kesal.. Apakah kita langsung masuk neraka?
J : Itu saya belum
lihat dalam dalilnya.
T : Adakah tips-tips
agar kita selalu dapat optimal dalam menjalani kehidupan ini?
J : Lakukan sesuatu
dengan sepenuhnya menurut kita dan sesuai target kita. Harus memiliki target
T : tanya ustadzah
berkaitan dengan ilmu yang tidak berguna kayak teori evolusi diatas bagaimana dengan
saya selaku guru biologi yang harus ngajarin itu?
J : Iya. Tidak
perlu di hayati dan jangan terpengaruh
~~~~~~~~~~~
Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment