Rekapitulasi Kajian Online HA Ummi G3
Hari/Tgl: Senin, 26 Maret 2018
Materi: Memperbaiki Hati
NaraSumber: Ustadz Kaspin
Waktu: Ba'da Subuh
Editor: Sapta
======================
Memperbaiki Hati
Sumber : Hidayatullah
DALAM sebuah kisah sufi yang terkenal, tersebutlah
sebuah kisah tentang seorang pemuda ahli ibadah dan seorang pecinta dunia.
Suatu hari, si ahli ibadah memasuki hutan yang penuh dengan singa. Melihat
kedatangan pemuda ahli ibadah tadi, singa-singa di hutan itu merasa senang dan
menyambutnya.
Sementara itu, si pecinta dunia yang tatkala itu
sedang berburu, baru saja memasuki hutan yang sama. Melihat kedatangan si
pecinta dunia dan rombongannya, singa-singa itu mengaum siap menerkam sehingga
membuat mereka merasa ketakutan.
Si ahli ibadah melihat kejadian itu dan dia berusaha
menenangkan singa-singa tersebut.
Maka berkatalah si ahli ibadah kepada si pecinta dunia
dan orang-orangnya setelah menenangkan singa-singa ini, “Kalian hanya
memperbagus dan memperindah penampilan luar saja, maka kalian takut kepada
singa. Adapun kami, kami selalu memperbaiki dan memperbagus batin kami,
sehingga singa pun takut kepada kami.”
Kisah di atas memuat pelajaran penting tentang hati
sebagai pusat kebaikan.
Hati adalah ibarat Raja yang punya hak veto dalam memerintah
seluruh anggota jasmani menuju perbuatan baik atau jahat. Untuk merawat dan
memperindah hati agar bercahaya, maka seseorang perlu terus-menerus
mempertahankan dan mengamalkan kebaikan. Hati akan terus bersih, bening dan
bercahaya jika kejahatan terus dihindari, jauh dari debu-debu dengki, riya`,
takabbur, dan cobaan dijalani dengan ikhlas.
Memelihara hati bukanlah tugas yang sulit. Ini
merupakan tugas yang wajib dilakukan setiap Muslim. Andaikata pun sulit atau
mudah, itu harus dilakukan agar hati yang bersih berpendar dengan sinar
kebaikan. Hati adalah wajahnya jiwa.
Orang yang
jiwanya baik, hatinya akan baik. Cara memperbaiki jiwa dengan memperbaiki hati.
Hati, dalam pandangan Imam Abdullah Al-Haddad adalah
tempat penglihatan Allah.
Sebelum yang lain, Allah melihat hati seseorang
terlebih dahulu. Di sisi berbeda, anggota lahir badan kita menjadi tempat
perhatian sesama makhluk yang acap dipandang dengan pandangan kekaguman.
Dalam sebuah doanya, Rasulullah SAW mengatakan :
“Allahummaj`al Sariiratiy Khairan Min `Alaaniyatiy
Waj`al `Alaaniyatiy Shaalihah.” (Ya Allah,
jadikanlah keadaan batinku lebih baik dari keadaan lahirku dan jadikanlah
keadaan lahirku baik).
Inilah salah satu doa yang sering dipanjatkan oleh
Nabi kepada Allah. Di dalamnya terkandung permintaan agar menjadikan suasana
hati lebih bagus ketimbang keadaan lahir.
Pertanyaanya, mengapa nabi menitikberatkan pada batin
atau hati? Imam Abdullah menjawab: “Ketika hati baik, maka keadaan lahir akan
mengikuti kebaikan itu pula. Ini merupakan sebuah kepastian.”
Keyakinan ini didasarkan pada peringatan sabda Nabi
Muhammad SAW sendiri: “Di dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka
baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya.
Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim)
Hati Sebagai Pusat Segalanya
Setiap orang pasti menyukai keindahan.
Banyak orang yang memandang keindahan sebagai sumber
pujian. Ribuan kilometer pun akan ditempuh demi mencari suasana dan pemandangan
yang indah. Uang berjuta-juta akan dirogoh untuk memperindah pakaian. Waktu
akan disediakan demi membentuk tubuh yang indah.
Perhatikan bagaimana Rasulullah SAW yang meski
pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa dan pangkat, tapi
tidak berkurang kemuliaannya sepanjang waktu.
Rasulullah SAW tidak menempuh ribuan kilo, merogoh
harta demi singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun memiliki rumah yang
megah dan indah. Akan tetapi, penghargaan terhadap beliau tidak luntur dan
menyusut ditelan masa. Beliau adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan
dan kesucian hatinya. Kunci keindahan yang sesungguhnya adalah ketika kita
mampu merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati. Inilah pangkal
kemuliaan sebenarnya.
Hati adalah penggerak, raja, poros, dan pusat segala
ibadah. Hati yang thuma`ninah (tenang) akan dapat membuat orang ringan bangun
malam, membaca Al-Qur`an, datang ke masjid, dan semua amal shalih lainnya. Hati
bisa mengajak kepada kebaikan sekaligus di saat yang sama bisa mengajak kepada
kejahatan.
Kita melihat tidak sedikit orang yang mempunyai
anggapan bahwa melakukan maksiat tidaklah mengapa asal hati kita baik. Anggapan
dan keyakinan seperti ini jelas merupakan kesalahan besar.
Menurut Imam
Abdullah, orang yang berpendirian semacam ini adalah pendusta besar. Lahir dan
batin haruslah berimbang dan sama-sama baik. Seumpama makanan, ia akan diminati
orang jika isi dan bungkusnya baik.
Kebaikan yang dibuat-buat juga harus dihindari. Ada
orang yang berjalan membungkuk, mengenakan tasbih, pakaiannya pakaian orang
saleh. Di balik semua ini, kita melihat dalam batinnya orang seperti ini
tertanam cinta dunia mengakar kuat, keangkuhan, kebanggaan pada diri sendiri,
serta kegilaan pada pujian. Menurut Imam Abdullah, orang semacam ini adalah
orang yang berpaling dari Allah.
Dalam sebuah peristiwa, Sayidina Umar ra. melihat
seorang yang berjalan di hadapannya dengan membungkuk sebagai bentuk
ke-tawadhu-an. Melihat ini, Sayidina Umar berkata, “Takwa itu bukan dengan cara
membungkukkan badanmu. Takwa itu ada di dalam hati.”
Bagaimana jika seseorang tidak mampu memperbaiki batin
lebih dari keadaan lahirnya?
Menurut Imam Abdullah Al-Haddad, hendaknya ia
menyamakan kebaikan lahir dan batin meski idealnya meningkatkan kebaikan batin
lebih diutamakan dan disukai.
Orang yang memiliki hati yang bersih, tak pernah absen
bersyukur kepada Allah, Penguasa jagat alam raya ini. Pribadinya menyimpan mutu
dan pesona. Tak mudah jatuh dalam kesombongan dan kepongahan di kala merebut
sesuatu namun tetap istiqamah tunduk pada Allah.
Orang yang
mempunyai hati yang baik akan terus bersikap rendah hati walaupun
berpangkat tinggi dan harta melimpah.
Mari bersihkanlah hati ini, beningkanlah dari segala
kotoran, isilah dengan sifat-sifat yang baik agar ia tetap terang benderang,
bersinar dan bercahaya serta selalu cenderung kepada kebaikan dan takwa.*
================
TANYA JAWAB
Tanya: Bismillah, Saya Anne, ijin bertanya:
1. Bagaimana cara menyamakan kebaikan lahir dan batin?
2. Ketika kita malas ibadah, apakah berarti itu tanda
hati sedang sakit?
Jazakallah khair abah
Jawab: Bunda Anne yg baik,
1. menyamakan kebaikan lahir dan batin caranya dengan
ikhlash
2. iya
Tanya: Assalamualaikum, ustad ada yang berkata seperti ini biar tidak shalat yang
penting hatinya baik, tidak ada gunanya shalat kalau sifat/hatinya buruk? Bagaimana
kalau kita pernah diperlakukan yang kurang baik oleh seseorang sehingga ada
rasa sakit hati yang tidak bisa hilang, bagaimana solusinya ustad?
Jawab; Bunda Nilfanti yg baik. Bungkus dan isi sama penting. Jiwa dan raga.
Niat dan perilaku. Lahir dan batin. Kalau luarnya belum baik maka dalemnya juga
sebenarnya bermasalah dan itu pribadi sipatnya. Kalau cukup dengan hati mengapa
kalau makan dia nyuap ga niat doang? forigive and forget
Tanya: Ustadz bagaimana cara kita mengukur isi hati kita sendri, apakah sudah
benar-benar baik, atau merasa baik. Kadang orang melihat kita baik, malah jadi
ujub, merasa sudah jadi paling 'bener'. Apakah cukup dengan memperbanyak
istighfar? Syukron pencerahannya ustadz.
Jawab: Bunda Lusi yang baik, ya banyak istighfar, ukur bayangan sendiri
Tanya: Ijin bertanya abah, apakah termasuk penyakit hati, jika hati kita
selalu dalam kegelisahan takut Allah tidak peduli lagi dengan kita?
Jawab: Bunda desi yang baik, harus seimbang antara takut dan harap. Ia ibarat
dua sayap.
Tanya: Ijin bertanya Abah, Apakah hati yang tidak baik, secara harfiah bisa menjadi
penyebab fisik seseorang menjadi sakit? Misalnya jadi sakit liver dan sebagainya.
Jazakallah khayr atas jawabannya Abah .
Jawab: Bunda Erlin yang baik, Memang banyak kasus demikian. Saya banyak dengar
dan lihat begitu, sebab ketika kita sakit hati biasanya fisik juga
drop...wallahualam.
Tanya: Ijin bertanya juga, nyambung
pertanyaan ini juga penyakit seperti kanker liver dll, apakah datangnya dari
PENYAKIT HATI juga ya, Abah?
Jawab: Bunda indah yang baik. Bisa jadi demikian, jadilah pribadi yang
husnudzhon dan ringan memaafkan.
Tanya: Caranya gimana ya abah agar pikiran kita selalu berhusnudzhon dengan
orang lain secara mudah? Prakteknya kadang susah abah.
Jawab: Ya dicoba lah, kan selama ini suudzhon bisa terus hasil dari suudzhon
begitu, kenapa ga coba husnudzhon hasilnya insya Allah lebih menentramkan.
Tanya: Assalamualaikum, ijin bertanya ustad, mengapa dan apa yang terjadi ada
orang yang sholat rajin, rajin juga datang ke kajian-kajian tapi akhlaknya masih
suka nyakitin org dan lain-lainl? dan pernah dengar, ketika di zaman sahabat
ada yang sudah hafal al quran tapi akhirnya murtad, itu kenapa bisa begitu ya
ustadz? syukron
Jawab: Wallahualam. Namun itu artinya kita jangan tertipu tampilan fisik.
Akhlaq cerminan hati. Demikian. Doakan saya ya.
Tanya: Tapi kok bisa ya gara-gara penyakit hati Sampai muncul penyakit
macam-macam ya Abah?
Jawab: Iya, pikiran mempengaruhi perasaan dan perasaan akan direspon oleh jasad.
Contoh: Sekarang bayangkan rujak mangga muda plus
nanas, ada sambel gula merah plus asam jawa. Bayangkan aja itu ada didepan mu, apa
rasanya? Jadi ngiler, berasa ada d mulut. Rujaknya ada ga? Gak ada. Nah itu dia
jasad merespon apapun yang dipikirkan ga peduli nyata atau tidak nyata. Mengkhayal
aja ada bisa sampe ke puncak toh?
Tanya: Bah kenapa kalau saya lagi capek banyak kerjaan terus di tambah anak
rewel jadinya hati saya mudah kesel dan tidak sabar. Biasa sabar hadapi anak jadi
sedikit ketus. Dan setelah saya ketus ke anak saya nyesel banget. Apa ini juga
penyakit hati bah? Adakah doa biar sll sabar?
Jawab: Coba baca surat albaqoroh full...niatkan ruqyah
Tanya: Bah tanya lagi yah, Apakah termasuk hati yang kotor bila awalnya mempercayai
seseorang tapi setelah beberapa kali mempercayai selalu dan selalu di hancurkan
karena dia berkhianat jadi lama-lama saya ragu kadang timbul curiga. Bagaimana
cara membersihkan hati kita dari akibat hal tersebut bah? Jazakallah
Jawab: Ya itu waspada bukan kotor. Waspada agar kita siap bila terulang.
Tanya: Afwan abah borongan ,
1. Abah bagaimana menata hati kita, in syaa Allah
sudah berbuat baik untuk sendiri dan orang lain namun jangan sampai timbul
riya' di hati kita?
2. Apakah kalau kita posting di status wa tentang
kegiatan yang kita lakukan dengan tujuan untuk mengajak kepada yang lain supaya
mengikuti apa yang sudah dilakukan termasuk riya? karena kalau japri malah
sungkan.
3. Abah mau tanya tapi diluar tema, mana yang lebih
utama bagi perempuan sholat berjama'ah di masjid apa sholat sendiri di rumah, lalu
mengenai pahalanya gimana abah? Wassalamualaikum
Jawab:
1. Ikhlas
2. Tanya hatimu
3. Dirumah
Tanya: Ijin tanya Abah. Bagaimana menjaga hati agar tidak suudzon dengan
postingan orang lain. Rata-rata kalau yang posting mengenai ibadah haji/umroh/lagi
tadarus itu kok malah jadi suudzon kalau niatnya hanya berbangga diri.
Jawab: Ya ucapkan alhamdulillah, terus berdoa deh. Jangan iri.
Tanya: Bertanya juga abah, hubungannya mimpi sama kejadian nyata apakah ada
bah? kadang malam mimpi buruk paginya buruk juga bah, padahal sudah melakukan
amalan sebelum tidur, tapi tetap saja bah, apa karena keadaan hati juga bah? pernah
mimpi baik paginya dapat rizky bah, alhamdulillah kalau yang baik bah, kalau
mimpi buruk itu bah jadi takut.
Jawab: Kalau di yakini kemungkinan memang bisa terjadi, karenanya ketika bangun
dari mimpi buruk baca taawudz 3x kemudian meludah ke kiri 3x, tapi lihat dulu
sebelum meludah jangan sampe kena muka suami. Mimpi buruk jangan diceritakan. Hikmahnya
mungkin supaya kita lupa, kalau ingat terus kan bahaya.
Tanya: Salam Abah, Bismillah, perlu masukan Abah, saya warga pendatang di Jakarta
ini. Qodarullah sejak 3 tahun kami di sini, dengan ijin Allah saya mendapatkan
beberapa amanah kegiatan baik dari warga
dan beberapa institusi. Sampai hari ini amanah itu berusaha saya tunaikan dengan
segala kelemahan dan keterbatasan saya sebagai manusia. Terkadang saat amanah-amanah
itu datang bertubi-tubi, saya serahkan semua pengaturan urusan-urusan itu
pada-Nya. Nah, Qodarullah si kecil anak saya sekarang sudah usia 4 tahun, saya
merasakan ada hutang waktu yang harus saya bayar kepadanya. Lebih fokus untuk
mendampinginya di usia saat ini. Yang mau saya sharingkan, dalam kondisi itu
sempat terpikir untuk mengambil "cuti" sejenak untuk pengabdian ke
masyarakat. Insyaa Allah jika misal Allah ijinkan, mungkin suatu saat saya akan
kembali terjun ke masyarakat. Jadi judulnya ini antara amanah keluarga dan masyarakat.
Afwan jika kepanjangan hehehe. Bagaimana menurut Abah? Jazaakallah khoir
Jawab: Fokus dirumah. Titik
Tanya: Tanya lagi ngeh bah, ini yang membuat saya bimbang juga abah, fokus
dirumah atau kembali bekerja. Suami dan orangtua mengijinkan kembali bekerja
abah, karena profesi saya bidan. Apakah ada syarat syar'i seorang wanita
berkerja diluar bah?
Jawab: Buka dirumah
Tanya: Satu lagi ustadz, minta tips biar qonaah.
Jawab: Bersyukur. Ingat Mati. Dunia ga dibawa mati
*CLOSING
Dia: Apa yang lebih patah dari mencintai sendirian?
Saya: Tak ada yang patah dari mencintai sendiri. Cinta
yang sendiri adalah sungai yang menuju laut. Tak pernah meminta airnya kembali,
tak memohon untuk airnya jadi tawar lagi. Sungai ikhlas berserah. Sungai
mengalir tak pernah nyerah. Jatuh cinta lebih dari sekedar pelukan dan ciuman.
Cinta tumbuh menumbuh. Hidup menghidupi
Dia: Lantas bagaimana agar aku selamat dari kepatahan?
Saya: Sesuatu yang tak sanggup kau tahan akan
merobohkanmu, sesuatu yang kau lepas akan diganti.
Dia: Jadi, agar tidak sekarat, jalan keluarnya hanya
mengikhlaskan? Bagaimana bisa aku mengikhlaskan sesuatu yang nyata bukan
milikku?
Saya: Ikhlas bukan batu. Tapi biji yang harus ditanam
dan diberi waktu tumbuh. Sementara ikhlas tumbuh besar dan merindang sibuklah
melangkah, meringankan tangan, bahwa memberikan kebaikan adalah jalan paling
dekat kepada lupa.
Dia: Lalu bagaimana aku bisa menyibukkan diriku sedang
dia adalah kesibukanku?. Bagaimana kutanam ikhlas dan sabar sedang tanahnya
berasal dari kulit-kulit dirinya? Bagaimana ikhlas tumbuh besar sedang ruh-nya
ada dalam setiap tunas keikhlasan itu?
Saya: Saya pikir kamu cukup pintar untuk tau. Bahwa
angin tak bisa ditangkap pakai jaring. Berhentilah jadi penat untuk suatu yang
sia-sia. Atau kamu memang mencintai rasa sakit. Melebihi cintamu kepada
senyummu sendiri.
Dia: Aku mencintai rasa amarah yang ditempa api-api di
kepala. Sebab itu Tuhan membentukku melalui batu; pada akhirnya jatuh cinta
kepada dera-dera air, yang menghilangkan aku. Perlahan.
Saya: Semoga bahagia.
=================
Kita
tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب
إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment