Rekap Kajian Online HA Ummi G-6
Hari/ Tgl : Senin 12 Maret 2018
Materi: Menjemput Rizki dengan bekerja
NaraSumber: Ustadz Asyari
Waktu Kajian: bada Maghrib
Editor : Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
MENJEMPUT RISKI DENGAN BEKERJA
Penghargaan tersebut tertuang dalam
beberapa riwayat hadits berikut ini.
Akan Diampuni Dosanya Oleh Allah SWT.
Ibnu Abbas ra berkata, Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang merasakan keletihan pada sore
hari, karena pekerjaan yang dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia dapatkan
dosanya diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut.” (HR. Imam Tabrani,
dalam Al-Mu’jam Al-Ausath VII/ 289)
Dihapuskan Dosa Tertentu
Beberapa dosa tertentu juga akan
dihapuskan dimana beberapa dosa itu tidak bisa dihapuskan dengan melaksanakan
shalat, puasa dan juga shadaqah.
Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, ‘Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang
tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa, haji dan juga umrah.” Sahabat
bertanya, “Apa yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab,
“Semangat dalam mencari rizki”. (HR. Thabrani, dalam Al-Mu’jam Al-Ausath I/38)
Mendapat Cinta Allah SWT
Ibnu Umar ra bersabda, ‘Sesungguhnya Allah
SWT mencintai seorang mu’min yang bekerja dengan giat”. (HR. Imam Tabrani,
dalam Al-Mu’jam Al-Aushth VII/380)
Lebih Baik Dari Meminta-Minta
Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah
Saw bersabda, “Sungguh, seandainya salah seorang di antara kalian mencari kayu
bakar dan memikul ikatan kayu itu, maka itu lebih baik, daripada ia
meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya ataupun tidak.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Meraih Sisi Allah Dengan Taat
Abu Zar dan Al-Hakim, “Sesungguhnya Ruhul
Qudus membisikkan bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna
rezekinya. Karena itulah kamu harus bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata
pencaharianmu. Jika datangnya rezeki itu terlambat maka jangan memburunya
dengan bermaksiat karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan
taat pada-Nya.”
Makan Dari Hasil Sendiri
Hadits riwayat Bukhari, “Tidak ada
seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil
usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan
makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)
Serupa Dengan Mujahid di Jalan Allah
Hadits riwayat Ahmad, “Sesungguhnya Allah
menyukai hamba yang bekerja dan terampil. Siapa yang bersusah payah mencari
nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah.
MUSLIMDAILY.NET – Dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja yang dilakukan oleh
setiap insan, diperlukan adab dan etika yang membingkainya, sehingga
nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang sia-sia.
Diantara adab dan etika bekerja dalam
Islam adalah:
1. Bekerja dengan ikhlas karena Allah
Shubhanahu Wata’ala
Ini merupakan hal dan landasan terpenting bagi seorang yang bekerja.
Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah. Ia sadar, bahwa
bekerja adalah kewajiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Ia
faham bahwa memberikan nafkah kepada diri dan keluarga adalah kewajiban dari
Allah. Ia pun mengetahui, bahwa hanya dengan bekerjalah ia dapat menunaikan
kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya, seperti zakat, infak dan shodaqah.
Sehingga ia selalu memulai aktivitas pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah.
2. Itqon, tekun dan sungguh-sungguh dalam
bekerja
Implementasi dari keikhlasan dalam bekerja adalah itqon (profesional)
dalam pekerjaannya. Ia sadar bahwa kehadiran tepat pada waktunya, menyelesaikan
apa yang sudah menjadi kewajibannya secara tuntas. Dalam sebuah hadits, riwayat
Aisyah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang
hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (baca; menyempurnakan) dalam pekerjaannya.”
(HR. Thabrani).
3. Jujur dan amanah
Etika lain dari bekerja dalam Islam adalah jujur dan amanah. Karena pada
hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik secara
duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah
yang akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya. Dalam
hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri ra, beliau berkata bahwa
Rasulullah bersabda, “Pedagang yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama
para nabi, shiddiqin dan syuhada’.
4. Menjaga etika sebagai seorang muslim
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seorang muslim,
seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum,
berhadapan dengan customer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini
merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mukmin. Dalam sebuah hadits Rasulullah
mengatakan, “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang
paling baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi).
5. Tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar
prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar
prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal, Pertama dari sisi dzat
atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi barang yang haram,
menyebarluaskan kefasadan. Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait
langsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara
laki-laki dengan perempuan, membuat fitnah dalam persaingan dsb.
Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain mengakibatkan dosa dan
menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan pahala amal shaleh kita
dalam bekerja. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada
Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal
perbuatan/ pekerjaan kalian.” (QS. 47 : 33).
6. Menghindari syubhat
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau
sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Oleh
karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah
hadits Rasulullah bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara
keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus
dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan.” (HR.
Muslim)
7. Menjaga ukhuwah Islamiyah.
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah
islamiyah antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha
melahirkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah sendiri
mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah
Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, “Dan janganlah kalian
menjual barang yang sudah dijual kepada saudara kalian” (HR. Muslim).
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA-JAWAB
Tanya: afwan ijin bertanya ustadz, bagaimana cara memanajemen hati bahwa
bekerja itu harus tapi rezeki Allah yang mengatur, karena jika terlanjur giat
umumnya sifat manusia yg terlalu giat bekerja nya keluar ustadz, sampai lupa
waktu.
Jawab: Wassalam Harus yakin bahwa riski adalah anugerah dari allah firman Allah SWT:
أَمَّنْ هَٰذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ
رِزْقَهُ ۚ
“Siapakah yang dapat memberi kamu rezeki
jika Allah menahan rezeki” (Surah Al-Mulk, ayat)
Tanya: Ijin bertanya ustadz, di medsos itu banyak beredar tulisan semisal: “istri
boros, rezeki suami malah melimpah, karena istri bahagia, doapun mengalir untuk
suami”, Bagaimana menurut pandangan Islam tentang hal ini, ustadz?
Jawab: Saya kira salah dalam menjelaskan atau tidak sempurna, Bila istri
mensyukuri atas kerja suami dan mendokan serta membelanjakan sesuai dengan
syari maka Allah akan menambah rizki itu dengan melimpah
Tanya: Tanya lagi, ustadz, Maksud dari hadist ini apa ya, ustadz: "Dan
janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada saudara kalian" Afwan,
ustadz.
Jawab: Maksudnya kita tiak boleh menjual barang yang sudah menjadi hak milik
orang lain karena kita sudah jual padanya. maksudnya saat sudah menjual pada
seseorang walaupun belum bayar tidak boleh ita menjual ke yang lain .
Tanya: Izin bertanya ustadz. Bagaimana pandangan ustadz mengenai istri yang
bekerja di luar rumah?
Jawab: wanita bekerja di luar rumah seizin suami, dan sesuai fitrah wanita
boleh.
Tanya: Ustadz mau tanya agak jauh dr materi. Kalo seorang istri sering minta
cerai tapi suami ndak mau menceraikan, dan akhirnya istri minta pisah ranjang
dan suami menyetujui, hukumnya dalam islam apa?
Jawab: Wanita minta cerai tergantung pada akar masalahnya, apa alasannya, kalau
alasan tidak syari misal hanya karena rizki yang kurang tidak boleh, tapi bila
karena murtad atau sekurangnyayang ada di siqot taklik boleh.
Tanya: Assalamu'alaykum ustadz mau nanya, bila istri bekerja, terus secara
bersamaan kegiatannya kebentur ama pekerjaan dirumah yang merupakan kewajiban
si istri. Apa mesti duluin kewajiban memgurus rumah tangga tadi atau
pekerjaannya?
Jawab: Wassalam Wanita bekerja harus di
sesuaikan dan di diskusikan dengan suami agar tidak tidak ada hak suami yang
kurang, musyawarah dengan baik solusinya.
Tanya: Kalau pisah ranjang nya ustadz?
Jawab: Pisah ranjang itu adalah hukuman suami terhadap istri dan ada batas
waktu, istri harus memenuhi kewajiabnnya. jadi tidak boleh karena hak suami
biologis tidak terpenuhi
Tanya: siqod taklik itu apa Ustadz?
Jawab: siqot taklik yang ada di buku nikah dan di bacakan saat selesai aqad
Tanya: izin bertanya ustadz, jika istri bekerja, penghasilannya ada milik
istri, bagaimana bila suami ingin tahu untuk apa saja, sedangkan uang belanja yang
di beri suami terkadang kurang buat memenuhi kebutuhan. Apakah boleh suami
meminta bantuan istrinya? tapi istri memilih untuk memenuhi kebutuhan pribadi
saja dengan penghasilannya, dengan alasan suami wajib memenuhi kebutuhan rumah
tangga?
Jawab: Memang benar wanita bekerja hasil milik istri, tapi bila membantu untuk
kebutuhan karena penghasilan suami belum cukup adalah sedekah dan pahala yang
besar bagi istri.
Tanya: Ustadz, haramkah mencari penghasilan dengan menjual barang beli 500 ribu
dijual 700 ribu, sedangkan bayarnya 5x 5 bulan, tidak seperti kredit cuma hanya
membantu meringankannya.
Jawab: Boleh halal
Tanya: Yang dinamakan haram kalau ambil untung banyak ya ustadz?
Jawab: Prinsipnya saling ridho boleh
Tanya: Berarti kredit itu boleh ya ustadz, karena kepepet orangnya, jadi mau tidak
mau ridho.
Jawab: Kredit syariah boleh
Tanya: Ustadz, bagaimana yang harus dilakukan istri bila suami punya hutang
pada saudaranya, sebenarnya istri punya uang untuk membayar tapi istri males
bayar utang suami karna sebelumnya suami perhitungan sama istri dan penghasilan
suami selama menikah istri tiak pernah dikasih tau.
Jawab: Afwan jadi sudah cerai ya? Kalau belum cerai sebaiknya dibantu bayar
biar selesai
Tanya: Tanya lagi, bagaimana caranya kasih tahu suami supaya mau bekerja
dengan giat dan tidak malas-malasan? Malas dalam arti selalu memilih-milih
pekerjaan.
Jawab: Tugas istri menasehati suami jangan bosen dan kita doakan
Tanya: Ustadz nanya lagi, bolehkan kita sebagai pembeli protes pada penjual
bila barang yang kita beli di campur dengan barang yang kualitas jelek, bagaimana
jika penjualnya tidak menerima hal yang salah kita katakan salah?
Jawab: Bila kita mau beli dan barang di campur kita oleh tanya kenapa. Bila
tidak syar'i jangan dibeli.
Tanya: Bismillaah, ustadz mau tanya, bagaimana bila kita tak mau bekerja untuk
beberapa lama, karena untuk jangka waktu itu ada/ cukuplah untuk biaya hidup. Karena
ingin belajar agama dulu, apakah itu tercela/ termasuk bermalas-malasan?
Jawab: Kalau niatnya untuk mendalami Islam misal di pesantren untuk hafidz,
boleh , namun kalau sudah berkeluarga harus pertimbangan dengan suami.
=========================
Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment