Home » , , » LAPANG DADA

LAPANG DADA

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, November 30, 2018


Hasil gambar untuk lapang dada
Kajian Online HA Ummi G1 – G6 & Nanda
Hari/Tgl: Rabu, 21 November 2018
Tema: LAPANG DADA
Nara Sumber: Ustadzah Lien, Bunda Malik, Ustadzah Enung, Ustadzah Riyanti, Ustadzah Tribuwhana, Ustadzah Lillah, Ustadzah Rini
=====================




وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ .. النور: 22

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan ke lapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya). Orang-orang yang miskin, dan orang-orang yang berhijrah pada di jalan Allah SWT, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nur: 22).

Kesempurnaan sikap memaafkan adalah bila dibarengi dengan perasaan lapang dada, yang menganggap seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Kalau kita perhatikan ayat-ayat suci Al Quran, maka seorang Muslim diperintahkan untuk memaafkan dengan dibarengi lapang dada.

فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ [المائدة: 13]
maka maafkanlah mereka dan lapangkanlah dada, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Maidah: 13).

Ayat yang mulia ini memberi beberapa pelajaran. Diantaranya, sikap memaafkan yang dibarengi dengan perasaan lapang dada yang merupakan sifat seorang Muhsin. Seorang Muhsin keutamaannya adalah dicintai Allah Ta’ala. Dan, keutamaan orang yang dicintai Allah Ta’ala adalah masuk ke dalam Surga-Nya.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضى الله عنه قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ».

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, “Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?” Beliau menjawab, “Apa yang telah kamu siapkan untuk hari kiamat?” Lelaki itu menjawab, “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maka sungguh kamu akan bersama yang kamu cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
Dan tidaklah Allah menambah seorang hamba dengan kemudahan untuk memaafkan kecuali Allah akan memberinya izzah (kemuliaan). [HR Muslim no. 6535].

Kebajikan itu sebaik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan sebaik rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya. Mereka akan merasakan “buah”nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang, tenteram dan damai.

Akhwatifillah yang di muliakan Allah,

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Ada kah di atara kita yang tersayat atau terluka ?

Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti. Kita tak pernah berhenti karena menderita oleh keadaan seperti itu. Di jalan ini, “rasa sakit telah menjadi kenikmatan, pengorbanan menjadi indah dan jiwa menjadi tidah berharga,“ Kata-kata itu yang pernah diucapkan oleh seorang pejuang Palestina terkenal yang telah gugur, Mahmud Abu Hanud.

Inilah perjalanan yang akan kita pilih untuk kita lalui bersama menuju keridhaan-Nya. Tujuan yang kita tetapkan dalam kebersamaan terbukti telah menjadikan kita lebih kuat, tabah, kokoh, menghadapi rintangan apapun juga.

Dalam perjalanan panjang seperti ini, kita memerlukan satu bekal, yaitu sikap lapang dada, nafas panjang dan mudah memaafkan. Seperti orang-orang shalih dahulu, yang tak peduli dengan suasana getir yang mereka terima dalam menjalankan ketaatan. Seperti para pejuang yang tak pernah tersengal sengal oleh kejaran musuh-musuhnya di jalan Allah. Seperti Rasulullah saw yang tak merasa tertekan dengan penghinaan atau cacian orang-orang sekitarnya, dalam menjalani misi kenabiannya.

Sungguh luar biasa sikap orang-orang shalih dalam memandang dan mengukur penghinaan orang lain terhadap dirinya.

Ibrahim An Nakh'i suatu hari berjalan bersama sahabatnya, seorang buta. Setelah beberapa lama menyusuri jalan, orang buta itu mengatakan, "Ya Ibrahim, orang-orang yang melihat kita mengatakan, "itu orang buta dan orang pincang.. Itu orang buta dan orang pincang, " Ibrahim dengan tenang mengatakan, "kenapa engkau begitu terbebani memikirkannya?  Jika mereka berdosa karena menghina kita sedangkan kita mendapat pahala, lalu kenapa? ".

Fudhail bin iyadh, tokoh ulama yang terkenal ketakwaannya di zaman generasi Tabi'in bercerita bahwa suatu ketika, saat berada di Masjidil Haram, ia didatangi seseorang yang menangis, Fudhail bertanya, "kenapa engkau menangis? " Orang itu menjawab, "Aku kehilangan beberapa dinar dan aku tahu ternyata uangku dicuri," Fudhail mengatakan, "Apakah engkau menangis hanya karena dinar?" Sungguh mengejutkan jawaban orang itu. Ia menjawab, "Tidak, aku menangis karena aku tahu bahwa kelak aku akan berada dihadapan Allah, dengan pencuri itu. Aku kasihan dengan pencuri itu, itulah yang menyebabkan aku menangis..."

Banyak sekali kisah-kisah kelapangan dada dan kemudahan memaafkan yang dicatat dari perjalanan hidup para salafusholih.

Misalnya saja, ketika Rabi’in bin Khaitsam kuda nya dicuri, tapi Fudhail malah memberi uang dua puluhribu dinar kepada Rabi’. Ia lalu mengatakan “Berdoa’alah kepada Allah untuk pencuri itu. “Rabi kemudian berdoa “Ya Allah jika ia orang kaya maka ampunilah dosanya, dan jika ia orang miskin maka jadikanlah ia orang kaya”.

Mereka yang di rahmati Allah itu, menyikapi berbagai persoalan dengan lapang dada. Mungkin saja mereka berduka, bersedih, kecewa atau barangkali tersulut sedikit kemarahannya. Tetapi mereka berhasil menguasai hatinya kembali. Hati mereka tetap ridha, mata mereka tetap teduh, ketenangan mereka sama sekali tidak terusik. Betapa indahnya.

Kisah-kisah itu harusnya membuat kita mengerti bahwa, jika kita tidak lapang dada dan tidak mudah bersabar, kita pasti akan menjadi orang yang paling menderita di dunia. Sebab penderitaan terbesar adalah jiwa yang cepat goyah dan bimbang saat menghadapi sesuatu yang sebenarnya remeh. Penderitaan paling berbahaya adalah ketika tujuan hidup kita yang demikian agung, terbentur oleh keadaan hidup yang sesungguhnya sepele.

Jika itu terjadi, takkan ada amal-amal besar yang bisa dilakukan. Lantaran amal-amal besar itu, hanya lahir dari jiwa yang tenang, hati yang lapang, penuh ridha dan pikiran yang jernih.

Syaikh Mustafa Masyhur mensyaratkan sifat “Nafasum Thawiil” atau nafas panjang yang harus ada dalam diri para pejuang islam. Baginya jalan perjuangan yang terjal dan panjang tak mungkin bisa dilewati oleh orang-orang yang ber “nafas Pendek” alias mudah goyah dan tidak sabar.

Apa rahasia lapang dada yang dimiliki para salafushalih itu ? kenapa mereka tetap memiliki bashiroh yang terang dalam menghadapi persoalan hidup ? salah satu nya adalah karena wawasan ilmu mereka luas. Orang yang sempit wawasan adalah orang yang takut dengan perkara-perkara kecil, sangat takut dengan peristiwa yang remeh dan mudah marah dengan kata-kata yang tidak berkenan di hatinya.

Seseorang bahkan bisa sampai terbakar puncak kemarahannya disebabkan peristiwa yang sebenarnya bisa dilewati dengan memejamkan mata. Bahkan bisa dilewati dengan senyum bila dibarengi dengan sedikit berfikir lapang dada.

Itulah yang dikatakan oleh Ar Rafi'i dalam Wahyul Qalam," jika engkau menghadapi dunia dengan jiwa lapang, engkau akan memperoleh banyak kegembiraan yang semakin lama semakin bertambah, semakin luas, duka yang makin mengecil dan menyempit. Engkau harus tahu bahwa bila duniamu terasa sempit, sebenarnya jiwamulah yang sempit, bukan dunianya.

Saudara ku,

Dalam perjalanan, Kita bisa seperti mereka. Jika kita tahu dan sadar, ada sasaran besar dan tujuan maha agung yang akan kita capai bersama di ujung jalan ini. Ada yang maha penting dari peristiwa-peristiwa apapun di jalan ini. Ada yang maha mulia dari kejadian-kejadian apapun di jalan ini.

Kelapangan hati akan berbanding lurus dengan cahaya keimanan
Cahaya keimanan adalah pemberian Allah SWT kepada hamba yang mendekat kepada-Nya.

Cahaya keimanan ini lah yang dapat melapangkan, melegakan, membahagiakan hati.

Bila cahaya ini hilang dari hati kita maka...
Hati kita akan terasa sesak dan berat
Hati kita seperti berada dalam penjara yang sempit dan sulit.
Hati kita akan terkekang
Hati kita akan selalu rapuh
Hati kita akan mudah terlena
Hati kita akan selalu memandang negatif

Mendekatlah kepada Allah
Dengan dzikir dan wawasan keilmuan yang luas
Jemput cinta Nya

Saudara ku,

Tak ada aral apapun dijalan ini, karena kita sedang berjuang menuju Allah SWT...

Wallahu a'alam bisshowwab


=======
TANYA JAWAB


TJ – G1 (U Lien/Yeni)

T: Ijin bertanya ustadzah. Batasan lapang dada itu seperti apa ya, kalau misalnya kita ucapkan didepan yang bersangkutan sama kita, “kita ikhlas deh” gitu. Tapi dibelakang kita masih ngomongin. Apakah itu berarti kita belum lapang dada? Jika kasusnya seperti pembagian warisan, saya sudah ungkapkan, keinginan saya harus sesuai syariat, tapi 4 saudara saya tetap kekeh sesuai pesan orangtua saja, (dengan ditemukannya secarik surat ibu kami). Bagaimana ya ustadzah, padahal kita jalani hukum waris itu kan tidak setiap hari seperti sholat, apakah ini ujian keimanan kami?
J: Bismillah. Belum mbak. Iya ujian keimanan mbak, jka memang mbak tidak dapat sesuai hak dalam syariat, maka bersabarlah itu lebih baik. Jangan sampai masalah warisan silaturrahmi putus. Allah akan ganti jika mbak terdzalimi. Jika memang bisa dperjuangkan tafadhol krn itu hak. Asal tidak merusak tali silaturrahmi
Saat kita mau baik, sabar jangan dikira syetan takut, ini peluang besar bagi syetan apalagi sampai berhasil memutuskan hubungan, sorak soray gembira

T: Kalau sekiranya kita sekarang pasrah, terus anak-anak saya kasih tahu, bahwa masih ada hak warisan di rumah yang itu, dan itu, apakah ini termasuk belum lapang dada ya ustadzah?
J: Kira-kira anak-anak tahu untuk apa mbak? Apa yang hilang saat ini di dunia akan Allah ganti, jika tidak di dunia in syaa Allah di akherat. Jika ada keluarga yang tidak menunaikan hak saudaranya, maka Allah tidak diam, Allah akan balaskan nanti, bisa jadi di dunia, akan lebih perih di akherat. Memakan hak saudaranya tidak bisa mencium bau syurga.

T: Afwan ijin bertanya ustadzah, bagaimana batasan lapang dada saat selalu terdzolimi? Sekali dua kali masih bisa Ridha, tapi lama-lama muncul juga rasa.
J: Tidak ada batas mbak, namun doa mampu menguatkan lapang dada. Jika saat mampu membalas kita bisa lebih lapang dada maka itu lebih baik.


*******
TJ – G2 (Bunda Malik)

T: Apakah termasuk berlapang dada ketika kita memaafkan seorang yang berkuasa dan berbuat dzalim sekehendaknya?
J: Jika kau melihat kemungkaran ubahlah ia sesuai sekemampuanmu, bukan berlapang dada jika membiarkan suatu kemungkaran. Wallahu alam.

T: Bunda, kalau kita kurang lapang dada, itu semua karena kurang ilmu dan wawasan, malunya diri ini yang masih kurang ilmu. Tapi tetap saja hati yang tergores karena lisan yang tajam, walau tujuannya menegur demi kebaikan. Bagaimana bersikap dengan orang-orang yang lisannya tajam bunda?
J: Memaafkan lebih utama, bersabar dan doakan, jika mampu menasihati sampaikan jika tak mampu minta bantuan orang lain. Wallahu alam.

T: Apakah benar, mempunyai sikap memaafkan kesalahan orang lain, tapi berprinsip tak akan melupakan? Afwan
J: Sayang ku, memaafkan dan bersabar selayaknya tanpa ada kata tapi, ikhlaskan semua karena Allah saja, cukup bagimu memaafkan selebihnya biarkan Allah yang mejadikannya indah. Wallahu alam.

T: Apakah benar kita tidak boleh sakit hati dengan perlakuan buruk orang lain bunda?
J: Memaafkan dan mengikhlaskan lebih utama karena ia menjadikan mu mulia.

T: Afwan ustadzah. Kalau kita seringkali memaafkan kesalahan orang tersebut, tapi jangka sekian minggu mengulang lagi. Padahal dengan kesalahan yang sudah kita lupa, ternyata mengulangi kesalahannya dengan kesalahan yang sama, apakah kita harus berdiam diri terus? Sementara dalam hati kita kesel, walau kita berusaha untuk sabar dan selalu memaafkan, tetapi kesel dengan ketidak pekaannya itu. Apakah bunda salah kalau diam diri dengan hati kesal? Wajarkah atau membuat bunda jadi berdosa ustadzah? Jazakillah khair ustadzah.
J: Tausiyahi saudaramu dengan penuh kasih dan sayang juga tetap tampakkan kesantunan, memaafkan dan berlapang dada berproses dengan menyikapi permasalahan dengan sebaik-baik penyikapan.

T: Materinya bagus, berat tapi. Bagaimana supaya bisa mencapai level semulia itu?
J: Tentunya takpun ia hadir dengan sendirinya, bersabar dengan prosesnya, kuatkan pemahaman keIslamanmu terus perbaiki diri, selalu bersama komunitas kebaikan perkuat hubunganmu dengan Allah, belajar untuk selalu ikhlas terus meminta kepadaNya. Wallahu alam


*******
TJ – G3 (U Enung)

T: Ijin bertanya ustadzah. Terkadang saat menghadapi orang yang sedang marah membuat kita sempat terpancing marah juga. Kalau kita tidak ingin terpancing marah juga, saya tinggal pergi begitu saja, malah tambah marah orangnya ustdazah. Sebaiknya apa yang harus dilakukan ya?
J: Betul, bila kita berlalu begitu saja, orang marah akan tambah marah karena merasa tak dihargai. Yang harus kita lakukan bila sedang berhadapan dengan orang marah, tarik nafas, perbanyak istighfar, jaga hati, emosi dan pikiran tetap dingin. Tahan emosi dengan berusaha tersenyum, kalau tak bisa, paksakan saja tersenyum, yang utama emosi kita tetap terkendali. Terkadang orang marah itu hanya perlu tempat untuk mengeluarkan marahnya, kita dengarkan saja sampai selesai, setelah selesai baru kita sapa dan bantu redakan. Niscaya ia akan menyadari kekeliruannya. Mari kita terus belajar dan berlatih agar emosi dan pikiran kita tetap terkendali dalam kondisi apapun, agar kita bisa terlatih untuk tak gampang emosi dan panik. Wallahu'alam.

T: Izin bertanya ustadzah. Jika seseorang berbuat kesalahan pada kita kemudian sudah minta maaf, dan kita memaafkan. Tapi kita sulit untuk melupakan perbuatan orang tersebut. Kenapa sulit sekali melupakannya, apa karena kita belum lapang dada atau tidak ikhlas memaafkan? Bagaimana caranya supaya kita selalu lapang dada dalam segala hal ustadzah?
J: Memaafkan memang mudah ya, melupakan kesalahan itu yang tidak mudah. Mari kita coba posisikan diri kita berada dipihak yang salah, pasti kita ingin orang yang tersakiti betul-betul memaafkan kesalahan kita. Ikhlaskan dan kembalikan semuanya pada Allah, semua peristiwa yang terjadi dan menimpa kita, selalu ada hikmah yang bisa diambil, mungkin Allah menguji dengan rasa sakit/kekecewaan, karena Allah ingin mendidik dan melatih kita, agar kita menjadi orang yang mudah memaafkan dan mudah berlapang dada. Tarik nafas, dan lupakan kesalahan orang lain, isilah hati kita dengan hal-hal positif termasuk dengan banyak mengingat kebaikan orang lain. Moga rasa sakit yang kita ikhlaskan dicatat sebagai amal sholeh untuk kita. Aaamiin.

T: Izin bertanya ustadzah, bila kita berbuat salah, sudah minta maaf namun orang yang dimintai maaf masih sakit hati dan belum memaafkan apa yang harus kita lakukan ya ustadzah? Sedangkan komunikasi sudah lama terputus.
J: Yang utama kita sudah meminta maaf, dimaafkan atau tidak itu bukan kewenangan kita. Kita bantu dengan memperbanyak do'a, moga Allah berikan semua kebaikan dunia dan akhirat untuk beliau, terus do'akan, moga pula Allah melembutkan hati kita semua, agar kita termasuk orang-orang yamg yang mudah memaafkan. Aaamiin.

T: Ijin bertanya ustadzah. Kalau kita sudah memaafkan seseorang, tapi kita menghindarinya, bolehkah? Karena takut ada konflik lagi ustadzah. Apakah termasuk tidak lapang dada juga? Mohon penjelasannya.
J: Sebaiknya jangan. Mari kita belajar hikmah dari konflik, kita semua sedang berproses untuk menjadi lebih dewasa, lebih bijak dan lebih baik, dan semua itu akan teruji ketika kita bersama-sama orang lain.

T: Izin bertanya lagi ustadzah. Bagaimana tipsnya supaya kita bisa berlapang dada ustadzah? Kadang teorinya mudah tapi prakteknya sulit.
J: lapang dada? silahkan dibuka 3 ayat terakhir surat An-nahl, dalam ayat itu disebutkan, sebenarnya boleh-boleh saja kita membalas kedholiman dengan kedholiman, tapi bila kita mau memaafkan, itu jauh lebih baik, dan
menjadi orang baik itu memang akan akrab dengan sedih, kecewa atau sakit hati. Tapi tak apa, tetaplah pilih menjadi orang baik, karena orang baik itu bersama Allah.

T: Mengapa lebih sulit berlapang dada dengan orang yang kita kenal, misalnya suami, ipar, atau saudara dibandingkan dengan orang lain yang sekedar teman biasa, apakah kita merasa ada pamrih dari orang yang lebih tersebut?
J: Biasanya pada orang dekat kita lebih sayang, jadi bila kecewa atau sakit hati terasa lebih sakit, disakiti orang dekat itu sesuatu. Tapi tak apa, insya Allah rasa sayang yang kita miliki akan membuat kita lebih mudah untuk memaafkan.


*******
TJ – G4 (U Riyanti)

T: Ustadzah ijin bertanya, bagaimana kalau seseorang sudah memaafkan kesalahan orang lain tapi belum bisa melupakan kesalahan orang tersebut, itu sudah berlapang dada belum ya ustadzah?
J: Memaafkan itu tidak harus melupakan bunda. Tapi parameternya adalah jika kita mengingat kesalahan orang lain hati dan perasaan kita sudah tidak clekat clekit, sudah datar, maka disebut lapang dada.

T: Ustadzah, bagaimana cara agar menjadi lapang dada?
J: Diingat saja bunda. Kita ini hamba dari Zat Yang Maha Pemaaf, Maha Pengampun. Istilah Allah itu Khalik, kita Makhluk. Yang diciptakan harus menyesuaikan menyelaraskan dengan sang Pencipta. Jika Allah Maha Pengampun maka kita hamba yang pemaaf.

T: Terkadang kita sudah menerima (lapang dada) perlakuan mereka sama kita, kita diam tidak menanggapi, tapi dengan begitu malah membuat mereka seakan-akan tidak merasa bersalah ya bunda. Bagaimana menghadapinya ya?
J: Allah itu tidak tidur bunda. Jika bukan karena kita, Allah akan ingatkan dia melalui cara-Nya yang kita tidak tahu. Memberi hidayah dengan skenario Allah sendiri

T: Sabar dan sabar ya ustadzah?
J: Betul, walaupun memang ada saat kesombongan di balas dengan kesombongan yang lebih sombong.

T: Memaafkan dan menganggap masalah selesai sudah pernah saya lakukan, tapi yang membuat kecewa adalah ketika orang yang menyakiti itu mengulangi kesalahan yang sama, seolah mengorek luka lama yang belum kering. Mohon motivasinya ustadzah .
J: Ya Allah hadirkan seseorang untuk menguji ketahanan diri kita. Pribadi yang bertumbuh itu terjadi saat kita mampu melewati ujian-ujian di titik terlemah diri kita. Nikmati saja bunda rasa sakitnya. Sambil perbanyak istighfar.


*******
TJ – G5 (U Tribuwhana)

T: Izin bertanya ustadzah. Apakah Memaafkan atas sebuah kezhaliman yang kita terima, akan lebih baik daripada mendendam, tapi bagaimana di saat kita sudah memaafkan, tapi hati kita suka kurang ikhlas, mohon pencerahannya ustadzah.
J: Kadang-kadang kita sudah memaafkan tapi sulit melupakan, dan ini wajar banget sebagai manusia biasa. Rasulullah saja meski Wahsyi sudah masuk Islam tapi Rasulullah enggan melihat wajah Wahsyi, karena ingat perbuatan Wahsyi waktu masih kafir yang menombak Paman Rasulullah. Jadi lebih baik menyibukkan diri dengan hal-hal yang lain yang bisa melupakan kita dengan sakit hati kita, sehingga kita jadi ikhlas menjalani kehidupan ini.

T: Bagaimana caranya agar bisa benar-benar lapang dada?
J: Latihan tiap hari.

T: Ustadzah mau nanya. Bagaimana menyikapi jika sesorang terus berbicara buruk tentang kita atau fitnah, udah berusaha lapang dada tapi kadang suka kesel juga.
J: Kesel itu datangnya dari nafsu yang suka tidak terkendali, segera beristighfar dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif saja.

T: Bagaimana bersikap terhadap orang yang ternyata kita ketahui sudah melakukan kedzaliman dengan cara mendukuni kita sehingga sakit, lalu tidak berhasil di lanjutkan dengan fitnah, sudah berusaha menjauhi tapi orang itu terus-terus mendekat seperti mencari gara-gara.
J: Jika bisa menjauh lebih baik menjauh, jika tidak jangan berteman dekat dengan orang seperti itu. Cari teman yang lain saja.

T: Dia mendekati terus bunda, kareana pekerjaan, tapi dihindari datang terus. Ada doa khusus tidak ustadzah buat orang ini menjauh?
J: Tidak ada, bunda berdoa sesuai bahasa bunda saja, Allah Maha Tahu.

T: Orangnya iri, apa saja yang saya kerjakan di ikuti, bisnis atau apapun.
J: Biarkan saja bunda, rejeki sudah ada yang mengatur, bunda tetap fokus saja dengan apa yang bunda kerjakan sekarang. Iri tanda tak mampu.

T: Tanya ustadzah, apa ada doa untuk melapangkan hati ketika mendapatkan kedzaliman dari orang lain?
J: Robbisy rohlii shodri wa yassyirlii amrii wahlul uqdatammillisaanii yafqohuu qoulii
Artinya: "Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku." (Qs. Thaaha 20: 25 – 28)

T: Tanya ustadzah, bagaimana solusinya jika ada yg memanfaatkan kebaikan kita, misal sudah di tolong, waktu enak, dia menjauh, ketika susah, mencari kita lagi, sudah berusaha sabar, dianya tidak sadar dengan sikap dia yang seenaknya, malah berbuat seolah-olah dia yang jadi korban kedzaliman saat orang yang udah bersabar menolong dia, tidak mau menolong lagi?
J: Yang sudah berlalu biarkan saja bunda. Jika bisa menjauh saja darinya. Lupakan keburukannya dan ingat kebaikannya saja agar tidak sakit hati.


*******
TJ – G6 (U Lillah)

T: Assalamualaikum ustadzah. Ijin bertanya. Apakah bashiroh dimiliki oleh orang-orang zaman sekarang?
J: Insyaallah masih. Dan hanya Allah yang berhak memberinya.

T: Bersikap lapang dada bukan main beratnya. Kadang sudah memaafkan namun belum bisa melupakan. Apakah ini belum bisa disebut lapang dada?
J: Bukan main beratnya, kalau mudah, tak perlu Allah sebut hingga 16x di Al Qur'an. Ya minta juga sama Allah agar kita diberi lupa dari hal-hal yang menyakitkan. Hingga yang kita kenang adalah semata kebaikan orang lain.

T: Adakah dzikir untuk melapangkan dada, ustadzah? Jazakillah khoiron
J: Doanya Nabi Musa, Robbisyrohlii shodrii...dst
Doa Nabi Muhammad, Allahumma a'innii 'alaa dzikrika....dst

T: Assalamu'alaikum. Izin bertanya. Memaafkan bukan berarti melupakan. Kalau misal kita sudah memaafkan, tapi kita menjadikan pengalaman kita sebagai contoh untuk orang lain, maaf misal diceritakan ke orang lain. Apakah tidak termasuk lapang dada? Terimakasih.
J: Boleh saja dijadikan pengalaman bagi orang lain, asal yakin tak lagi tersulut emosi saat menceritakannya.

T: Assalamu'alaykum ustadzah, izin bertanya. Apakah dengan kita memaafkan dengan berlapang dada dan mengikhlaskan sesuatu kezhaliman yang terjadi kepada kita yang dilakukan seseorang. Bisa menghilangkan dosa orang tersebut apabila orang juga telah meminta maaf pada kita ustadzah?
J: Insyaallah. Karena dosa yang menyangkut orang lain tak kan terampuni tanpa adanya maaf dari orang yang disakiti.

T: Assalamualaikum ustadzah. Mohon solusinya. Bagaimana menghadapi orang lain yang menurut saya sikapnya kurang baik, jika saya dekat dengannya takut saya menjadi seperti dia. Apakah yang harus saya lakukan? Jazakillah khair.
J: Tidak boleh berburuk sangka kepada diri sendiri. Justru harusnya positif, jika aku dekat orang tersebut dia akan jadi baik.

T: Mau nanya lagi ustadzah, jika kelapangan hati akan berbanding lurus dengan cahaya keimanan. Jika kita belum bisa berlapang dada dengan selapangnya yang kadang dengan unsur keterpaksaan berlapang dada, apa ini juga dikatakan kurang beriman ya ustadzah?
J: Mudah-mudahan sudah sama-sama paham bahwa di Al Qur'an surat Al Hujurat 10, "hanyalah orang2 beriman yang bersaudara....dst. Jadi ukhuwah hanya ada pada diri orang beriman. Sementara berlapang dada adalah level terendah dari ukhuwah. Insyaallah bisa menyimpulkan sendiri, jika lapang dada saja belum mampu, bolehkah kita mengaku beriman?

T: Membaca jawaban ustadzah. Saya tanya, lalu bagaimana kalau misal kita minta. Dia bilang dimaafkan, sampai kadang dibilang belah nih dada, kalau bisa dilihat udah dimaafkan apa belum. Tapi ternyata maafnya dia hanya di mulut saja ustadzah. Malah dia ada niat membalas kita gimana ustadzah? Maaf panjang ya.
J: Lagi-lagi jangan berburuk sangka kecuali memang mendengar sendiri dia berucap seperti itu. Kalau kita sudah meminta maaf, lantas orang tersebut tidak memaafkan kita, ya bukan salah kita. Apalagi sudah terucap, iya memaafkan meski hanya di lisan. Isi hati seseorang, itu urusan Allah


*******
TJ – Nanda (U Rini)

T: Assalamu'alaikum ustadzah saya mau tanya bagaimana cara kita berlapang dada untuk memaafkan seseorang yang sudah melukai hati orang tua, saya selalu berusaha untuk memaafkan tapi kalau ingat katanya kenapa hati ini masih terasa tersayat?!
J: Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Sebelum amal ada ilmu, dengan ilmu kita akan berlatih untuk ikhlas dan lapang dada. Karena segala sesuatu itu berproses, pertajam bashiroh dengan wawasan yang luas, in syaa Allah akan lebih mudah mengikhlaskan kesalahan.
Kedua, dengan mempelajari kisah kisah salafus Sholih seperti yang telah dikemukakan, ini juga akan membantu kita untuk dapat berlapang dada.
Ketiga, segala sesuatu itu berproses, nikmati proses dalam memaafkan dengan senantiasa berdoa agar hati kita dilapangkan, karena Allah lah pembolak balik hati. Ketika ada niat baik untuk memaafkan, in syaa Allah akan dimudahkan dan ditunjukkan jalan terbaiknya
Allahua'lam

T: Saya adalah salah satu orang yang mempunyai kecemasan yang tinggi saat menghadapi tes/ujian. Dalam menghadapi tes CPNS beberapa waktu lalu beberapa hari sebelumnya saya sudah berdoa dan minta pada Allah agar dimudahkan dan diberi ketenangan dalam menjawab soal, tapi saat tes gugup dan kecemasan itu tetap mendominasi diri saya yang berakibat buruk pada hasil tes saya. Padahal persiapan materi sudah lumayan matang. Sampai saat ini saya masih belum sepenuhnya bisa berlapang dada atas kejadian di atas. Menurut ustazah amalan apa yang harus saya lakukan agar bisa segera move on dan lapang dada atas apa yang telah terjadi?
J: Gugup dan cemas adalah bentuk kurangnya keyakinan kita kepada Allah, agar bisa lebih tenang menghadapi ujian apapun, tanamkan keyakinan bahwa Allah senantiasa membersamai hambaNya. Keyakinan dibentuk oleh sejauh mana kedekatan yang kita bangun denganNya.
Allahua'lam

T:  Ijin bertanya ustadzah, memaafkan dan menganggap masalah sudah selesai sudah dilakukan, tapi, yang buat kecewa adalah ketika orang itu mengulangi kesalahan yang sama, seolah mengorek luka lama. Mohon motivasinya ustadzah.
J: Tanda seorang ikhlas memaafkan ibarat noda yang hilang tanpa bekas setelah dicuci. Jika masih berbekas, mungkin mencucinya kurang sempurna.
Ujian memaafkan akan terus diberikan sampai kita lulus dalam ujian tersebut. Karena Allah ingin mengkondisikan diri dan hati kita untuk menjadi pribadi yang pemaaf. Dipaksa agar menjadi terbiasa. Semoga bisa menjadikan kita ahlul Jannah dengan memaafkan dan lapang dada.
Sebagaimana seorang sahabat yang disebut menjadi ahlul Jannah dalam majelis Rasulullah shalallahu alaihi wa salam tiga kali berturut-turut hanya karena setiap berangkat tidur, beliau selalu mendoakan dan memaafkan orang orang yang telah menyakitinya di hari tersebut. Betapa buah dari memaafkan dan lapang dada begitu indah, surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai, yang kenikmatannya tidak akan terusik selama lamanya.
Allahua'lam

T: Tanya ustadzah, bagaimana solusinya jika ada yang memanfaatkan kebaikan kita, misal sudah di tolong tapi waktu enak, dia menjauh, dan ketika susah, mencari kita lagi. Kita sudah berusaha sabar, tapi dianya tidak sadar dengan sikap dia yang seenaknya, bagaimana sikap kita terhadap orang seperti itu ustadzah?
J: Setiap ujian Allah tujukan agar hambaNya semakin mendekat kepadaNya
Jadikan ujian yang kita hadapi sebagai sarana untuk mencari keridhoan Nya
Niatkan menolong saudara kita dengan ikhlas. Bukankah kita menolong/ membantu orang lain untuk mengharapkan Allah yang membalasnya?
Jika masih kesal dan sakit hati atas perlakuan orang yang kita tolong, berarti kita perlu meluruskan kembali niat niat dalam hati kita. In syaa Allah tanaman yang baik akan menghasilkan buah yang manis, begitu pula sebaliknya. Jadi, pilihan ada ditangan kita.



•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!