Rekap
Kajian Online HA Nanda
Narasumber: Ustadz Dodi Abu El Jundi
Tema:
Menuntut Ilmu
Tanggal:
28 September 2018
Jam:
19.30 WIB - Selesai
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📗 Menuntut Ilmu
📱 Kajian On-Line
👤 Dodi Abu El Jundi
📻 Group IRINA, MC, IS,
ODOJ,
📻 Group Hamba اللّهُ,
IDHOL, KUTUB.
بسم الله الرحمن الرحيم
Banyak
sekali cara untuk menuntut ilmu diera sekarang ini, karena begitu besarnya arus
informasi yang datang silih berganti dan tidak pernah kenal lelah datang ke
hadapan kita atau sekeliling dari kita.
Sarana
sarana tersebut bisa melalui TV Channel, Media Sosial, Blackberry, Whatsapp,
Telegram, Line, Wechat dan banyak lagi yang lainnya.
Ilmu
adalah sayyidul ‘amal (penghulunya amal), sehingga tidak ada satu amalan pun
yang dilakukan tanpa didasari dengan ilmu. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah
kaidah yang telah disepakati ummat,
اَلْعِلْمُ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ .
“Ilmu
dahulu sebelum berkata dan berbuat.”
[Lihat
Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Ilmu, Bab Al-‘Ilmu Qablal Qaul wal ‘Amal (I/119)]
Ilmu
juga merupakan makanan pokok bagi jiwa, yang karenanya jiwa akan menjadi hidup
dan jasad akan memiliki adab. Oleh karena itu, Islam mewajibkan ummatnya, baik
laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu. Dan hal ini telah ditegaskan
oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ .
“Menuntut
ilmu wajib bagi setiap Muslim.”
Bagaimana
kita menyikapi fenomena akan hal tersebut....?
1.
Ilmu Agama Itu Didatangi, Bukan Ilmu Yang Mendatangi.
Para
ulama menjelasakan,
العلم يؤتى و لا يأتي
"Al-Ilmu
yu'taa wa laa ya'tii"
"Ilmu
(agama) itu didatangi bukan ilmu yang mendatangi"
Perbedaan
kita sekarang dengan ulama dahulu karenanya dalam berbagai keterbatasan, ilmu
mereka berkah.
Sekarang
tiap hari ilmu, nasehat, kisah-kisah motivasi dalam beragama dan ilmu tentang
keimanan mendatangi kita, melalui teknologi dan medsos (BBM, WA, Facebook,
twitter dll), Akan tetapi hati tetap keras, amal tidak bertambah, hati tidak
semakin ikhlas bahkan semakin sombong.
Karenanya
hadirilah majelis ilmu datangi ilmu agama dan sumbernya. Karena inilah berkah
dalam menuntut ilmu agama dan mencari berkah dari ilmu.
Dalam
hadits,
ﻣَﻦْ ﺳَﻠَﻚَ ﻃَﺮِﻳْﻘﺎً ﻳَﻠْﺘَﻤِﺲُ ﻓِﻴْﻪِ ﻋِﻠْﻤﺎً ﺳَﻬَّﻞَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﻃَﺮِﻳْﻘﺎً
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Barangsiapa
menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka اللّهُ akan mudahkan jalannya menuju surga.” (
HR: Muslim)
Ya,
ilmu itu dicari dan dituntut serta didatangi, bukan mendatangi. Inga inga
inga....!!!!
Kajian
Online seperti ini adalah sebagai PELENGKAP bukan sebagai MENU UTAMA dari
proses pembelajaran terhadap Agama yang Haq ini.
2.
Belajar itu harus bertahap.
Proses
belajar itu terbagi atas 3 tahapan
Tahapan
1 :
Seperti
pendekar yang baru turun gunung, baru dapet ilmunya, langsung babat dan hantam
kromo, ga peduli pokoknya
Tahapan
2 :
Mulai
menjalankan ilmu silatnya untuk pertahanan diri saja, dan menuntut ilmu yang
lebih dalam lagi
Tahapan
3 :
Mulai
mengajarkan Ilmu silatnya ke orang lain (taraf emosi sudah hilang disini, sudah
bisa berfikir dengan bijak dan baik).
Jadi...
Kendalikan diri kita dalam hal ini, bahwa menuntut ilmu itu awalnya untuk diri
kita sendiri bukan untuk menyerang orang lain.
3.
Mengetahui kapasitas otak manusia dalam menerima ilmu.
Di
antara sebab yang membuat seseorang cepat futur dalam belajar adalah sikap
terlalu berlebihan (esktrim). Terlalu menerima banyak sekali ilmu dalam satu
waktu ke dirinya untuk belajar tanpa mengenal waktu, tanpa istirahat badan dan
tidak memperhatikan tubuhnya.
Cobalah
ambil pelajaran dari hadits berikut ini.
Dari
Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah pernah menemui salah seorang
Anshor yang merupakan sahabat Rasulullah ﷺ ia berkata, para sahabat Rasul membicarakan
bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam
(tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak
puasa). Nabi ﷺ
pun bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun
puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku,
maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan
termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya.
Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah
sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah
yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad 5: 409).
Kita
mesti bersikap pertengahan termasuk pula dalam belajar agar sikap semangat bisa
terus dijaga. Nabi ﷺ pernah menasehati
‘Abdullah bin ‘Amr,
لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Dirimu
itu memiliki hak yang mesti diperhatikan. Begitu pula keluargamu memiliki hak
yang mesti diperhatikan.” (HR. Ahmad 2: 200. Sanad hadits ini
hasan).
Begitu
pula amalan yang terbaik adalah amalan yang pertengahan dan rutin, walau
jumlahnya sedikit. Dari ‘Aisyah, Nabi ﷺ bersabda,
وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ
“Sesungguhnya
amalan yang paling dicintai di sisi اللّهُ adalah yang rutin (kontinu) walau jumlahnya
sedikit.” (HR. Bukhari no. 5861 dan Muslim no. 782).
Sementara
ketika kita berbicara tentang "otak", maka sedikit informasi tentang
otak. Otak setiap harinya membutuhkan 25% kalori, Berat otak manusia 6 ons sampai
1,5kg yaitu 1/40 dai berat badan manusia, otak terbagi kedalam tiga bagian
yaitu otak neocortex, otak mammalian dan otak reptilian. Saraf bergerak dengan
kelajuan 0,5m sesaat ke 100m sesaat (Heimler & Lockard). Ia juga
bersambungan dengan cabang saraf yang disebut axon dan dendrite.
Otak
neocortex terbagi menjadi dua cerebrum yaitu otak kiri dan otak kanan.
Kemampuan otak kita sama canggihnya dengan komputer sebesar bola dunia. Karena
tidak terlatih maka kita hanya menggunakan 5 - 10% dari kemampuan mengingat.
Otak dapat dilatih dan di tingkatkan menjadi sekitar 300% - 400%.
Singkatnya
saja → Sebagian besar memori MENGHILANG
dalam HITUNGAN DETIK. Proses melupakan itu bagus karena kita
tidak perlu menyimpan informasi yang tidak relevan dan membantu menentukan
prioritas.
Ketika
informasi datang bertubi tubi, maka otak hanya berusaha mengingatnya sesuai
dengan kapasitas yang diinginkan saja. Yang tidak penting bagi otak akan
menguap secepatnya.
Anggap
saja semua informasi itu diperlukan, maka tidak akan mampu kapasitas otak
mengingat hal tersebut dalam waktu yang sangat pendek periodenya (1 hari
membaca {tidak mendalami} 7-10 materi kajian). Maka semua informasi yang
dibutuhkan akan cepat menguap dikarenakan tidak adanya otak yang mampu
melakukan "multi tasking".
Jadi
dalam hal ini contohlah Rasulullah ﷺ yang selalu
berada di pertengahan dalam melakukan suatu ibadah. Dan amalkanlah hadits
diatas, tidak perlu banyak yang penting rutin walaupun sedikit.
4.
Beratnya ilmu agama...
Hilal
bin 'Alaa' mengatakan:
"MENUNTUT
ilmu (agama) itu berat,
MENGHAPALNYA
lebih
berat dari menuntutnya,
MENGAMALKANNYA
lebih berat dari menghapalnya,
dan
menjadi orang yg SELAMAT dg ilmu agama itu lebih sulit dari
mengamalkannya". [Alkabair, Adz Dzahabi]
Lalu
kapan rasa ujub menghinggapi seorang penuntut ilmu, bila dia selalu mengingat
pesan ini. Inilah obat bagi penuntut ilmu agama yang mengeluhkan rasa ujub
dalam dirinya.
5.
Ikhlaslah dalam menuntut ilmu.
Yang
dimaksud ikhlas dalam belajar sebagaimana kata Syaikh Sholih Al Ushoimi:
a.
Belajar agama untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri.
b.
Belajar agama untuk menghilangkan kebodohan pada orang lain.
c.
Belajar agama untuk menghidupkan dan menjaga ilmu.
d.
Belajar agama untuk mengamalkan ilmu.
Syaikh
Sholih Al ‘Ushoimi lalu berkata,
فالعلم شجرة والعمل ثمرة وإنما يراد العلم بالعمل
“Ilmu
itu ibarat pohon, amal itu buahnya. Ilmu itu dicari untuk diamalkan.” (Ta’zhimul
‘Ilmi, hal. 27).
Senantiasa
kita berdoa akan beratnya menuntut ilmu (agama) dalam keseharian hidup kita.
Doa
yang paling sering Nabi ﷺ panjatkan adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya
muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha
Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
والله أعلم بالصواب
➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA
JAWAB
T:
Saya mau bertanya ustadz, bagaimana memilih guru yang tepat, biar tidak sesat,
syukron
J:
Boleh
dipelajari beberapa ceramahnya. Apakah menggunakan hawa nafsu atau berdasarkan
Al Quran dan Sunnah. Jika hawa nafsu dirinya sendiri, maka carilah guru lainnya
T: Ijin
bertanya ustadz. Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim, apakah juga ada
kewajiban untuk mengamalkan/mengajarkannya ustadz? Sekarang ini banyak orang ikut dalam kajian-kajian
online bisa beberapa grup kajian, tapi hanya untuk diri sendiri, bagaimana hukumnya
ustadz?
J:
Pertama memang untuk diri sendiri, maka apa yang diamalkan ibadahnya boleh
disampaikan kepada orang lain sekitarnya
T:
Jadi sebatas apa yang sudah diamalkan baru bole disampaikan ustadz ya?
J: Khawatir
kita mirip MERCUSUAR. Menerangi yang jauuuh dan gelap di diri sendiri.
Kecuali Ibadah Wajib ya. Maka boleh mengajak, walaupun kita belum sempurna.
T: Ijin
bertanya ustadz, adakah kiatnya agar ilmu yang sudah dipelajari tidak menguap
begitu saja?
J:
Ilmu yang didapat maka →
diamalkan dan lakukan REPETISI atau pengulangan. Karena
→ REPETITION IS MOTHER OF SKILL
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan
membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment