Home » , » Padamkan Api Kemarahan

Padamkan Api Kemarahan

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, November 30, 2018


Hasil gambar untuk padamkan api marah
Kajian Online HA Grup Ummi G1-G6 & Nanda
Nara Sumber: Ustadzah Sandra Dwi Y., Ustadzah Maryam, Ustadzah Malik, Ustadzah Rini, Ustadzah Tribuwhana,
Materi: Padamkan Api Kemarahan
Hari, Tanggal: 27 Nopember 2018
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖






Assalamu'alaikum Wr Wb

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmatnya kepada kita.

Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada suri tauladan kita Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yg istiqomah hingga akhir. Semoga kita termasuk di dalamnya... Aamiin

MARAH merupakan fitrah yang telah diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Setiap manusia pasti pernah merasakan marah. Tetapi, Islam telah memerintahkan umatnya agar bisa menahan amarah.

Allah SWT berfirman yang artinya “… dan orang-orang yang bisa menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran : 134).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa mengendalikam amarah adalah salah satu sifat orang-orang yang bertakwa. Bahkan akan lebih utama lagi apabila memaafkan kesalahan orang yang membuat dirinya marah.

Menurut syari’at Islam bahwa orang yang kuat adalah orang yang mampu melawan dan mengekang hawa nafsunya ketika marah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.

Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang keutamaan orang yang dapat menahan amarahnya, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ.

Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah  akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai.

Dengan menahan marah, kita bisa terhindar dari penguasaan syetan melakukan hal buruk.
Dengan menahan marah, kita bisa mengharap surga
Dengan menahan marah, kita bisa menjadi makhluk yang dibanggakan Allah SWT di akhirat.
Dengan menahan marah, seorang mukmin bisa dipersilahkan oleh Allah SWT untuk memilih pasangan yang diinginkan di surga

Begitu besar pahala yang dijanjikan Allah SWT, hanya dengan menahan marah.
Sekali lagi, hanya sekedar menahan marah.


Saudara ku,

Sulitkah bagi kita menahan marah?

Yang jelas sebuah penghargaan tinggi di sisi Allah, tak mungkin ditempuh dengan melakukan amal-amal kecil dan sepele. Allah selalu menempatkan seseorang pada derajat yang dicapai sesuai tingkat kesulitan dan jerih payah untuk meraihnya.

Himpitan ekonomi, fisik, dan pikiran yang lelah oleh pekerjaan, waktu yang sedikit dan tugas yang banyak, mudah menjadikan orang sempit dada serta cepat tersulut kemarahannya. Pun ketika kinerja kita tidak mendapatkan apresiasi, di titik akumulasi lelah kita maka marah pun tak terelakkan.

Kepada kita yang cepat tersulut, merasa panas karena kesal, sesak dada lalu mengumbar kata-kata kasar dan kotor atas sebuah keadaan, atau bahkan melampiaskan dengan tangan, maka Rasulullah saw berpesan:
"Jangan marah, jangan marah, jangan marah,"

Rasul mengajak kita berfikir sebelum berbuat dan menasehati kita untuk berbuat bijaksana. Karena, mungkin saja kita salah paham, salah informasi. Mungkin juga ada orang yang niatnya baik namun keliru menyampaikannya.

Kita harus tetap mampu menguasai jiwa. Memegang kendalinya. Memimpin seluruh gerak geriknya. Karena secara pikiran, kemarahan sering tak membawa penyelesaian yang baik terhadap suatu masalah.

Itulah yang dikatakan Rasulullah saw, "Kekuatan seseorang itu tidak diperagakan lewat kemampuannya berkelahi. Tapi kekuatan seseorang itu terletak pada kemampuannya
mengendalikan diri saat marah,"

Mampu memahami orang lain adalah bijaksana.
Mampu memahami diri sendiri adalah bijaksana yang sesungguhnya.
Menguasai orang lain adalah kekuatan,
Tapi menguasai diri sendiri adalah kekuatan yang sesungguhnya,"

Saudara ku,

Marah itu dari syaitan, syaitan diciptakan dari api. Jadi, kemarahan itu adalah api syaitan yang membakar dalam hati kita. Api itu bisa membakar dan melahap kehormatan dan kemuliaan kita sendiri. Api kemarahan yang menjilat akan membongkar aib dan cela kita yang harusnya dirahasiakan. Jika kita menahan marah, sama dengan memadamkan api. Dan jika kita membiarkannya, berarti kita telah membiarkan api menyala-nyala lalu melahap diri kita sendiri sampai hangus terbakar. Sakit rasanya, dan tubuh menjadi hancur.

Waspadalah jika jiwa dan hati kita terbakar. Karena itu tanda syaitan menguasai segenap hati kita. Jika hati yang  terbakar, maka anggota tubuh pun akan panas dan melakukan apa saja untuk melampiaskan panasnya.

Umar bin Abdul Aziz, memandang dengan bashiroh keimanannya mengatakan:
" jangan sekali-kali engkau menganggap ada sesuatu lebih penting dari jiwamu sendiri. Karena sesungguhnya, tak ada istilah sedikit dalam perbuatan dosa."

Kemarahan tidak dilarang, ia tetap dibolehkan, selama ia mempunyai landasan yang bersih, tulus, murni, karena Allah SWT. Kemarahan bahkan harus dilkukan pada waktu dan sasaran yang tepat. Tapi seringnya, kita sulit membedakan mana hawa panas kemarahan yang datang dari dalam diri dan mana kemarahan yang dilandasi karena Allah SWT.

Suasana inilah yang ditakuti Para Salafushalih. Mereka takut, jika mereka terlanjur melampiaskan kemarahan yang bukan karena Allah. Meski awalnya mereka marah karena Allah.

Seperti contoh yang dialami oleh Khalifah Umar Al Faruq ra.
Suatu hari Khalifah Umar Al Faruq ra mendapati seorang rakyatnya sedang mabuk. Umar segera menangkap orang itu untuk di hukum. Si pemabuk ternyata tidak menyukai tindakan Umar. Ia lalu mengeluarkan kata-kata kotor mencaci Umar. Setelah dicaci, Umar melepas tangan orang itu, lalu pergi meninggalkannya. Umar ditanya, Ya Umirul Mukminin, kenapa setelah engkau dicaci, justru engkau membiarkan orang itu? ". Umar berkata, "Aku meninggalkannya karena ia telah membuatku marah. Andai aku tetap menghukumnya berarti amarahku telah menguasai jiwaku. Aku tak ingin jika aku memukul seorang muslim, terdapat unsur nafsuku didalamnya." (Al Mustathrof, 279)

Sebagaimana juga, seorang sahabat Rasul saw yang urung membunuh lawannya dalam sebuah peperangan, setelah orang kafir itu terdesak lalu meludahi mukanya. Air ludah itu memantik kemarahannya. Tapi segera, ia meninggalkan musuhnya begitu saja. "Aku khawatir jika kemarahanku yang melandasi peperanganku dengannya,". Begitu ujarnya.


Saudara ku,

Hanya orang-orang yang kerap menghisab diri mereka yang bisa membedakan, antara kemarahan karena diri sendiri atau karena Allah. Terkadang, unsur kemarahan yang dipicu oleh nafsu lebih besar ketimbang unsur kemarahan karena Allah SWT. Padahal kemarahan itu haruslah murni karena Allah SWT.

Orang-orang yang biasa menghisab jiwa, bukan hanya mampu mendeteksi sumber kemarahan dan mengendalikannya, tapi bahkan membawa kondisi yang sebenarnya bisa meletupkan amarah dan kebencian, pada suasana yang membawa manfaat. Mereka meredam kemarahan dengan melihat sisi lain dari suatu peristiwa.

Seorang salafushalih mengatakan, "Aku lebih banyak mengambil manfaat dari musih-musuhku ketimbang dari teman-temanku, musuh-musuhku banyak mengkritik kesalahanku sehingga aku berhati-hati dalam melakukan kesalahan serupa. Sementara teman-temanku menghiasi kesalahanku sehingga aku lalai dan melakukannya lagi."

“Ada 3 hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaanNya, ditaburi rahmatNya, dan dimasukkanNya kedalam surgaNya, yaitu : Apabila diberi ia berterima kasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan dan apabila marah ia menahan diri.” (HR. Hakim dan Ibnu Hibban dari ibnu ‘Abbas).

Oleh karena itu, bagi orang yang mampu menahan amarahnya Allah akan melindungi kita, bahkan Allah akan memberikan RahmatNya. Jadi, jika kita mempunyai masalah atau ada yang membuat kita marah, maka sudah seharusnya kita bersabar dan menahan diri agar tidak marah. Terkadang masih ada yang susah untuk mengendalikan amarahnya, oleh karena itu, Rasulullah SAW telah memberikan bimbingan ringkas untuk mengendalikan rasa marah. Dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

“Sesungguhnya marah itu berasal dari setan dan setan diciptakan dari api, dan api hanyalah dapat dipadamkan dengan air. Apabila diantara kalian marah, hendaklah berwudhu. “ (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Dan dalam hadist lain disebutkan bahwa rasa marah bisa dihilangkan dengan cara zikir kepada Allah SWT. Sebab, dengan berzikir, hati seseorang akan menjadi tenang dan tenteram, kontrol diri semakin mantap dan hatinya selalu terpaut kepada Allah SWT. Tatkala hatinya selalu terpaut kepada Allah SWT, maka ia akan berfikir jernih dan sabar. Dengan begitu, dzikrullah akan dapat mengendalikan diri dari rasa marah.

Oleh karena itu, kita sudah seharusnya mampu untuk menahan amarah, karena orang yang kuat adalah orang yang menahan amarah, orang yang mampu menahan amarahnya, maka Allah akan melindungi kita, memberikan Rahmat dan memasukkan dalam surgaNya Allah.Rasulullah juga memberikan cara agar kita bisa tahan amarah dengan berwudhu. Dan selalu ingat kepada Allah agar hati kita bisa tenang dan tentram. Dengan begitu, kita akan mampu mengendalikan amarah dan memupuk ketakwaan kepada Allah. Insya Allah.


Saudara ku,

Jujurlah pada diri sendiri. Andai jiwa kita tersulut amarah, tanyakanlah pertanyaan dengan tegas, apakah kemarahan itu karena Allah semata atau karena alasan kelompok dan organisasi  ? Atau bahkan karena kepentingan pribadi sendiri.
Ingatlah, Allah tidak akan menerima amal, kecuali yang bersih dari unsur-unsur selainNya.


Wallahu a'lam bisshowwab.


➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA JAWAB

TJ – Nanda (U Sandra Dwi)

T: Ijin bertanya ustadzah. Misalkan ada yang terus-terusan mengganggu lewat, wa, sms, dll, jika ada pesan dari orang tersebut, hati langsung jadi marah-marah. Sudah di diamkan tidak di balas, masih juga mengulangi kirim pesan. Daripada tiap ada pesan dari dia, bawaannya jadi marah-marah dan bisa merusak diri sendiri, akhirnya saya blokir nomor orang tersebut. Pertanyannya, dosa kah saya memblokir orang tersebut? Orang tersebut lawan jenis, dan hanya sekedar menanyakan sedang apa, sudah makan belum, makan apa tadi?
J: Yang jadi pertaannya yang kirim pesan ini lawan jenis atau bukan? Nah kalau ini kan jadinya jelas. Artinya sang lawan jenis memberi bentuk perhatian kepada kita bisa jadi ada sesuatu dalam dirinya sampai tanya-tanay itu mulu, kalau sudah halal sih tidak apa-apa tanya-tanya sudah makan apa belum!?
Tujuan kita memblokir untuk menjaga hati kalau pada kasus yang disampaikan, agar terhindar dari fitnah.

T: Ijin bertanya Ustadzah. Kalau misal, kita sudah nahan-nahan tidak marah, terus mendem kan marahnya, tapi lain waktu kalau ketemu sama orang itu jadi menjauh. Nah, itu bagaimana, ustadzah ?
J: Kalau kita menjauhi artinya masih ada amarah dalam diri. Coba tanya pada diri kita bagaimana, masihkah ada amarah yang terpendam sehingga kita ingin menghindar? Baiknya sesama muslim jika bertemu hendaknya mengucapkan salam. Jadi sudah hilang amarah dalam diri, saling mendoakan bersalaman hingga saling berguguran lah dosa-dosa kita. Coba untuk menghilangkan amarah dengan si dia, kita cari kebaikan-kebaikan yang ada pada dirinya.

T:  Assalamualaikum ustadzah. Saya ingin bertanya. Bagaimana jika marah tidak kita luapkan. Namun didalam hati kita berkecambuk amarah itu. Apakah sama buruknya dengan amarah yang kita luapkan?
J: Wa'alaikumussalam. Amarah harus dipadamkan dan berusaha untuk  dihilangkan, agar tidak berkecamuk dalam hati. Padamkan dengan wudhu, sholat, tilawah. Jika di dalam hati masih berkecamuk amarah sama saja, artinya amarah masih ada dalam diri dan syaithan bisa mengusai hati yang di dalamnya ada amarah.

T: Bagaimana jika terucap doa yang tidak baik dari kita untuk si fulan yang sudah membuat kita marah dan pada akhirnya kita menyesali karena sudah mendoakan yang tidak baik. Apakah doa seperti itu akan didengar Allah, karena dikatakan bahwa doa orang terzolimi itu dikabulkan oleh Allah? Terima kasih ustadzah.
J: Setelah kita menyesali, kita beristighfar, memohon ampunan sama Allah. Sampaikan doa penyesalan atas apa yang sudah terucap dan kita ganti doa kita tersebut. Semoga Allah mendengar doa-doa kita.

T: Ijin bertanya ustadzah, kalau misalkan kecewa sama orang, terus marah-marah pengen luapin semuanya tapinya kadang suka berfikir percuma, dan buat apa marah-marah luapin kekesalan, sampai akhirnya biar tidak keingetan lagi menghindar dari orang tersebut, akhirnya blok semua kontaknya, pokoknya menjauh, itu bagaimana ustadzah?
J: Yang dikhawatirkan ketika kita bersikap seperti itu, artinya kita berusaha memutus tali silaturahmi dengan saudara kita sendiri, sedang sesama muslim kita tidak boleh marahan lebih dari 3 hari.


*******
TJ – G1 (U Maryam)

T: Afwan ustadzah, akhir-akhir ini kita melihat agama Allah di buat guyonan dan dilecehkan, bagaimana kita harus bersikap? (sebagai ibu-ibu di rumah)
J: Saya coba jawab ya. Sesuatu yang kita lihat tidak baik, itu termasuk kemungkaran. Posisi kita sebagai ibu-ibu di rumah, tentunya bisa tetap berperan dengan lisan, tulisan dan do'a. Semua tergantung sikon, kalau memang bisa melayangkan tulisan/protes ke ketua/pejabat yang bersangkutan atau me-lobby.
Kalau saya pribadi menkondisikan keluarga, saudara dan teman-teman untuk memperkuat akidah, ibadah dan sebagainya agar tatanan kita bisa lebih baik dan kedepan menjadi umat islam yang bisa memimpin dan mempunyai harga diri agar tidak terus di lecehkan. Kita berusaha jangan terpancing walaupun hati ini dongkol, minta ke Allah supaya kita tidak emosi.

T: Assalamu'alaykum, afwan, ijin bertanya ustadzah, bagaimana menahan amarah di saat PMS, karena diri merasa di saat itu mudah tersulut amarah, jazakillahu khoyran
J: Betul, itulah yang di alami kita semua saat PMS. Bagaimana caranya, upayakan hati dan akal selalu hidup dan konek InsyaAllah ada benteng untuk bisa menahan hawa nafsu. Hati akan tertutup bila ternodai oleh banyaknya kesalahan begitupun akal bisa buntu jika kemaksiatan dilakukan secara terus menerus. Untuk itu nutrisi hati perlu dijaga dengan menjaga hubungan dengan Allah dengan dzikrullah ,bersyukur dan berdo'a khusus agar hati ini tidak mudah kesel

T: Saya tidak tahu kenapa saya beberapa hari ini rasanya nyesek marah tidak karuan pingin nangis saja, dan pas liat kalender ternyata PMS seminggu lagi haid, bagaimana menyikapinya ustadzah?
J: Betul, kadang kita jadi sensitif makanya perlu diperkuat taqarrubnya, InsyaAllah menjadi kuat dan saat haidpun seperti kita punya stok sabar, ikhlas, syukur dan lain-lainnya ada dan jadi "kebal", tapi sebenarnya wajar-wajar sajalah, mau nangis ya nangis saja asal tidak berlebihan. Sebenarnya bisa disiasati dengan hobby atau silaturrahim ke orang-orang baik yang bisa membuat kita happy. Kalau hobby masak atau berkebun, langsung saja terjun supaya lupa dan tidak sedih lagi. Alhamdulillah saya sudah coba dengan menanam cabe, bunga.

T: Kalau lagi Nifas, emosi kok tidàk terkontrol, sampai-sampai tekanan darah juga naik. Bagaimana ya ustadzah?
J: Nifas malah lebih lama jangka waktunya berkurang untuk sholat yg dimana sebetulnya itulah salah satunya hati menjadi tenang. Oleh karena, tetap dzikir dengan do'a-do’a di matsurot, membaca surah-surah yang sudah kita hafal, baca-baca buku keislaman agar hati ini "hidup" dan kita juga semangat,  InsyaAllah


*******
TJ – G2 (U )




*******
TJ – G3 (Bunda Malik)

T: Ijin bertanya bunda. Kemarahan yang bagaimanakah yang disebut karena Allah semata. Contoh di kehidupan sehari-hari bunda?
J: Marah karena Allah ketika syariat Allah dilanggar, mentausiyahi mengingatkan tegas dengan hal-hal yang Haq dan mengingatkan dengan kesantunan. Wallahu’alam.

Saya termasuk orang yang bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan, apakah masuk dalam kategori pendendam?
J: Memaafkan tiada ber-'tapi', mengikhlaskan dan mengembalikan semuanya kepada Allah.

T: Ijin bertanya bunda. Saat kita marah dan kesal pada seseorang, apakah boleh kita menghindari orangnya untuk beberapa hari. Karena kalau ketemu bawaannya mau marah lagi.
J: Silahkan sayang, akan tetapi tidak boleh lebih dari tiga hari demikian perintah sang Nabi dalam sabdanya.

T: Bunda, kalau kesel pada anak, misalnya karena ia tidak jujur, melanggar kesepakatan aturan rumah, dan lain-lain, saya cenderung 'mendiamkan' anak tersebut, karena kalau saya langsung marah saya takut kata-kata yang keluar jadi doa buruk baginya. Tapi kalau menasihati ketika sudah berlalu dari kejadiannya, saya cenderung lupa dengan point-point yang ingin saya sampaikan, dan kadang jadi merasa tidak ada gregetnya nasihat saya, mohon bimbingannya bunda, sebaiknya bagaimana? Jazakillah khair bunda.
J: Sayang ku, ketika kita buat kesepakatan bersama tentu ada konsekuensi logis dari peraturan yang kita buat. Ketika anak melanggar, ingatkan dengan konsekuensi logis yang sudah disepakati. Untuk mudah menasihati catat point-point yang ingin disampaikan, dan akan sangat efektif ketika melanggar saat itu juga konsekuensinya diterapkan, sampaikan bahwa kita menyayanginya. Karena itu kesepakatan harus dilaksanakan sembari mengajarinya bertanggung jawab. Wallahu’alam.

T: Afwan Ustadzah, bagaimana caranya meredam amarah? Terutama ketika menjelang haid saya jadi sensitive. Dan kalau hati saya merasa marah saya hanya bisa pendam dan diam. Karena susah mengungkapkannya tapi efeknya saya sakit.
J: Berwudhu sekalipun lagi haid, perbanyak istighfar dzikir dan sholawat ya

T: Afwan ada pertanyaan, dijelaskan tadi kalau kita marah meredamnya dengan berwudhu, tapi kalau ada orang lain yang marah, atau pasangan kita yang marah, apa yang harus kita perbuat?
J: Jika ada yang marah hendaklah kita diam, ketika sudah mereda baru kita ingatkan, pilih waktu-waktu yang tepat untuk menyampaikan nasihat.

T: Apakah ada dzikir/amalan yang bisa membuat kita istiqomah untuk selalu bersabar?
J: Semua kalimat thoyyibah adalah dzikir yang menyejukkan dan sebaik-baik dipikir adalah membaca Al Qur an.

T: Maaf ini melenceng dari pembahasan, apa yang harus kita lakukan supaya kita bisa menebus dosa-dosa yang pernah kita lakukan? Terimakasih atas jawabannya.
J: Taubat dan perbanyak istigfhfar, infak dan shodaqoh dilazimkan.


*******
TJ – G4 (U )




*******
TJ – G5 (U Rini)

T: Mau tanya Ustadzah, untuk membedakan marah karena Allah semata atau ada unsur lain bagaimana caranya? Kadang kan kita suka reflek marahnya?
J: Bisa dengan melihat latar belakangnya. Marah karena Allah jelas, contohnya saat Al Qur'an dinistakan, Rasulullah dihina, masyarakat muslim dibelahan bumi lain dijajah dan disiksa dan lain-lain. Marah karena Allah sangat bersinggungan dengan keimanan dalam diri kita. Marah karena nafsu biasanya apa apa yang dengan marah semua akan terpuaskan. Contohnya anak berisik, mobil kesenggol, rumah berantakan, dan lain-lain. Yang dengan kita marah, nafsu kita menjadi puas. Allahua'lam

T: Mau tanya ustadzah, jika marahnya kita karena Allah, bagaimana cara untuk meredakannya? Contoh menasehati adik untuk sholat.
J: Kewajiban kita kepada sesama manusia adalah mengingatkan kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang Munkar. Selanjutnya senjata kita adalah doa dan keteladanan. Selama kewajiban kita sudah tertunaikan seharusnya otomatis mereda amarahnya. Allahua'lam

T: Bagaimana ya caranya supaya tidak marah, kalau di tahan bawaannya malah pusing kepala terus tensi jadi naik gitu?!
J: Seperti yang ada dalam materi, amarah yang bawaannya panas bisa didinginkan dengan air atau dzikir. Tidak usah ditahan marahnya, direfleksikan dengan memperbanyak dzikir saja. Selain amarah reda, hati akan menjadi lebih lapang. Marah itu terjadi karena hati kita sempit. Allahua'lam

T: Izin bertanya Ustadzah. Bagaimanakah caranya menahan marah dan mengendalikan diri ketika emosi, kadang ketika marah kita suka lupa bahwa kita sedang d kendalikan setan?
J: Saat marah ingin menghampiri, tahan diri sejenak, tarik nafas panjang sekali dan istighfar. Ini yang saya lakukan ketika ingin melampiaskan marah kepada anak-anak saat out of control dan ternyata lumayan efektif. Mengganti sumpah serapah atau kata-kata yang keluar dari mulut dengan istighfar, laa hawla wala quwwata, tasbih, tahlil dan lain-lain sambil ngelus dada. Secara otomatis anak-anak langsung minta maaf ke umminya dan Alhamdulillah suasana jadi under control lagi. Mungkin begitu salah satu tipsnya ummi sayang, kita dahulukan menyebut asmaNya sebelum setan mengendalikan diri kita. Allahua'lam

T: Ijin bertanya. Apakah marah selalu identik dengan ngomel dan berbicara kasar? apakah ngomel dalam hati juga termasuk marah?
J: Terkadang ngomel dan bicara kasar itu bisa menjadi karakter seseorang.
Marah sendiri kalau menurut artinya segala sesuatu yang kemudian dapat memicu jantung bekerja lebih cepat, emosi meluap, jika tidak dikendalikan bisa sampai perbuatan fisik yang tidak menyenangkan. Nah, kalau untuk ngomel dalam hati, selama tidak menjadi luapan emosi dan penyakit jiwa, artinya mudah menguap setelah selesai ngomelnya mungkin ini bagian dari karakter. Allahua'lam

T: Kalau ada siswa yang malas, bagaimana caranya menasehati dengan tidak marah ustadzah?
J: Lakukan pendampingan, mungkin siswa tersebut butuh perhatian lebih dibandingkan temannya yang lain. Gali potensi yang ada dalam dirinya untuk diarahkan dengan cara yang tepat.


*******
TJ – G6 (U Tribuwhana)

T: Mau tanya ustadzah, saat baca materi di atas. Terlebih pada point ke 4. Tak terasa air mata mengalir. Saya merasa tertampar dengan point tersebut. Bagaimana caranya supaya hati bisa lebih ikhlas dalam beramal?
Maafkan ustadzah.
J: Hendaknya seluruh amal kebaikan yang dilakukan kita niatkan hanya untuk mencari ridho Allah sehingga apapun perlakuan yang kita terima setelah beramal tidak membuat kita berubah.

T: Apakah marah sama anak atau keluarga itu karena ada alasan. Apakah karena Allah. Terus terang selama saya di tinggal suami, perasaan sedih dan mudah marah bahkan sangat sensitif. Bagaimana cara menghindari amarah ini atau adakah doanya?
J: Semua manusia punya ujiannya masing-masing bunda, jika bunda sudah tidak kuat menahan rasa, bunda ambil air wudhu dan tilawah; jika tidak sanggup tilawah bisa dengan mendengarkan murottal dari handphone dan sebagainya; jika masih susah meredam marah bisa wudhu terus tidur; ada beberapa orang jika marah pelampiasannya bersih-bersih rumah. Sebenarnya marah itu karena nafsu yg berkuasa atas diri kita; biasanya jika orang tersebut hubungannya dengan Allah kuat maka akan lebih mudah mengendalikan nafsu dan tidak mudah marah; intinya adalah hubungan yang kuat dengan Allah dan latihan pengendalian diri.

T: Assalamu'alaykum ustadzah. Saat kita menahan kemarahan kita karena sesuatu dengan hanya menangis dan terus beristighfar. Apa ini bisa dikatakan menahan marah yang Allah ridhoi ustadzah? Afwan.
J: InsyaAllah iya

T: Assalamualaikum ustadzah. Astaghfirullah. Jujur saya gampang sekali tersulut emosi terutama saat lelah, anak-anak susah dibilangi. Kadang sampai mencubit. Bagaimana agar lebih sabar ya ustadzah?
J: MasyaAllah. Semoga semua amal kebaikan bunda dalam mengasuh dan mendidik anak di rumah berbuah jannah-Nya, sabar ya bunda,anak-anak dengan dunianya yang seperti itu memang butuh perhatian lebih, jika bunda lelah bunda bisa meluangkan waktu sedikit untuk me time atau refreshing sejenak sehingga kelelahan bunda tidak dilampiaskan ke anak.

T: Ijin bertanya ustadzah. Seringkali hal sepele mudah sekali menyulut amarah. Ada carakah agar tak mudah tersulut amarah dimanapun dan kapanpun?
J: Berlatih mengendalikan diri setiap hari, memperkuat hubungan dengan Allah karena marah itu datangnya dari syaithon dan hanya dengan keikhlasan dan amalan ibadah yg bisa melawan syaithon.

T: Ustadzah, bagaimana sikap kita menghadapi tetangga yang ngomongnya suka ceplas ceplos dan seringkali bikin orang yang mendengarnya geram? Dimatanya seolah-olah orang lain selalu salah. Suka banget ngomongin orang. Mau menghindari gosip bagaimana, anak-anak suka main kesana.
J: Jika ingin sekedar main tidak apa-apa yang penting tidak ikutan menjadi tukang gosip juga. Jika tidak sanggup untuk menasihati dikurangi saja frekuensi mainnya, ganti dengan kegiatan yang lain dirumah.

T: Bertanya lagi ustadzah, saya jarang keluar rumah, karena tidak bisa naik motor dan tempat tinggal kami jauh dari perkampungan, ini salah satu pemicu stress saya lumayan tinggi, kalau sudah begitu kadang saya diam terhadap suami. Karena ada saja yang membuat emosi, mengharap suami minta maaf tentu tidak mungkin, karena beliau tidak merasa bersalah, setelah bisa menguasai diri baru saya bicara. Adakah cara biar saya bisa berubah?
J: Intinya ada pada keikhlasan menjalani takdir Allah sehingga tidak ada stress dan depresi.

T: Ustadzah, ijin bertanya. Bagaimana cara mengembalikan kepercayaan kita yang sudah berkali-kali dikhianati? Sudah memaafkan tapi kenapa rasanya seperti ada yg masih mengganjal. Masih suka teringat dan sedih sendiri, bahkan bisa emosi lagi. Syukron sebelumnya.
J: Ya wajar saja jika sering disakiti, sudah memaafkan tapi sulit melupakan.
Sibukkan diri dengan kegiatan yang positif saja bunda agar sakit hatinya hilang. The life must go on. Janganlah hari-hari kita disibukkan dengan hal-hal yg tidak bermanfaat.

T: Bagaimana cara menahan emosi kalau kita di fitnah Ustadzah? Apakah saya harus menghindar dari orang tersebut? Karena saya mau klarifikasi tapi saya malas karena saya mudah nangis apalagi sejak suami saya wafat 6 bulan yg lalu. Saya sangat sensitif sekarang dan sering saya rindukan suami saya almarhum. Jadi kadang saya emosi. Bagaimana saya seharusnya Ustadzah? Terkadang bimbang dan takut selalu ada.
J: Untuk sementara tidak usah bertemu dengan orang tersebut dan sibukkan diri dengan kegiatan yang lain. Tidak usah mengklarifikasi jika kita benar. Biarkan saja daripada emosi kita tersedot untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting.



•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!