Rekap Kajian Online Hamba Allah G-5
Hari, Tgl : Rabu, 13 Maret 2019
Materi : Peliharalah Iman ,
Berkumpulah Dengan Orang Shalih
Nara Sumber : Ustadz Trisatya Hadi
Lubis
Waktu Kajian :19:30-21:00
Notulen: Bunda Saydah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
MATERI
Peliharalah Iman, Berkumpullah dengan Orang Shalih
Dalam kitab Al-Arba’in fi Ushul
al-Din, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa berkawan dengan orang baik karena
Allah adalah salah satu pilar memperkuat agama (Kitab Al-Arba’in fi Ushul
al-Din, hal. 63).
Allah SWT berfirman:
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang
paling lemah ialah rumah laba-laba jika mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut: 41).
Pergaulan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pemikiran, lebih-lebih keimanannya. Seseorang dapat menjual
iman, karena tergiur tipuan kawannya. Sebaliknya, seseorang bisa menjadi orang
shalih karena selalu dinasihati teman dekatnya atau meneladani teman teman
sekumpulannya yang memiliki akhlak yang yang mulia. Sehingga kita bisa menilai
lebih awal jika kita ingin berteman dalam kebaikan atau dalam keburukan dengan
melihat siapa kawan sekelilingnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang dapat dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah di
antara kalian melihat seseorang dari siapa mereka bergaul.” (HR. al Hakim).
Siapa yang harus dijadikan kawan
dekat, sejatinya adalah orang baik orang yang berilmu. Sebab sedikit atau
banyak akan mempengaruhi pemikiran kita.
Dituturkan oleh Rasulullah SAW bahwa,
”lebih baik bersendiri dari pada bergaul
dengan orang-orang yang rusak. Dan lebih baik bergaul dengan orang-orang baik
daripada menyendiri (HR. Al Hakim).
Siapa orang baik tersebut menurut
islam :
Orang baik (ahl al-khoir) adalah
orang yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Individu yang baik ini adalah
orang yang beradab. Bukan sekedar beretika, tapi juga bertauhid.
Syed Muhammad Naquib al-Attas
mendefinisikan orang baik sebagai orang yang mengamalkan adab secara menyeluruh.
Pengamalan adab ini meliputi adab
kepada Allah SWT, sebagai tingkatan adab tertinggi. Kemudian adab dengan sesama
manusia, kepada ilmu, kepada alam dan sebagainya. Adab-adab ini dipandang
dengan kacamata tauhid.
Karena orang baik (insan adabi)
memberi pencerahan dalam segala aspek bidang kehidupan, makanya Rasulullah SAW
menganjurkan kita untuk bergaul dan berkumpul dengannya.
Orang yang demikian akan melihat
realitas secara konstan dari kacamata ketuhanan – sebagai fondasi utamanya,
aktivitas selalu dalam kebaikan, tutur katanya baik karena berasal dalam hati
yang bersih. Orang yang demikianlah yang dimaksud Rasulullah SAW untuk kita
pergauli. Tidak memberi faedah kecuali faedah agama.
Ibrâhim al-Khawwâsh rahimahullah
berkata:
Penawar hati itu ada lima : membaca al-Qur’an dengan tadabbur
(perenungan), kosongnya perut (dengan puasa-pen), qiyâmul lail (shalat malam),
berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum Shubuh), dan duduk bersama
orang-orang shalih”
Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang
dzalim dan lalai bisa membutakan hati.
Allah SWT bersabda: “Dan janganlah kamu condong kepada
orang-orang dzalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka. Dan sekali-kali
kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain dari Allah SWT, kemudian kamu
tidak akan diberi pertolongan.” (HR. QS. Hud: 113).
Condong dalam ayat tersebut di atas
maksudnya, mendukung, melapangkan jalan, memuji-muji dan bersekutu bersama
mereka. Tujuannya tidak lebih untuk kepentingan materialistik.
Setiap kita bergaul secara akrab
dengan orang-orang lalai maka, saat itu iman kita mengalami pelemahan (Kitab
Al-Arba’in fi Ushul al-Din, hal. 61). Duduk bersama orang-orang fasik oleh
Rasulullah SAW dikaitkan dengan kadar keimanannya. Tidak mungkin orang beriman
bergaul akrab bersama mereka dalam bersekutu melakukan aktifitas tidak baik.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia duduk
(di suatu majelis) yang dihidangkan padanya minuman keras.” (HR. Abdu Dawud dan Ibn Majah).
Ketika kita memiliki kecondongan
kepada mereka, maka segeralah memutus kecondongan itu. Sebab dikhawatirkan akan
mendapatkan kemungkaran. Karena mereka sangat pandai dalam tipu daya dan
penipuan. Terkecuali jika kita memiliki misi khusus, berbekal ilmu akan mendakwahi
mereka. Sikap ini bukan dinamakan memiliki kecondongan sebab tujuannya adalah
dakwah.
Berkawan dengan orang shalih membawa
dampak yang baik, karena kawan itu akan mempengaruhi kawannya. Jika kawan itu
shalih akan membawa kepada kebaikan, sebaliknya jika kawan itu buruk akan
membawa kepada keburukan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan
hal ini di dalam hadits shahih sebagaimana riwayat berikut ini:
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu
anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Perumpamaan kawan yang baik dan
kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat
untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia
akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan
pandai besi, mungkin dia akan membakar
pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.
Pernah Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz
mendapat laporan tentang adanya suatu kaum yang sedang meminum khamr. Beliaupun
memerintahkan agar mereka semua dicambuk. Kemudian seseorang berkata kepada
beliau; “Sesungguhnya di antara mereka ada orang yang sedang berpuasa.”
‘Umar bin Abdul ‘Aziz menjawab:
“Mulailah darinya (dalam mencambuk).
Tidakkah kalian mendengar firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya Allah SWT telah
menurunkan kepada kalian di dalam al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar
ayat-ayat Allah SWT diingkari dan diperolok-olok, maka janganlah kalian duduk
bersama mereka. Sehingga mereka pindah kepada pembicaraan yang lain. Karena
sesungguhnya (jika kalian berbuat demikian), maka tentulah kalian serupa dengan
mereka.” (QS. Al-Nisa’ : 140).
Hal yang perlu digaris bawahi di sini
adalah, sebenarnya bergaul dengan siapa pun kita mesti memiliki cara pandang
Islam yang kokoh. Semua harus atas dasar berukhuwah karena Allah SWT. Jika kita
ingin memasuki majelis orang-orang fasik, maka pertama-tama yang harus
dipertanyakan dalam hati adalah, atas dasar apa kita masuk dalam majelis itu?
Jika dasarnya adalah karena Allah SWT
dengan maksud berdakwah, maka itu adalah langkah baik. Memberi nasihat,
meluruskan padangan orang-orang fasik dan mengajak bertaubat. Jika kita
mendapati sebuah majelis di dalamnya ajaran Islam dihina, maka jika kita mampu
maka luruskan mereka atau janganlah duduk-duduk bersama. Jika kita diam,
berarti kita setuju dengan mereka.
Namun, jika iman kita masih lemah.
Terlalu mudah terbuai godaan, maka lebih baik tidak memasukinya, dan sebaliknya
bergabunglah bersama orang-orang shalih.
Faedah bergaul dengan orang shalih
ada dua, yaitu: mengambil ilmu dan menjaga keimanan agar tetap konstan.
Iman itu diperkuat dengan ilmu, maka
hendaklah kita mengambil faedah ilmu dari orang shalih agar keimanan selalu
terjaga.
Selanjutnya setelah berkawan dan
berkumpul dengan orang orang sholih kita juga harus sabar atasnya sebagai
rangkaian ujian bagi orang beriman.
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan
orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” [Al-Kahfi/18: 28]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir
as-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memerintahkan
Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar beliau bersabar bersama
orang-orang Mukmin, orang-orang yang beribadah, orang-orang yang banyak kembali
(bertaubat) kepada Allâh. Yaitu orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di
senja hari, yaitu di awal dan akhir siang, mereka mengharap keridhaan-Nya.
Allâh Azza wa Jalla menyifati mereka dengan ibadah dan ikhlas dalam beribadah.
Oleh karena itu, termasuk nikmat
Allâh Azza wa Jalla yang paling besar bagi seorang Mukmin yang tetap terjaga
dalam keimanannya adalah berkawan dan berkumpul dengan orang-orang
shalih. Dan termasuk hukuman dari Allâh Azza wa Jalla adalah menjadikannya
berkawan dan berkumpul dengan orang-orang yang buruk.
Berkawan dengan orang-orang shalih
akan menghantarkan hamba menuju puncak derajat yang tinggi, dan berkawan dengan
orang-orang buruk akan menghantarkan hamba menuju tingkatan paling rendah dari
neraka, pilihan ada di kita.
Wallahu a’lam
Sumber: Hidayatullah & almanhaj
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
REKAP TANYA JAWAB
1. Assalamualaikum warahmatullahi wa
barokatuh. Izin bertanya pak ustadz. Kondisi saat ini sebagai ibu-ibu yang
mengantar anaknya sekolah terkadang dihadapkan dengan kumpulan ibu-ibu yang
suka bergosip. Jika kita memilih tidak ikut serta duduk dengan mereka dan
memilih mencari kawan yang mengajak kebaikan. Apakah kita termasuk orang
sombong? Karena sudah mencoba berkumpul
dengan ibu-ibu tersebut merasa tidak ada kebaikan didalamnya selain ikut
bergosip dan sudah mengajak mereka kearah kebaikan tapi selalu ditolak dan kita
dianggap sok suci. Apakah sikap kita ini termasuk memutuskan silaturahmi apa
tidak? Tapi kita tetap sekedar say hai
aja kalo ketemu tapi menghindari berkumpul dengan mereka.
Jawab: Tidak merupakan kesombongan dihadapan Allah. Meninggalkan kemungkaran
bagus bunda berpahala, namun jika kita mempunyai kemampuan, kekuatan keilmuwan,
komunukasi yang baik untuk menyeru kepada kebaikan itu menjadi fardhu ain bagi
setiap muslim. Minimal doakan mereka untuk mendapatkan hidayah.
2. Izin bertnya ustadz, dikatakan
penawar hati ada 5, salah satunya berdoa di waktu Sahar. Pertanyaannya samakah
berdoa di waktu sahar dengan Sholat Fajar/ berdoa setelah sholat fajar?
Jawab: Waktu Sahar waktu akhir sebelum masuk sholat shubuh. Sholat qabliyah
shubuh disebut juga sholat fajar. dinamakan shalat fajar, karena shalat ini
dilaksanakan tepat setelah terbit fajar, sebelum sholat shubuh. Doa di waktu
sahar adalah doa pada waktu sebelum fajar terbit/shubuh.
3. Assalamualaikum pak Ustadz. Ijin
bertanya, saya punya sahabat yang sekarang ini sudah semakin renggang karena
sahabat saya lebih memilih dekat dengan teman-temannya yang non muslim, saya
akhirnya menjauh dari mereka, karena saya merasa tidak nyaman berlama-lama dengan
mereka. Apakah langkah saya ini benar, apa yang harus saya lakukan untuk
sahabat saya, karena sejujurnya saya tidak suka jika sahabat saya terlalu akrab
dengan teman-temannya yang non muslim. Saya khawatir sahabat saya nantinya
terpengaruh dengan pergaulan mereka.
Jawab: Semangat untuk mengingatkan sahabat kita, tetap menjaga silaturahmi
apalagi tahu bakalan terjerumus kepada kemungkaran, menjadi kewajiban kita
sesama muslim sebagai khairu ummat (umat terbaik). Namun tetap ada prioritas,
ada kebaikan-kebaikan lain yang bisa kita lakukan. Terhadap teman bunda tetap
doakan.
4. Ustadz, boleh tidak kita berbuat
baik dengan yang beda agama, soalnya dia sering curhat ke saya, maksudnya sekedar
dengerin curhatnya gitu?
Jawab: Sepanjang tidak mengganggu akidah baik dalam pikiran dan perbuatan,
sebatas menjaga hubungan sesama manusia itu bagian akhlak muslim.
5. Kalau kita sholat kurang lebih 1
jam atau 45 menit sebelum masuk waktu subuh bisa di bilang sholat fajar atau
sholat tahajud ustadz? Kan kalau qobliah subuh sholatnya sesudah adzan subuh?
Jawab: Lebih masuk sholat tahajud
6. Ustadz, apakah boleh kita sholat
isrok, tapi kita solat subuhnya di rumah?
Jawab: “Barang siapa shalat subuh berjamaah (di
masjid), lalu duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian shalat dua
rakaat, adalah hal itu berpahala seperti pahala satu haji dan satu umrah yang
sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. at-Tirmidzi)
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim..... Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا
أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
★★★★★★★★★★★★★★
Badan
Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba
اللَّهِ SWT
Blog:
http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage
: Kajian On line-Hamba Allah
FB
: Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment