Home » , , » Peliharalah Iman , Berkumpulah Dengan Orang Shalih

Peliharalah Iman , Berkumpulah Dengan Orang Shalih

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Thursday, January 2, 2020


Rekap Kajian Online Hamba Allah G-5
Hari, Tgl : Rabu, 13 Maret 2019
Materi : Peliharalah Iman , Berkumpulah Dengan Orang Shalih
Nara Sumber : Ustadz Trisatya Hadi Lubis
Waktu Kajian :19:30-21:00
Notulen: Bunda Saydah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

MATERI

Peliharalah Iman, Berkumpullah dengan Orang Shalih

Dalam kitab Al-Arba’in fi Ushul al-Din, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa berkawan dengan orang baik karena Allah adalah salah satu pilar memperkuat agama (Kitab Al-Arba’in fi Ushul al-Din, hal. 63).
Allah SWT berfirman:
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba jika mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut: 41).

Pergaulan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemikiran, lebih-lebih keimanannya. Seseorang dapat menjual iman, karena tergiur tipuan kawannya. Sebaliknya, seseorang bisa menjadi orang shalih karena selalu dinasihati teman dekatnya atau meneladani teman teman sekumpulannya yang memiliki akhlak yang yang mulia. Sehingga kita bisa menilai lebih awal jika kita ingin berteman dalam kebaikan atau dalam keburukan dengan melihat siapa kawan sekelilingnya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang dapat dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah di antara kalian melihat seseorang dari siapa mereka bergaul.” (HR. al Hakim).

Siapa yang harus dijadikan kawan dekat, sejatinya adalah orang baik orang yang berilmu. Sebab sedikit atau banyak akan mempengaruhi pemikiran kita.

Dituturkan oleh Rasulullah SAW bahwa, ”lebih baik bersendiri dari pada bergaul dengan orang-orang yang rusak. Dan lebih baik bergaul dengan orang-orang baik daripada menyendiri (HR. Al Hakim).

Siapa orang baik tersebut menurut islam :
Orang baik (ahl al-khoir) adalah orang yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Individu yang baik ini adalah orang yang beradab. Bukan sekedar beretika, tapi juga bertauhid.

Syed Muhammad Naquib al-Attas mendefinisikan orang baik sebagai orang yang mengamalkan adab secara menyeluruh.

Pengamalan adab ini meliputi adab kepada Allah SWT, sebagai tingkatan adab tertinggi. Kemudian adab dengan sesama manusia, kepada ilmu, kepada alam dan sebagainya. Adab-adab ini dipandang dengan kacamata tauhid.

Karena orang baik (insan adabi) memberi pencerahan dalam segala aspek bidang kehidupan, makanya Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk bergaul dan berkumpul dengannya.
Orang yang demikian akan melihat realitas secara konstan dari kacamata ketuhanan – sebagai fondasi utamanya, aktivitas selalu dalam kebaikan, tutur katanya baik karena berasal dalam hati yang bersih. Orang yang demikianlah yang dimaksud Rasulullah SAW untuk kita pergauli. Tidak memberi faedah kecuali faedah agama.

Ibrâhim al-Khawwâsh rahimahullah berkata:
Penawar hati itu ada lima : membaca al-Qur’an dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa-pen), qiyâmul lail (shalat malam), berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum Shubuh), dan duduk bersama orang-orang shalih”

Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang dzalim dan lalai bisa membutakan hati.
Allah SWT bersabda: “Dan janganlah kamu condong kepada orang-orang dzalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka. Dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain dari Allah SWT, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (HR. QS. Hud: 113).

Condong dalam ayat tersebut di atas maksudnya, mendukung, melapangkan jalan, memuji-muji dan bersekutu bersama mereka. Tujuannya tidak lebih untuk kepentingan materialistik.

Setiap kita bergaul secara akrab dengan orang-orang lalai maka, saat itu iman kita mengalami pelemahan (Kitab Al-Arba’in fi Ushul al-Din, hal. 61). Duduk bersama orang-orang fasik oleh Rasulullah SAW dikaitkan dengan kadar keimanannya. Tidak mungkin orang beriman bergaul akrab bersama mereka dalam bersekutu melakukan aktifitas tidak baik.

Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia duduk (di suatu majelis) yang dihidangkan padanya minuman keras.” (HR. Abdu Dawud dan Ibn Majah).

Ketika kita memiliki kecondongan kepada mereka, maka segeralah memutus kecondongan itu. Sebab dikhawatirkan akan mendapatkan kemungkaran. Karena mereka sangat pandai dalam tipu daya dan penipuan. Terkecuali jika kita memiliki misi khusus, berbekal ilmu akan mendakwahi mereka. Sikap ini bukan dinamakan memiliki kecondongan sebab tujuannya adalah dakwah.

Berkawan dengan orang shalih membawa dampak yang baik, karena kawan itu akan mempengaruhi kawannya. Jika kawan itu shalih akan membawa kepada kebaikan, sebaliknya jika kawan itu buruk akan membawa kepada keburukan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini di dalam hadits shahih sebagaimana riwayat berikut ini:

Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau  mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar  pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.

Pernah Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz mendapat laporan tentang adanya suatu kaum yang sedang meminum khamr. Beliaupun memerintahkan agar mereka semua dicambuk. Kemudian seseorang berkata kepada beliau; “Sesungguhnya di antara mereka ada orang yang sedang berpuasa.”

‘Umar bin Abdul ‘Aziz menjawab:
“Mulailah darinya (dalam mencambuk). Tidakkah kalian mendengar firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan kepada kalian di dalam al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah SWT diingkari dan diperolok-olok, maka janganlah kalian duduk bersama mereka. Sehingga mereka pindah kepada pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (jika kalian berbuat demikian), maka tentulah kalian serupa dengan mereka.” (QS. Al-Nisa’ : 140).

Hal yang perlu digaris bawahi di sini adalah, sebenarnya bergaul dengan siapa pun kita mesti memiliki cara pandang Islam yang kokoh. Semua harus atas dasar berukhuwah karena Allah SWT. Jika kita ingin memasuki majelis orang-orang fasik, maka pertama-tama yang harus dipertanyakan dalam hati adalah, atas dasar apa kita masuk dalam majelis itu?

Jika dasarnya adalah karena Allah SWT dengan maksud berdakwah, maka itu adalah langkah baik. Memberi nasihat, meluruskan padangan orang-orang fasik dan mengajak bertaubat. Jika kita mendapati sebuah majelis di dalamnya ajaran Islam dihina, maka jika kita mampu maka luruskan mereka atau janganlah duduk-duduk bersama. Jika kita diam, berarti kita setuju dengan mereka.

Namun, jika iman kita masih lemah. Terlalu mudah terbuai godaan, maka lebih baik tidak memasukinya, dan sebaliknya bergabunglah bersama orang-orang shalih.
Faedah bergaul dengan orang shalih ada dua, yaitu: mengambil ilmu dan menjaga keimanan agar tetap konstan.

Iman itu diperkuat dengan ilmu, maka hendaklah kita mengambil faedah ilmu dari orang shalih agar keimanan selalu terjaga.

Selanjutnya setelah berkawan dan berkumpul dengan orang orang sholih kita juga harus sabar atasnya sebagai rangkaian ujian bagi orang beriman.

“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” [Al-Kahfi/18: 28]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memerintahkan Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar beliau bersabar bersama orang-orang Mukmin, orang-orang yang beribadah, orang-orang yang banyak kembali (bertaubat) kepada Allâh. Yaitu orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari, yaitu di awal dan akhir siang, mereka mengharap keridhaan-Nya. Allâh Azza wa Jalla menyifati mereka dengan ibadah dan ikhlas dalam beribadah.

Oleh karena itu, termasuk nikmat Allâh Azza wa Jalla yang paling besar bagi seorang Mukmin yang tetap terjaga dalam keimanannya  adalah  berkawan dan berkumpul dengan orang-orang shalih. Dan termasuk hukuman dari Allâh Azza wa Jalla adalah menjadikannya berkawan dan berkumpul dengan orang-orang yang buruk.

Berkawan dengan orang-orang shalih akan menghantarkan hamba menuju puncak derajat yang tinggi, dan berkawan dengan orang-orang buruk akan menghantarkan hamba menuju tingkatan paling rendah dari neraka, pilihan ada di kita.

Wallahu a’lam

Sumber: Hidayatullah & almanhaj

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

REKAP TANYA JAWAB

1. Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh. Izin bertanya pak ustadz. Kondisi saat ini sebagai ibu-ibu yang mengantar anaknya sekolah terkadang dihadapkan dengan kumpulan ibu-ibu yang suka bergosip. Jika kita memilih tidak ikut serta duduk dengan mereka dan memilih mencari kawan yang mengajak kebaikan. Apakah kita termasuk orang sombong?  Karena sudah mencoba berkumpul dengan ibu-ibu tersebut merasa tidak ada kebaikan didalamnya selain ikut bergosip dan sudah mengajak mereka kearah kebaikan tapi selalu ditolak dan kita dianggap sok suci. Apakah sikap kita ini termasuk memutuskan silaturahmi apa tidak? Tapi kita tetap sekedar say hai aja kalo ketemu tapi menghindari berkumpul dengan mereka.
Jawab: Tidak merupakan kesombongan dihadapan Allah. Meninggalkan kemungkaran bagus bunda berpahala, namun jika kita mempunyai kemampuan, kekuatan keilmuwan, komunukasi yang baik untuk menyeru kepada kebaikan itu menjadi fardhu ain bagi setiap muslim. Minimal doakan mereka untuk mendapatkan hidayah.


2. Izin bertnya ustadz, dikatakan penawar hati ada 5, salah satunya berdoa di waktu Sahar. Pertanyaannya samakah berdoa di waktu sahar dengan Sholat Fajar/ berdoa setelah sholat fajar?
Jawab: Waktu Sahar waktu akhir sebelum masuk sholat shubuh. Sholat qabliyah shubuh disebut juga sholat fajar. dinamakan shalat fajar, karena shalat ini dilaksanakan tepat setelah terbit fajar, sebelum sholat shubuh. Doa di waktu sahar adalah doa pada waktu sebelum fajar terbit/shubuh.


3. Assalamualaikum pak Ustadz. Ijin bertanya, saya punya sahabat yang sekarang ini sudah semakin renggang karena sahabat saya lebih memilih dekat dengan teman-temannya yang non muslim, saya akhirnya menjauh dari mereka, karena saya merasa tidak nyaman berlama-lama dengan mereka. Apakah langkah saya ini benar, apa yang harus saya lakukan untuk sahabat saya, karena sejujurnya saya tidak suka jika sahabat saya terlalu akrab dengan teman-temannya yang non muslim. Saya khawatir sahabat saya nantinya terpengaruh dengan pergaulan mereka.
Jawab: Semangat untuk mengingatkan sahabat kita, tetap menjaga silaturahmi apalagi tahu bakalan terjerumus kepada kemungkaran, menjadi kewajiban kita sesama muslim sebagai khairu ummat (umat terbaik). Namun tetap ada prioritas, ada kebaikan-kebaikan lain yang bisa kita lakukan. Terhadap teman bunda tetap doakan.


4. Ustadz, boleh tidak kita berbuat baik dengan yang beda agama, soalnya dia sering curhat ke saya, maksudnya sekedar dengerin curhatnya gitu?
Jawab: Sepanjang tidak mengganggu akidah baik dalam pikiran dan perbuatan, sebatas menjaga hubungan sesama manusia itu bagian akhlak muslim.


5. Kalau kita sholat kurang lebih 1 jam atau 45 menit sebelum masuk waktu subuh bisa di bilang sholat fajar atau sholat tahajud ustadz? Kan kalau qobliah subuh sholatnya sesudah adzan subuh?
Jawab: Lebih masuk sholat tahajud


6. Ustadz, apakah boleh kita sholat isrok, tapi kita solat subuhnya di rumah?
Jawab: Barang siapa shalat subuh berjamaah (di masjid), lalu duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, adalah hal itu berpahala seperti pahala satu haji dan satu umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. at-Tirmidzi)





•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim..... Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


★★★★★★★★★★★★★★
Badan Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba اللَّهِ SWT
Blog: http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!