Rekap Kajian
Online Hamba اللَّهِ Ummi
G6
Hari, Tgl:
Rabu, 31 Juli 2019
Materi:
Syakhsiyah Islamiyah
Sesi 1: Adab
Sebelum Menuntut Ilmu
Narasumber:
Ustadz Cipto
Waktu
Kajian: 15.56-17.56 WIB
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Insya Allah sesi berbagi hari ini tentang
Adab Sebelum Menuntut Ilmu
Bagi yang sudah mudah-mudahan jadi
refresh ya, juga bisa melengkapi, semoga menjadi keberkahan buat kita semua...
Aamiin
Sebelum berbicara tentang adab tentu kita
semua tahu tentang keutamaan menuntut ilmu ya.
Berikut beberapa dalil tentang keutamaan
ilmu dan menuntut ilmu:
Az-Zumar 39:9
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى
ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَۗ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Katakanlah,
“Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima
pelajaran.
Dan Allah juga berfirman Al-Mujadilah
58:11
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟
يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْۖ وَإِذَا
قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah,
niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa
yang kamu kerjakan.
Peninggian derajat menunjukkan kemuliaan
yang besar, mencakup ketinggian maknawi (jiwa) di dunia dengan kedudukan luhur
dan citra baik, dan kedudukan hissiyah (fisik) di akhirat dengan kedudukan
tinggi di surga. (Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalanni, fathul bari, syarh Syahih Bukhari 1/141)
Adapun dalil tentang keutamaan ilmu dan
wajib mencari tambahan ilmu adalah firman Allah yang memerintahkan rasul SAW:
Thaa Ha 20:114
فَتَعَٰلَى
ٱللَّهُ ٱلْمَلِكُ ٱلْحَقُّۗ وَلَا تَعْجَلْ بِٱلْقُرْءَانِ
مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰٓ
إِلَيْكَ وَحْيُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدْنِى
عِلْمًا
Maka
Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad)
tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan
katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”
Allah tidak pernah memerintahkan Nabi-Nya
untuk mencari tambahan sesuatu selain ilmu. Dan yang dimaksud ilmu di sini
adalah ilmu syar'i yang membuat seorang hamba bisa mengenal Allah SWT, dan mengenal kewajiban sebagai mukallaf,
barulah urusan agamanya dalam ibadah dan muamalahnya.
Allah telah memuliakan ilmu dan ulama
dengan memberi mereka karunia yang banyak, Allah berfirman:
Al-Baqarah 2:269
يُؤْتِى
ٱلْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن
يُؤْتَ ٱلْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا
كَثِيرًاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ
أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Dia
memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah,
sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.
Imam mujahid ra berkata "Allah
menganugrahkan Al hikmah artinya ilmu dan kefahaman." (Imam Abu Bakr Al
Ajiiri, Akhlaq Ulama, Hal 9).
Dan yang memperkuat lagi urgensi ilmu dan
bahwa mencarinya adalah mutlak dibutuhkan, Firman Allah ta'ala:
Muhammad 47:19
فَٱعْلَمْ
أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا
ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَىٰكُمْ
Maka
ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan
mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.
Allah dalam ayat di atas mendahulukan
ilmu sebelum amal.
Demikian beberapa motivasi qurani tentang
menuntut ilmu.
Dalam menuntut ilmu ada beberapa adab
yang perlu diperhatikan, namun sebelumnya perlu kiranya diketahui tentang
pentingnya adab tersebut.
Burhanuddin az-Zarnuji berkata,
“Orang-orang yang hadir di majlis ilmu itu banyak, namun mengapa yang keluar
(berhasil) hanya sedikit? Hal itu, karena kebanyakan mereka tidak mengerjakan
adab penuntut ilmu.”
Ibnul Mubarak berkata, “Aku belajar ilmu
selama dua puluh tahun, dan aku belajar adab ilmu selama tiga puluh tahun.”
Ibnul Kharrath al-Isybiliy menyebutkan
dari sebagian ahli ilmu, ia berkata, “Janganlah meremehkan adab, karena
barangsiapa yang meremehkan adab, maka ia akan meremehkan sunah-sunah, dan
barangsiapa yang meremehkan sunah-sunah, maka ia akan meremehkan yang
wajib-wajib.”
Adab
Penuntut Ilmu
Berikut ini beberapa adab penuntut ilmu
yang perlu diperhatikan:
1.
Jujur
dan Ikhlas
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At
Taubah: 119)
Rasulllah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya amal itu
tergantung niat, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
memberitahukan, bahwa orang yang pertama kali menjadi bahan bakar neraka adalah
tiga orang, yang salah satunya adalah orang yang belajar agama dan
mengajarkannya agar disebut sebagai orang ‘alim, dan orang yang membaca Alquran
agar disebut qari’ (sebagaimana dalam hadis riwayat Muslim), nas’alullahas
salaamah wal ‘aafiyah.
Oleh karena itu, hendaknya seorang
penuntut ilmu meniatkan di hatinya untuk menggapai ridha Allah dan mendapatkan
kampung akhirat, menyingkirkan kebodohan dari dirinya serta menghilangkan
kebodohan yang menimpa orang lain. Dia pun hendaknya berniat untuk menegakkan agama
Islam dan menjaganya, karena Islam terjaga dengan ilmu. Sikap zuhud dan takwa
pun tidak mungkin dicapai dengan kebodohan.
Demikian sebagai pengantar tentang adab
pertama dalam menuntut ilmu, silahkan jika ada tambahan dan yang mau
didiskusikan...
Ikhwati fillah rahimakumullah
keutamaan-keutamaan tadi mungkin akan berasa jauh dari diri kita karena ada
faktor-faktor yang menyebabkan hadirnya keutamaan tadi, di antara faktor
tersebut adalah adab dalam menuntut ilmu yang mungkin jarang sekali diperhatikan.
Nah kita akan bongkar satu persatu adab-adab dalam menuntut ilmu, semoga jadi
serial kajian syaksiyah islamiyah ya...
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA
JAWAB
1.
Bismillaah. Bahasan kali ini menarik nih,
Ustadz. Kadang suatu ketika ingin memberitahukan sesuatu tapi terhalang karena
beliau lebih tua, misal di sebuah grup wa. Tahu bahwa yang beliau sampaikan
tidak sesuai syariah, tapi sungkan sekali untuk memberitahunya, Ustadz walau
hanya melalui japri. Asumsi hati kecil ingin memberitahu tapi takut dicap sok
tahu, sok benar, sok alim. Astaghfirulloh. Karena sering dalam situasi seperti
tersebut, menurut ustadz, jika dalam situasi seperti ini, adab apa yang musti
dilakukan? Jazakallah khoir.
Jawab:
Na'am banyak cara menyampaikan tapi tetap
mencari cara paling tepat dan ahsan dan bukan untuk jiddal (debat atau adu
argumen geje). Bisa dibuka dengan usulan atau saran dengan mendasarkan pada
dalil, nanti perlu dipahami perbedaan antara saran dan nasehat ya. Lebih ke
strategi taktis komunikasi termasuk penggunaan diksi atau pilihan kata yang
pas.
2.
Nah ini ustadz, bagaimana cara penyampaian saran
dan nasihat yang ahsan tanpa terkesan menggurui?
Jawab:
Minta saran beliau dengan menyampaikan
keterangan dalil setelah itu cukup menurut saya, apapun jawaban beliau, ingat
bukan untuk jiddal dan urusan menang-menangan ya.
3.
Izin bertanya. Jika awalnya kita berniat
membantu orang, case-nya jika kita berjualan, dan ada orang yang minta dibantu
untuk bayar cicil dan akhirnya kita memberikan harga tanpa mengambil untung
apa-apa, selain itu bisa dicicil 2X. Singkat cerita orang yang dibantu ini
selalu mengelak membayar, sampai akhirnya 5 bulan berlalu tanpa ada cicilan
sama sekali. Didatangi juga selalu mengelak, sedangkan kita juga membutuhkan
uang tersebut. Hati kita yang dulu iba, ikhlas, lama-lama jadi jengkel.
Sepertinya niat kita juga sudah berubah sudah tidak ikhlas lagi membantu. Apa
yang harus saya lakukan? Karena kami jadi ingin mengejar dia terus karena
perlu. Terimakasih.
Jawab:
Secara hak personal ingatkan dan kalau
sudah dan memang yang bersangkutan kesulitan, sampaikan secara clear
diikhlaskan saja. Nah perkara keikhlasan ini yang memang harus terus dilatih,
insya Allah karuniaNya lebih luas dari itu dan selamat menikmati keikhlasan. Deklarasi
untuk mengikhlaskan ini penting agar yang bersangkutan memahami dan diri ini
juga jadi punya pagar atau pengingat.
4.
Seorang teman bercerita, dia enggak mau hadir di
kajian ustadz Fulan karena ustadz tersebut banyak syubhatnya. Benarkah sikap
teman saya tersebut?
Jawab:
Bisa jadi benar, bisa jadi salah. Namun
ada pameo "perhatikan apa yang dibicarakan, jangan lihat siapa yang
berbicara." Bahkan belajar (mengambil hikmah) dari hewan sekalipun. Ini
membangun adab dalam menuntut ilmu
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita
tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim.....
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا
أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
★★★★★★★★★★★★★★
Badan
Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba
اللَّهِ SWT
Blog:
http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage
: Kajian On line-Hamba Allah
FB
: Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment