Kajian Online Hamba Allah SWT
107 nanda Hamba Allah SWT
Narasumber : Ustadzah Rochma Yulika
Materi : Berbakti kepada kedua orang tua
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
pagi ini انشـــــاءاَللّهُ
kita akan membahas tema berbakti kpd orang tua
Terdapat banyak ayat yang mendudukkan ridha
orang tua setelah ridha Allah dan keutamaan berbakti kepada orang tua adalah
sesudah keutamaan beriman kepada Allah. Allah berfirman yang artinya,“Dan Kami
perintahkan kepada manusia kepada dua orang ibu-bapanya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu.”(QS. Lukman: 14). Lihat pula QS. al-Isra 23-24,
an-Nisa 36, al-An’am 151, al-Ankabut 08.
Ada lima kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya
v Pertama,
tidak ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau tercium dari
kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap
bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal tersebut, sebagaimana dulu
keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak enak yang muncul dari diri kita
ketika kita masih kecil. Tidak ada rasa susah dan jemu terhadap orang tua
sedikit pun.
v tidak
menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.
v Kedua,
mengucapkan ucapan yanglemah lembut kepada keduanya diiringi dengan sikap sopan
santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak memanggil keduanya
langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan keduanya. Tidak
menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi hendaknya pandangan
kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan ketawadhuan. Allah
berfirman yang artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24)
Urwah mengatakan jika kedua
orang tuamu melakukan sesuatu yang menimbulkan kemarahanmu, maka janganlah
engkau menajamkan pandangan kepada keduanya. Karena tanda pertama kemarahan
seseorang adalah pandangan tajam yang dia tujukan kepada orang yang dia marahi.
v Ketiga,
berdoa memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai balasan
kasih sayang keduanya terhadap kita.
v Kelima,
bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati keduanya
selama tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat berkeinginan
untuk memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang
seorang anak kepada orang tuanya.
Perintah Allah untuk berbuat
baik kepada orang tua itu bersifat umum, mencakup hal-hal yang disukai oleh
anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh anak. Bahkan sampai-sampai
al-Qur’an memberi wasiat kepada para anak agar berbakti kepada kedua orang
tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang kafir.
“Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku
lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.
Lukman: 15)
v Orang
Tua Ridha dan Mendoakan
Jika seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya, tentu keduanya akan senang, dan pertanda ridhanya kepadanya. Kemudian mendoakannya, sedangkan doa orang tua itu pasti terjawab.
Jika seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya, tentu keduanya akan senang, dan pertanda ridhanya kepadanya. Kemudian mendoakannya, sedangkan doa orang tua itu pasti terjawab.
Ada tiga orang yang doanya
mustajab dan hal tersebut tidak perlu diragukan lagi. Tiga orang tersebut
adalah doa orang yang teraniaya. Doa orang yang sedang bepergian dan doa orang
tua untuk kebaikan anaknya. (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh al-Abani)
v Anak Kita Akan Berbakti Kepada Kita
Sikap bakti adalah hutang, maka sebagaimana kita berbakti kepada orang tua kita, maka anak kita pun akan berbakti kepada kita.
Sikap bakti adalah hutang, maka sebagaimana kita berbakti kepada orang tua kita, maka anak kita pun akan berbakti kepada kita.
v Tidak
Akan Menyesal
Seorang anak yang tidak berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan penyesalan ketika keduanya sudah meninggal dunia dan belum sempat berbakti.
Seorang anak yang tidak berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan penyesalan ketika keduanya sudah meninggal dunia dan belum sempat berbakti.
v Dipuji
Banyak Orang
Bakti kepada kedua orang tua adalah sifat yang terpuji dan orang yang memiliki sifat ini pun akan mendapatkan pujian. Kisah Uwais al-Qorni adalah diantara dalil tentang hal ini.
Bakti kepada kedua orang tua adalah sifat yang terpuji dan orang yang memiliki sifat ini pun akan mendapatkan pujian. Kisah Uwais al-Qorni adalah diantara dalil tentang hal ini.
v
Merupakan Sifat Para Nabi
Tentang Yahya ‘alaihis salam Allahta’ala berfirman, “Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 14)
Tentang Isa ‘alaihis salam Allah ta’alaberfirman, “Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”(QS. Maryam: 32)
Tentang Ismail ‘alaihis salam Allahta’ala berfirman, “Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?’ Ia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.”(QS. ash-Shaffat: 102)
Tentang Yahya ‘alaihis salam Allahta’ala berfirman, “Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 14)
Tentang Isa ‘alaihis salam Allah ta’alaberfirman, “Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”(QS. Maryam: 32)
Tentang Ismail ‘alaihis salam Allahta’ala berfirman, “Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?’ Ia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.”(QS. ash-Shaffat: 102)
*Tanya jawab*
TANYA :
Gimana sikap kita untuk menolak
ajakkan atau kehendak orgtua menyuruh kita untuk membenci seseorang?
JAWAB :
ü kita
hrus tau apa alasan ortu menyuruh kita membenci orang itu, kalo bukan alasan
syar'i maka tidak boleh dituruti dan ortu harus dinasehati dengan baik agar tidak
membenci orang itu. tp klo alasan membencinya krn org itu adalah pencuri,
pezina, tukang judi, dan orang yg suka berbuat maksiat lainnya maka kita harus
membencinya karena perbuatannya.
TANYA :
Bagaimana menahan emosi jikalau kita sama²
ego? JAWAB :
ü intinya
menahan emosi adalah sabar. caranya jika kita marah dlm posisi berdiri, maka
duduklah, klo sedang duduk maka berbaringlah. bgini ukh ofi, kita perlu sadari
kadang org tua itu keinginannya ingin sll dituruti olh anaknya. nah kita harus
maklumi itu dlu sbg hal yg wajar. kita B's bayangkan klo kita sendiri yg
menjadi ortu, sudah membesarkan anak dan mendidiknya maka ingin sekali mendapt
balasan setidaknya dituruti saja keinginannya. kalo kita punya pendapat lain
atau tdk setuju dg sikap ortu, maka komunikasi yg baik dan mengedepankan
ihtirom adalah solusi terbaik.
1. Bagaimana kalau orang tua nya sering
menyakiti secara verbal?
2. dan misalnya orangtua nya bercerai, kemudian saling menjelekkan satu sama lain di depan anak tanpa memikirkan perasaan anak...
2. dan misalnya orangtua nya bercerai, kemudian saling menjelekkan satu sama lain di depan anak tanpa memikirkan perasaan anak...
ü Orang tua
yang suka bersikap kasar dan menunjukkan pertengkaran di depan anak alasan
pertamanya krn mrk tdk memiliki ilmu ttg hubungan orang tua dan anak bahkan
hubungan antar manusia yg baik itu spt apa. intinya di ilmu dan pemahaman mrk
yg belum sampai. jadi solusinya harus ada pelajaran buat mrk supy mrk tau mana
yg salah dan benar. klo sudah tau mana yg salah/ tdk baik dan mana yg benar tp
masih juga bersikap spt itu maka yg perlu diperbaiki adalah kesabarannya. krn
pertengkaran itu disulut olh emosi, dan emosi hanya dpt diredam dg sabar
ü Seorang
lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya.
Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas
kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin,
bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?”
“Betul,” jawab Umar.
“Apakah hak sang anak?”
“Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”
Rasulullah saw. sangat menekankan agar kita memberi nama yang baik kepada anak-anak kita. Abu Darda’ meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab Adab, hadits nomor 4297).
Karena itu Rasulullah saw. kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek dengan nama baru yang baik. Atau, mengganti julukan-julukan yang buruk kepada seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif. Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd (yang diberi petunjuk). Rasulullah saw. memanggil Aisyah dengan nama kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang.
Jadi, adalah sebuah bentuk kejahatan bila kita memberi dan memanggil anak kita dengan sebutan yang buruk lagi dan bermakna menghinakan dirinya.
“Betul,” jawab Umar.
“Apakah hak sang anak?”
“Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”
Rasulullah saw. sangat menekankan agar kita memberi nama yang baik kepada anak-anak kita. Abu Darda’ meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab Adab, hadits nomor 4297).
Karena itu Rasulullah saw. kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek dengan nama baru yang baik. Atau, mengganti julukan-julukan yang buruk kepada seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif. Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd (yang diberi petunjuk). Rasulullah saw. memanggil Aisyah dengan nama kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang.
Jadi, adalah sebuah bentuk kejahatan bila kita memberi dan memanggil anak kita dengan sebutan yang buruk lagi dan bermakna menghinakan dirinya.
Kita
tutup majelis ini dengan doa kafaratul majelis
Doa Kafaratul Majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT