Hari / Tanggal : Kamis, 18 September 2014
Narasumber : Ustadzah Dianda
Editor : Linda / Nofita
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بسم الله الرحمن الرحيم
Ketika ibu marah ke anaknya, bagaimana solusinya?
Waktu lalu kita sudah membahas mengenai marah dalam pengasuhan anak. Apa itu marah, Hal-hal yang dapat membuat kita marah.
Dan 3 rasa marah:
1. Rasa Pikir,
2. Rasa Fisik, dan
3. Rasa Perilaku.
Terutama pada anak-anak usia dini, sebetulnya kita itu tidak perlu marah pada anak. Karena anak itu tidak melakukan perbuatan secara bertujuan, melainkan hanya bentuk tampilan dari dorongan alamiah dalam dirinya. Dorongan-dorongan alamiah ini, sebutan kerennya "tugas/tahapan perkembangan" jadi bukannya mereka lari-lari karena pengen merusak barang-barang tapi ya karena secara alamiah energi mereka yang sedang tinggi, kontrol perilakunya rendah. Jadi sangat impulsif ke kita ini. Sebagai ibu, marah terutama karena kita dalam kondisi capek, stress, sedang ada masalah, dan seterusnya. Sehingga anak menjadi pelampiasan.
Jadi, bagaimana cara melarang anak?
Ada beberapa prinsip-prinsip dasar:
1. Jangan melarang anak melakukan hal-hal yang sedang dalam masa/tugas perkembangannya.
Kenapa? Karena ini cenderung menghambat anak untuk berkembang secara alamiah, tubuh anak sedang mempersiapkan dirinya untuk naik kelas ke level lebih tinggi. Misal pada usia 3-6 tahun anak sedang suka berlari-lari, teriak-teriak, lompat-lompat karena energinya sedang banyak dorongan untuk menyempurnakan perkembangan otot motorik kasar dan keseimbangan ini penting untuk kemampuan belajar akademis nantinya. Tidak usah dilarang-larang, percuma juga sih. Anaknya bakal tetap saja lari-lari, kita yang stress.
2. Bersikap tegas dan konsisten.
Sampaikan pada anak dengan tegas apa-apa saja yang ia boleh dan tidak boleh lakukan. Yang paling penting dan kadang yang paling susah adalah konsistensi. Kalau bisa, ibu kuasai seluruh rumah supaya kakek-nenek-pembantu semuanya menerapkan aturan yang sama pada anak.
3. Jelaskan ke anak kenapa hal-hal itu dilarang.
Ibu-ibu, sangat tidak disarankan melarang dengan menakut-nakuti, mengiming-ngimingi, membohongi dan melarang tanpa alasan. Kenapa? Karena anak perlu tahu sebab dia dilarang. Jelaskan dengan bahasa yang sederhana. Ini mengembangkan daya nalar anak. Perbendaharaan kata, juga nilai-nilai moral.
4. Berikan konsekuensi, bukan hukuman apalagi hukuman fisik.
Nah, sebisa mungkin, beri anak konsekuensi yang sesuai dengan perbuatannya. Misal dilarang makan permen lebih dari 1 per hari. Tahunya dia makan permen 2. Yaa berarti jatah permen besok hilang. Kenapa? Silahkan dijelaskan. Misalnya, kalau adik makan permen banyak-banyak giginya bisa rusak dan sakit gigi. Nanti mesti dokter dan begitu-begitu.
Hak anak bukan di hukum. Makan permen, kemudian dicubit. Apa hubungannya? Anak jadi bingung. Terus marah deh, makin anak pinter, makin marah. Karena dikit-dikit ujungnya dicubit. Hal ini membuat anak kita menjadi kebal sama cubit-cubitannya. Cara ini meningkatkan awareness anak-anak juga.
Kontrol diri juga. Misalnya: aku gak boleh banyak makan manis, nanti gigi bolong. Harus sering sikat gigi.
5. Tahan dengan tantrum.
Apa itu tantrum? Tantrum adalah episode marah anak, terutama usia <5 tahun. Yang menunjukkan dia tidak mau mengerjakan hal-hal yang kita suruh, atau meminta sesuatu yang kita larang. Contoh tantrum: anak-anak menangis-nangis, menjerit-jerit, teriak-teriak, guling-gulingan di lantai, pegang kaki, dsb.
Sabar saja yaa ibu-ibu. Tapi jangan dipedulikan perilakunya (*bukan anaknya*). Tetap konsisten dengan aturan dan biarkan anak tantrum selama tidak merugikan dirinya dan orang-orang lain. Ajak bicara dengan lembut dan tetep konsisten. Kalau anak mulai pukul-ukul, pegang tangannya supaya dia tidak jadi memukul, juga kakinya jika hendak menendang-nendang. Atau peluk kencang sampai anak tenang.
Tantrum adalah fase. Perlu untuk proses belajar anak tentang cara mengendalikan diri. Anak yang tantrum dan dituruti, besarnya cenderung mudah melawan aturan dan semaunya sendiri, dst.
6. Selama periode larang-larangan di atas. Usahakan kita hilangkan emosi ya. Kalau marah bilang saja "ummi marah, soalnya adek...." begitu lebih jelas. Tapi jangan marah-marah. Berbeda ya. Anak belajar baca emosi dan tahu apa yang diharapkan dari situasi-situasi yang menimbulkan emosi tersebut. Setelah proses "kontrak" (penjelasan dilarang sampai konsekuensinya), nada bicara dapat diturun lagi. Lupakan nada tegas tadi. Mulai dengan nada baru yang lembut. Jadi anak cooling off juga. Alihkan perhatian dengan tanya mainan ini itu. Tadi ngapain aja, atau boleh juga feedback dengan bertanya "tadi kakak kenapa sih begini begitu? Emangnya marah sama bunda ya?" Belajar komunikasi terbuka, yang baik dan pengenalan emosi ke anak.
Kalau dirangkum-rangkum ini judulnya proses disiplin pada anak. Dan proses ini sejatinya adalah proses pengajaran disiplin. Jadi intinya adalah anak belajar, bukan anak "didisiplinkan alias dipukul dst"
Baiklah sekian dulu materinya. Mudah-mudahan bermanfaat yaa..
Wallahualam bisshawab.
PERTANYAAN:
- Assalamu'alaikum bunda, anak saya laki-laki berumur tahun, saat ini sedang sekolah TK B. Perkembangannya lebih lambat dari saudara-saudaranya yang lain, bicaranya juga masih kurang jelas, mungkin karena pengaruh dulu pernah terkena step sewaktu berumur 1 tahun sebanyak 2x. Saya harus ekstra bersabar untuk mengajarinya bun, karena anaknya aktif sekali, rangsangan atau proses apa yang harus saya lakukan agar dianya berkembang sesuai dengan umurnya, terutama bicaranya bun dan semangatnya untuk belajar, walaupun mugkin sebenarnya diusianya sekarang masih dalam proses bermain ya bun.
- Assalamuallaikum Ustadzah. Anak saya laki-laki, usia 5,8 & 4,5 tahun. Kadang ada masanya anak tidak mau mendengar perkataan orang tuanya, sudah diberikan alasan logis atau diberi konsekuensi dengan dicabut haknya atau kesenangannya, tetep tidak di dengar, misal "kalau batuk ditutup, jangan diarahkan ke orang lain, nanti adiknya ketularan", dia malah sengaja ngebatukin adiknya, akhirnya kena juga sentilan di mulutnya, nah menghadapi anak seperti ini bagaimana? Apakah salah jika kita memberikan hukuman pada fisiknya yang melakukan kesalahan misal sentilan dimulut jika mulutnya tidak baik, ditangan jika tangannya suka memukul atau mendorong orang lain sampai membahayakan, dsb. Karena saya merasa harus menegaskan si abang, karena adiknya yang pada dasarnya patuh menjadi ikut-ikutan abangnya. Jikalau sudah diberi peringatan masih juga bandel, bolehkah diberi hukuman ustadzah?
- Hukuman seperti apa ustadzah yang boleh diberikan ke anak usia 3-6 thn.
- Ustadzah, anak saya laki-laki 5,4 tahun TK B sekarang sedang senang jajan di luar. Kalau ke sekolah tidak mau bawa bekal, walaupun sudah dibuati bekal yang bervariasi. Masakan di rumah juga dimakan. Adakah batasan jajan untuk anak ustadzah? Baik atau tidak ustadzah setiap kali anak ke sekolah, pergi les, pergi ngaji diberi uang saku? Sedangkan anak-anak komplain karena teman-temannya juga sudah diberikan uang jajan.
- Ustadzah,anak saya perempuan 4,3 tahun, sekolah TK, bersifat manja ustadzah, apa-apa sangat mudah merengek dan minta digendong, walaupun ditempat umum tetep begitu, padahal gendong anak segitukan sudah lumayan berat, padahal saya dan suami tidak pernah memanjakanya. Apa ini karena faktor dia anak pertama/bagaimana ustadzah? dan apa yang sebaiknya saya lakukan?
- Ustadzah, saya mau tanya juga, anak saya putri usia 3 tahun 11 bulan, dia punya kebiasaan tidur sambil ngelusngelus bantal, bantalnya pun yang itu-itu saja, pernah di coba bantal yang lain tapi dia tidak mau dan juga tidak mau dikasih sarung bantal, kadang digigit-gigit ujungnya ketika dia tidur dan kalau lagi main juga diajak layaknya boneka, agak sulit juga untuk mencuci bantal yang kadang bau pesing kena ompolnya soalnya dia pegang terus, kadang juga bisa dibujuk supaya bisa dicuci tapi itu jarang sekali. Saya khawatir kebiasaannya itu sampai dia besar. Yang sulit juga ketika harus menginap di rumah orang lain, kan tidak mgkn itu bantal dibawa kemana-mana. Kira-kira bagaimana cara menghilangkan kebiasaannya itu ya? Dan akankah hal ini akan berlangsung hingga dia besar?
JAWABAN:
- Ummi, tahapan perkembangan sewaktu usia anak 1 tahun, apakah sudah pernah dicek ke dokter pengaruhnya? Boleh coba ke spesialis saraf anak. Karena penanganan ini perlu jelas sebabnya. Apa saja yang terlambat? Apakah berguling/merangkak/lompat juga terlambat? Sulit bicara, selain saraf bisa berpengaruh dari lemahnya otot area mulut serta stimulasi lingkungan yang salah. Jika faktor fisik sudah dipastikan tidak bermasalah, baru kita cek faktor lingkungan. Begitu bunda.
- Bunda, untuk hukuman ya sebisanya kita berikan konsekuensi daripada hukuman fisik. Usahakan menghukum adalah dalam rangka mereka belajar, jadi harus logis sehingga mereka bisa menarik kesimpulan. Misalnya: Kalau batuk harus tutup mulut, kalau tidak tutup mulut yang lain bisa tertular. Maka, next time dia tidak tutup mulut saat sakit. Dengan begitu, anak belajar konsekuensi. Atau kalau saya membuat supaya mulutnya tidak bisa batuk. Bagaimana yaa caranya.
- Salah-salah nanti adiknya ikut belajar menyentil. Walau kadang-kadang kita tidak sabar, tapi dicoba lagi terus saja.
- Kalau TKsepertinya belum diberikan uang jajan yaa? Jajan boleh dibelikan, tapi dibatasi ya. Yang ibu anggap kurang sehat tidak perlu dibelikan. Dan konsisten. Sekali tidak tetap tidak.
PENUTUP
Doa Kafaratul Majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Semoga Bermanfaat
Wassalamu'alaykum warahmatullah.
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT




0 komentar:
Post a Comment