Kamis, 11 september 2014
Narsum:Ustadzah Nurhamidah
Materi : Parenting
Notulen : Ningrum
Narsum:Ustadzah Nurhamidah
Materi : Parenting
Notulen : Ningrum
Assalamu'alaikum wr wb....
Mungkin ada Bunda yang sudah mengenal saya, ada yang Putra
putrinya sudah besar besar. Nah dalam hal ini mari kita berdiskusi. Kira
kira apa yang bisa kita lakukan untuk membimbing putra putri kita agar kelak. memiliki anak anak yang santun dan shalih/ah sehingga benar benar menjadi Qurrota a'yun.
Hingga saat ini, saya masih berlatih untuk menjadi Ibu yang sesuai dengan tuntunan Allah dan RosulNya.
Hingga saat ini, saya masih berlatih untuk menjadi Ibu yang sesuai dengan tuntunan Allah dan RosulNya.
Keadaan iman yang turun naik, dengan siapa kita bergaul, pekerjaan apa yang kita geluti amat sangat mempengaruhi cara kita menginterpretasikan sosok ibu yang baik bagi anak kita.
Boleh jadi antara satu bunda dengan bunda yang lain saling berbeda dalam cara dan tampilannya sebagai pendidik dalam keluarga. Namun, tentu karena kita adalah muslimah maka cara dan tampilan itu harus disesuaikan dengan nilai-nilai yang diizinkan Islam.
Biasanya keluhan para ibu, merasa tidak sabar dalam menghadapi
perubahan perilaku pada anak. Misalnya dalam membiasakan anak mandiri dalam
melakukan pekerjaan selfhelp ( menolong diri sendiri) contoh
mengambil makanan sendiri, mencuci peralatan makan dan minum
sendiri, merapikan tempat tidur sendiri, atau merapikan kamar sendiri bagi yang
sudah remaja. Apalagi kalau laki laki. Seringkali kita kesandung
tradisi, namanya anak laki laki, wajar aja berantakan. Padahal Rasul saw
mengajarkan tanpa perbedaan dalam menjaga kebersihan dan penampilan.
Penanaman nilai kemandirian pada anak dapat berhasil apabila kita
sebagai ibu dapat bersabar untuk melatih, mengingatkan, serta menjadi contoh
langsung. Sehingga anak paham bahwa rapi ini seperti yang dikerjakan ibu dan
ayah. Bersih itu seperti yang dia.lihat sehari-hari di rumah.
Pernahkah Bunda bertanya pada putra putrinya saat mereka sudah beranjak remaja atau dewasa.
Penanaman nilai kemandirian
Pernahkah Bunda bertanya pada
Nak, bagaimana kamu bersuci setelah haidh atau suatu ketika keluar mani karena.mimpi? atau memeriksa apakah cara wudhu dan shalat anak kita sudah benar? Bahkan cara berpikirnya tentang agamanya sendiri?
Jangan-jangan tanpa kita sadari, anak kita perlahan cara berpikirnya mulai bergeser. Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini di UIN Sunan Ampel atau 5 mahasiswa UI yang mengajukan menggugat UU Perkawinan yang tidak melegalkan pernikahan beda agama. naudzubillahimindzalik.
Silakan Bunda yang ingin sharing.
Jangan-jangan tanpa kita sadari, anak kita perlahan cara berpikirnya mulai bergeser. Sebagaimana yang
Silakan Bunda yang ingin sharing.
SESI DISKUSI
*Bunda Ningrum*
Bunda, mengenai memberi contoh tentang kerapian dan kebersihan
kita sudah berusaha dan memberitahukan kepada anak laki2 saya tapi sepertinya
kurang didengar kalau di rumah, tapi di sekolah dia terkenal rapi dan bersih.
Kalau diingatkan di rumah menjawab "bunda begitu aja heboh". Kalau
begitu gimana bun, apa dia pingin manja aja atau dalam hal ini meremehkan
orang tuanya?
*Ustadzah Nurhamida*
Alhamdulilah, kalau ternyata Nanda sudah dapat mewarisi nilai kebaikan dari orang tuanya.
Itu yang saya maksud perlu bersabar dalam mendampinginya menjalani proses perubahan atau penguatan nilai2 kebaikan.
Kita perlu menahan diri untuk tidak selalu mengulang hal yang sama, karena pada dasarnya ia sudah mengerti. Hanya saja karena emosinya belum sepenuhnya stabil dan perhatiannya tidak pada hal tersebut. Maka yang nampak seperti perilaku meremehkan.
Selama ia bicaranya sopan, tidak mengapa ya Bun.
Kita perlu menahan diri untuk tidak
Selama ia bicaranya sopan, tidak mengapa ya Bun.
*Bunda Rama*
Assalamualaikum, saya sangat khawatir dengan pergaulan zaman
sekarang, anak saya mau lulus SD, apakah saya salah jika saya ingin
memasukkanya kepesantren sedang anak saya belum mau karena belum bisa mandiri?
Saya sudah sering menanyakan apakah dia mau masuk
pesantren, dia jawab mau, tapi melihatnya yang masih suka main game saya jadi
khawatir dia tidak betah.
Atau nanti saja setelah lulus SMPIT baru masuk pesantren ya bunda?
Hp pun menjadi topik pembicaraan anak2, saya membelikan yang
biasa tuk komunikasi saja dibilang ketinggalan zaman, saya takut dengan hp
android dengan mudah mendownload hal yang merusak
*Ustadzah Nurhamida*
Untuk Bunda Rama, memasukkan anak ke pesantren boleh menjadi pilihan asal dengan syarat yang ketat. Kenapa? Karena ini berkaitan dengan pembentukan karakter dan kepribadian anak kita.
Syarat pertama: Ada kerelaan dari anak kita sendiri. Mengapa
harus seperti itu? Karena hal ini untuk mengurangi beban stress saat ia berpisah dari keluarga untuk pertama kalinya pada usia yang masih sangat muda dan labil.
Jika atas kerelaannya, maka ini akan membantunya untuk bertahan dan tidak mudah lemah atau cengeng saat ia merasa rindu rumah.
Yang kedua, pilih pesantren yang sesuai dengan visi kita.
Banyak pesantren menawarkan program namun sangat sedikit orang tua yang berani
menanyakan sistim pembelajaran dan pengasuhan di sana. Kasus bullying bukan milik Sekolah saja, dipesantren juga sangat kuat. Hanya saja tidak terekspos.
Perilaku Islami belum tentu kita dapatkan di pesantren.
Saya memiliki banyak teman yang memilih pesantren untuk pendidikan putra
putrinya, ternyata persoalannya sama peliknya. Namun
yang perlu digarisbawahi, anak yang hidup terpisah dari
orang tua, semakin muda usianya semakin labil kelak kepribadiannya.
Sebaiknya sebelum memutuskan untuk memasukkan anak ke pesantren, bunda perlu menjawab pertanyaan yang paling mendasar, apa tujuannya dan manfaatnya untuk anak kita.
Sebaiknya sebelum memutuskan untuk memasukkan anak ke pesantren, bunda perlu menjawab pertanyaan yang paling mendasar, apa tujuannya dan manfaatnya
Bunda Rama, silakan tetapi saran saya, Bunda persuasi ananda dan persiapkan
mental nanda sehingga ia siap selepas smp. Pastikan.hubungan Bunda terjalin dengan baik
karena selepas smp justru waktu terpenting kita untuk melihat aplikasi nilai2
yang sudah kita tanamkan sejak kecil. Jika ada yang tidak tepat atau salah, kita bisa cepat mengingatkan, kalau di pesantren, saya khawatir guru atau pengasuh di pesantren tidak punya waktu untuk memperbaikinya.
Ya Bunda, langkah Bunda sudah
*Bunda Wien*
Bunda, bagaimana cara kita menjelaskan batas- batas
pergaulan antara laki dan permpuan, dari usia Sd bun , karena yang saya lihat
pengaruh dari tontonan televisi lebih dominan bun.
*Ustadzah Nurhamida*
Bunda Wien, hemat saya,
memberikan pemahaman tentang pola pergaulan seyogianya dilakukan
sedini mungkin. Yaitu pada usia menjelang baligh, usia 8 -10 tahun kita sudah
mulai sampaikan. Kakak nanti kalau sudah baligh, kakak harus tutup aurat.
Kakak juga tidak boleh sembarangan bersalaman dengan teman laki-laki, karena itu
haram. Mengapa? Karena ia bukan.muhrim. Jika laki-laki, berikan informasi jika baligh, maka abang sudah terkena kewajiban beribadah kepada Allah, dst. Nah dalam bergaul, abang tidak boleh lagi sembarangan menepuk atau bersalaman dengan teman perempuan.
Bunda Wien, hal diatas adalah usaha. kita
membentuk fikrah nanda. Cara berpikir yang sesuai dengan tuntunan Islam.
Namun ia perlu contoh, ayah dan ibunya. Jika orang tua masih bebas bersalaman
dengan bukan muhrimnya, dampaknya nasihat bunda akan lepas begitu saja, karena ia tidak melihat konsistensi ucapan dan perbuatan.
*Bunda Ningrum*
Bunda, sekarang ini menyekolahkan anak di sekolah negeri di DKI
kan susah sekali untuk kita yang berdomisili di luar DKI. Sementara ini ada
beberapa orang tua yang menitipkan anaknya masuk ke KK saudara atau teman yang di DKI.
Hal itu apakah termasuk ikhtiar orang tua atau bukan bunda?
*Ustadzah Nurhamida*
Untuk Bunda Ningrum, iya Bun itu ikhtiar orang tua untuk mencari sekolah terbaik.
Hanya saja kita perlu kembali pada pertanyaan mendasar, untuk apakah
usaha tersebut? Apakah memang akan menjamin bahwa dengan
masuknya anak kita ke sekolah negeri terbaik, maka ia akan lulus tidakhanya nilai yang baik, tetapi juga memiliki akhlaq yang baik. Setahu saya, semakin tinggi ranking sekolah semakin keras anak-anak kita dipacu mengejar angka dan sisi emosi. Spiritualnya tertinggal.
*Bunda Lily*
Assalamualaikum bunda Mida. Semoga kabar baik untuk kita
semua...amin. Topik hari ini sangat membumi sekali, sehingga diskusi
kita bisa lebih hidup. Alhamdulillah, bukankah begitu bu Wien?
Memang kalau kita lihat ada pergeseran budaya kita dalam
kehidupan berkeluarga kita. Selain itu, tantangan hidup saat ini sangat
berat, sehingga kita sebagai orang tua juga ikut berkompetisi untuk masa
depan anak anak kita.
*Ustadzah Nurhamida*
Waalaikumsalam. Benar Bu Lili, ada pergeseran budaya pada
generasi sekarang. Dan saya amati, ternyata peran ibu sangat besar dalam
mendorong terjadinya pergeseran tersebut.
*Bunda Lily*
Betul bunda. Contoh kecil tentang ac atau tv. Anak sekarang
harus pakai ac, ada tv. Begitu mati lampu, kita semua heboh. Apalagi yang
punya anak kecil, anak rewel karena kepanasan.
Coba kita lihat anak tetangga kita, mereka tenang tenang aja tuh nggak ada ac, karena mereka tidak dibiasakan dengan itu.
Jadi kalau dipikir pikir, kita juga ya yang salah...
Coba kita lihat anak tetangga kita, mereka tenang tenang aja tuh nggak ada ac, karena mereka tidak dibiasakan dengan itu.
Jadi kalau dipikir pikir, kita juga ya yang salah...
*Bunda Ning*
Ya bunda, kata ustad Felix Siauw ibu2 dan perempuan di
Indonesia ini oleh barat memang sengaja dirubah mindsetnya melalui fun,
food dan fashion. Makanya perlunya kita belajar menjadi madrasah bagi
anak kita ya.
*Ustadzah Nurhamida*
Karenanya tgs kita sangat berat. Sebelum menjadi madrasah bagi anak kita, kita perlu mendidik diri agar layak menjadi sumber belajar anak kita.
Kajian kita hari ini kita cukupkan dahulu,semoga apa yang
kita bahas bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Bunda, kita tutup
dengan hamdalah dan do'a kafaratul majlis...
Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla illaa ha ila anta astagfiruka wa atuubu ilaika....
Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla illaa ha ila anta astagfiruka wa atuubu ilaika....
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



