(All Grup Ummi)
Hari/ Tanggal : Rabu, 8 Oktober 2014
Narasumber : Ustadzah Endria
Notulen : Ana Trienta
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته.
بسم الله الرحمن الرحيم
سبحان الله وبحمده ولا اله الا الله والله أكبر
Apa kabar bunda semua? Semoga dibulan Dzulhijjah ini kita semua bisa mengisi hari-hari dengan penuh keataatan kepada Allah subhananu wa ta'alaa..
10 hari pertama yang menjadi moment penting bagi setiap muslim untuk mengumpulkan pahala berlipat sudah berlalu. Namun Dzulhijjah alhamdulillah masih bersama kita. Dan tepatnya Allah masih berkehendak memberi kesempatan kita untuk melalui Bulan Yang DimuliakanNya ini dengan nikmat iman dan islam seperti saat ini. Sehingga seyogyanya kita mensyukurinya dengan amal-amal sholih. Tak lupa sholawat dan salam mari kita lantunkan bagi Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam.
Bunda yang dirahmati Allah ...
Hari ini saya ingin mengajak merenung sejenak untuk memikirkan hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita, saya pilih judul simple tetapi mungkin tak akan cukup untuk kita bahas bahkan dalam beberapa kali pertemuan. Judul bahasan hari ini adalah :
"Antara aku dan anakku"
Bunda, dibalik laki-laki yang agung, maka pasti ada wanita yang agung dibelakangnya. Artinya posisi wanita ini sangat strategis mengantar kesuksesan seorang lelaki. Jika kita melihat seorang lelaki yang menjadi ulama cendikia, tokoh ternama, atau pahlawan yang agung. Maka lihatlah ibunya. Demikian kira-kira yang dikatakan oleh orang bijak sejak zaman dahulu.
Dari image yang terbentuk diatas maka menunjukkan betapa peran seorang ibu adalah sangat vital dalam menentukan watak, karakter dan kwalitas seseorang anak baik laki-laki maupun perempuan, dari sejak masa perkembangannya hingga terbawa pada usia dewasa mereka. Oleh karena itu pada pembahasan hari ini saya ingin mengajak bunda sekalian sejenak berkaca pada diri masing-masing. Melihat dengan mata hati siapa diri kita dan juga siapa anak kita? Bagaimana kita telah memperlakukannya? Dan sejauh mana kita berada pada rencana dan langkah yang tepat sesuai dengan apa yang dilakukan oleh seorang ibunda yang cerdas dan bijak.
Bunda rohimakumullah....
Anak kita yang selama ini ada dan selalu dekat dengan diri kita terutama pada masa-masa pertumbuhannya adalah sosok insan yang Allah titipkan kepada kita untuk menjadi obyek asuh dan didik. Sudah selayaknya sebagai titipan dari Allah ta'alaa kita berikan kasih sayang dengan cara yang tepat dan kita didik serta bimbing dengan cara yang cerdas. Sehingga kelak dewasa dia akan menjadi manusia yang berkwalitas yang layak menjadi khalifah dimuka bumi ini. Karena itu betama mulianya tugas dan amanah yang diemban oleh seorang ibu dari Robb-nya.
Dan ini lah sejatinya diri kita. Sebagai seorang ibu yang menjadi titik awal penentu terbentuknya kwalitas dan kepribadian seorang manusia yang akan meneruskan kelangsungan Agama ini di muka bumi Allah ini. Setelah kita menyadari betapa pentingnya diri kita sebagai seorang ibu yang menjadi ustadzah pertama bagi anak-anak kita (sebelum mereka berguru kepada guru-guru yang lain). Maka kecerdasan kita, keuletan kita, maka perangai seorang ibu adalah merupakan faktor yang dominan bagi masa depan anaknya. Diri kita sebagai seorang ibu, memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anaknya. Jika kita "memainkan" peran-peran utama sebagai ibu yang berkwalitas maka kelak kita pun in sya Allah akan memetik buah manisnya dari anak-anak kita berupa ketaatanya, baktinya, kesuksesannya tentu akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi kita. Adapun jika mulai menelusuri bagaimana diri bunda berperan agar tahap demi tahap kematangan kepribadian seorang ibu terbentuk sempurna dan anak kita pun tercetak menjadi manusia yang memiliki kharisma dan wibawa karena keutamaannya.
Bunda mari kita perhatikan pembahasan ini dengan seksama...
Sebelum pada pembahasan deatil, kita perlu fahami bahwa :Jika kita bicara tentang anak, maka baik anak laki-laki maupun anak perempuan maka hati dan perasaan kita sebagai seorang ibu harus adil dalam memberi perhatian dan pemenuhan atas hak-haknya. Kemudian kita perlu memahami pula bahwa hal yang paling mendasar yang dimainkan oleh diri kita selaku ibu diantaranya adalah :
1. Menanamkan norma-norma luhur dan budi pekerti mulia dalam diri kita sendiri dulu.
Karena logikanya bagaimana kita bisa memberi jika kita sendiri tidak memiliki. Kesholihan diri kita adalah tuntutan utama jika kita ingin mencetak hamba-hamba Allah yang berkwalitas. Karena dengan keadaan diri yang bertaqwa (sholih) maka keterlibatan Allah pasti akan meliputi segala gerak dan langkahnya dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Hal ini sebagaimana yang Allah ta'alaa firmankan (yang artinya) :
"Maka wanita yang sholih adalah ( wanita ) yang taat kepada Allah lagi menelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah memelihara mereka." (QS. An Nisa:34)
Oleh karena itu ilmu bagi seorang ibu merupakan kebutuhan mendesak yang tidak bisa ditunda-tunda apalagi diremehkan. Sehingga ketika seorang ibu memiliki ilmu maka dia tentu akan dapat memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anaknya berdasarkan ilmunya. Dan ilmu saya maksud disini adalah khususnya ilmu aqidah dan syari'at Islam dan kemudian ilmu-ilmu ketrampilan yang terkait dalam kehidupan duniawi yang tidak bertentangan dengan agama
2. Merancang dan siap memberikan pemahaman nilai-nilai Aqidah Islam yang paling mendasar yakni tentang ilmu men-Tauhid-kan Allah subhanahu wa ta'alaa.
Ilmu Tauhid ini adalah ilmu pertama yang harus kita berikan kepada anak sebelum ilmu-ilmu yang lain kita berikan. Banyak hal yang bisa kita sampaikan untuk memahamkan kepada anak bahwa Allah itu adalah Esa , satu DzatNya. Allah sebagai sentra utama yang tidak boleh ada yang menandingi kedudukanNya hingga penghambaan dia kelak akan terarah tertuju kepaNya. Hal ini sangat penting dan paling utama dari semua kwajiban kita sebagai seorang ibu kepada anaknya.
Pengenalan anak kepada Allah sebagai Tuhannya merupakan hal yang menjadi fokus kita pertama kali. Mengapa? Karena pada tumbuh kembangnya anak-anak kita banyak sekali fenomena yang akan mereka lihat dan fikirkan. Sehingga jika kita tidak mendahului dengan penanaman dasar-dasar ilmu Tauhid yang kuat sejak kecilnya maka jangan heran jika rasa takutnya kepada Tuhannya sangat tipis, loyalitasnya terhadap agamanya hampir-hampir tertelan oleh sikap masa bodohnya. Dan juga rentannya mereka kelak dewasa pada perbuatan-perbuatan kemusyrikan. Ini semua tentu sangat menghawatirkan dan menjadi kecemasan yang besar bagi diri kita sebagai orang tua setelah kita mengetahui betapa bahayanya akibat di dunia dan di akhirat dari akibat kemusyrikan. Setelah itu semua baru kita susun ilmu apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka setelah ilmu Tauhid.
3. Merencanakan pendidikan anak pada masa kembangnya hingga dewasanya.
Dalam proses perencanaan ini yang perlu kita tekankan. Bagaimana kita menentukan sistem pendidikan dan ilmu apa saja yang sebaiknya kita akan berikan kepada anak-anak kita? Kebanyakan orang tua terutama ibunda kurang percaya diri memberikan pendidikan dasar bagi anak-anaknya. Kemudian diserahkan kepada lembaga pendidikan yang ada, walaupun hal ini boleh saja tetapi tentu berarti kita kehilangan kesempatan mendapatkan jariyah yang maksimal dari ilmu-ilmu yang diterima oleh anak-anak kita. Namun yang disayangkan jika kita justru terpancang pada pemilihan lembaga pendidikan (sekolah) yang kita anggap bermutu.
Hal diatas tentu tidak menjadi masalah juga jika stardar / ukuran bermutu dari sekolah yang kita pilih untuk anak-anak kita adalah sekolah yang memberi pendidikan ahlaq dan ilmu-ilmu agama yang pokok sehingga perkembangan anak menuju dewasanya terbangun jiwa / akhlaq mulia dan kepribadian yang dekat dengan Robb-nya yang pada gilirannya dia akan mengetahui apa-apa kwajibannya kepada Robb-Nya dan apa-apa hak Robb-nya atas dirinya. Ini hal mendasar dari segala kewajiban orang tua kepada anaknya terkait amanah dalam membimbing dan mendidik anak.
Dalam pembahasan ini saya sengaja tidak mengulas tentang bagaimana membesarkan anak dari sisi pertumbuhan fisiknya, karena saya yakin bunda sekalian lebih ahli. Hanya saja pesan saya bunda : perhatikan setiap makanan yang kita berikan kepada anak-anak kita, tentang KEHALALAN Dzat nya maupun Sumber nya. Dari sisi dzatnya / jenis makanannya pastikan halal baik ketika menyajikan dirumah maupun ketika sedang berada diluar rumah. Kemudian tentang sumber nya yakni pastikan sumber pembelian makanan tersebut dari rizki yang dikais dari hasil kerja yang halal, dan bersih dari sistem yang diharamkan oleh Agama.
4. Pendampingan kesehariannya
Antara diri kita dan anak kita adalah suatu rangkaian sistem yang saling terkait dekat dan sangat berpengaruh. Apa saya yang ada pada diri seorang ibu akan berpotensi besar menjadi cerminan dari anak kita. Hal ini terjadi dari banyak sisi. Oleh karena itu penampilan ahlaq yang mulia akan menjadi modal yang besar dalam kesuksesan pendampingan anak-anak kita. Dan 1 hal yang lebih penting darinya adalah contoh untuk menerapkan segala hal kebaikan yang ada dengan semangat terus menerus tidak pasang surut alias istiqomah. Walapun menjadi seorang ibu yang sempurna itu adalah berat namun setidaknya berusaha mencapai kesempurnaan itu sendiri adalah suatu kesempurnaan dari seorang ibu.
Ok bunda demikian sajian materi hari ini. Semoga ada yang bisa diambil manfaatnya. Billaahi taufiq wal hidayah. Wassalam warohmatullahi wa barokaatuh.
Endria
TANYA JAWAB
2. Ustadzah mau tanya, karena kondisi ekonomi kita terpaksa menyekolahkan anak di sekolah Negri, kita coba mencontoh sholat awal waktu, tilawah hafalan dsb merk juga kita ajak bicara gimana kita dalam kehidupan sehari-hari utamakan allah, makanan in sya Allah juga hati-hati tapi kok kadang mereka sulit untuk sholat tepat waktu, tilawah juga hanya dikit, apa karena kurang ikhlas ato terlalu idealis?
Ini prisipnya bunda. Kemudian juga silahkan diteliti kembali melepaskanya pengasuhan karena jarang bisa bertemunya itu karena apa, jika karena suatu pilihan yang dibolehkan syar'i maka in sya Allah bisa termasuk ruhshoh, dispensasi. Tetapi jika hanya sekedar pilihan saja misal daripada dirumah dan tidak bekerja, ini yang bisa termasuk telah menyia-nyiakan amanah. Oleh karena itu jika memang demikian ada tetap bunda luangkan waktu untuk meminitor perkembangan anak-anak kita apakah dalam masa pertumbuhannya dia menjadi sosok insan yang semakin taqwa/ taat kepada agama atau semakin semaunya sendiri. Dan monitoring ini harus dilakukan dengan detail dan intensive.
Saya sebagai sesama wanita dan sekaligus seorang ibu. Gunakan setiap waktu bersama anak-anak kita menjadi saat-saat yang sangat berharga yang akan terus melaju berlari meinggalkan kita. Anak-anak adalah bagai tanaman kita sehingga rawatlah mereka. Jika kita tidak merawat dengan baik jangan harap kita bisa memetik buahnya yang lezat kecuali jika Allah ta'alaa berkehendak lain. Dalam suatu dalil dikatakan bahwa kelak (di pengadilan akhirat) anak dan orang tua bisa jadi menjadi musuh 1 sama lain karena terkait dengan pengasuhan yang tidak diperhatikan ini semasa di dunia.
2. Terima kasih ustdzh endria, semoga ilmu yang diberikan kepada kami mendapat balasan dari Allah dengan ilmu yang berlipat-lipat, saya mau tanya bunda, kita sebagai seorang bunda, sangat prihatin dengan tayangan-tayangan di televisi. Meskipun dari awal kita sudah menerapkan pada anak tentang akidah & akhlak, tapi kemudian tontonan-tontonan ditelevisi sangat membuat kita mengurut dada. Menurut bunda apa yang harus kita lakukan untuk anak yang masih kecil mungkin masih bisa kita siasati, tapi untuk yang ABG? Mungkin ada masukan dari ustadzah program yang harus dilakukan para bunda untuk anak-anaknya sudah ABG?
TANYA JAWAB
Pertanyaan
Bunda eka : Saya dan suami punya rencana untuk menyekolahkan anak di sekolah basis islam. Tapi masih ada keraguan apakah nantinya anak kami sanggup mengikuti pendidikan disana. Karena yang kami tau sekarang kalau disekolah IT sampai sore. Bagaimana caranya biar hati mantap memasukkan anak ke sekolah tersebut bunda?
Jawab
Bunda Eka yang dirahmati Allah. Jika untuk suatu kebaikan maka tinggalkan hal-hal yang meragukan. Dalam hal ini mantapkan hati bahwa ketika kita menuju jalan Allah maka kita harus yakin Allah lah yang memelihara dan menjaga keputusan kita serta melindungi dasi apa yang kita takutkan. Saya pribadi lebih setuju untuk dimasukkan sekolah yang berbasis islam. Niatkan bahwa kira sebagai orang tua berniat mencarikan jalan yang lurus dan taqwa bagi anak kita. In sya Allah semua akan Allah mudahkan urusanya.
Pertanyaan HA 01
1. Bagaimana seorang ibu bisa menanamkan kepada anak-anaknya tentang kecintaan kepada Allah lewat ibadah-ibadah rutin sementara mereka melihat dari ayahnya tidak sedisiplin ibunya. Komunikasi sudah dilakukan dengan sang bapak tapi tetap saja beberapa kali anak-anak bisa melihat kelalaian si bapak, ini yang membuat ibu cenderung agak keras atau tegas dalam hal pendidikan agama. Apakah ini bisa membuat anak justru mencintai Allah dengan terpaksa? Apa yang sebaiknya dilakukan? mohon jawabannya ustadzah
Jawab
Jika belum ada kekompakkan antara kedua orang tua belum terjalin ini memang agak sulit bunda. Namun bunda tidak perlu putus semangat karena jika dalam 1 keluarga itu ada yang sudah mau memulai maka in sya Allah hidayah itu akan lebih mudah menyebar kepada anggota keluarga yang lain. Yang penting kita istiqomah dalam beribadah, menuntut ilmu dan mengamalkannya serta terus menerus menyampaikannya kepada keluarganya dan tak lupa rajin berdoa agar Allah bukakan pintu hidayah kepada suami dan anak-anaknya in sya Allah kemudahan bunda untuk mengajak pada kehidupan islami akan terwujud.
Jawab
Jika belum ada kekompakkan antara kedua orang tua belum terjalin ini memang agak sulit bunda. Namun bunda tidak perlu putus semangat karena jika dalam 1 keluarga itu ada yang sudah mau memulai maka in sya Allah hidayah itu akan lebih mudah menyebar kepada anggota keluarga yang lain. Yang penting kita istiqomah dalam beribadah, menuntut ilmu dan mengamalkannya serta terus menerus menyampaikannya kepada keluarganya dan tak lupa rajin berdoa agar Allah bukakan pintu hidayah kepada suami dan anak-anaknya in sya Allah kemudahan bunda untuk mengajak pada kehidupan islami akan terwujud.
2. Ustadzah mau tanya, karena kondisi ekonomi kita terpaksa menyekolahkan anak di sekolah Negri, kita coba mencontoh sholat awal waktu, tilawah hafalan dsb merk juga kita ajak bicara gimana kita dalam kehidupan sehari-hari utamakan allah, makanan in sya Allah juga hati-hati tapi kok kadang mereka sulit untuk sholat tepat waktu, tilawah juga hanya dikit, apa karena kurang ikhlas ato terlalu idealis?
Jawab
Jika demikian kemungkinan besar adalah karena bi'ah (lingkungan) yang kurang mendukung. Anak-anak kita saat-saat diusia menjelang remaja akan sulit diarahkan jika kita telah menempatkan sebagian besar waktunya di lingkungan yang kurang tepat. Lingkungan tetap menjadi suatu titik awal penyebab out put anak menjadi baik atau tidak. Jika dibawah umur dia mendapati lingkungan keluarganya yang islami. Maka dia akan terbentuk dengan kepribadian yang baik. Namun saat menjelang remajanya dengan berkembangnya proses pendewasaan dirinya dia akan mencari sesuatu atau menemukan sesuatu yang baru yang dia dapatkan dari lingkungan dimana dia banyak berada disana, misalnya lingkungan sekolahhya. Lingkungkan sekolah mau tidak mau terbukti sangat efektif membentuk kepribadian seseorang secara general. Seperti jika dia ditempatkan pada lingkungan yang islami yang banyak berinteraksi dengan Al Qur'an dan menerima penerapan pemisahan antara pergaulan laki-laki dan perempuan maka dalam kondisi seperti akan banyak yang bisa kita harapkan atas keselamatan anak-anak kita.
Lain hal jika anak kita berada pada lingkungan yang jauh dari interaksi dengan Al Qur'an dan juga tidak ada pemisah dan kontrol antara pergaulan renaja laki2 dengan remaja perempuannya, maka kondisi seperti ini yang yang perlu kita khawatirkan. Karena ukuran syari'at seorang yang mukallaf yakni muslim yang telah menerima kewajiban-kewajiban syariat termasuk menanggung konsekwensi dosa adalah pada masa usia baliqh si anak. Sedangkan masa tersebut tentu jatuh tepat pada masa usia remaja anak kita. Sehingga masa menjelang remaja ini kita sebagai ibu harus ketat dalam mengawal anak-anak kita terlebih jika anak-anak kita berada pada lingkungan yang dengan leluasa berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu memilihan sekolah bagi anak-anak kita yang menjelang dewasa bukanlah perkara yang mudah. Harus menjadi perhatian utama sejak sebelum masa balighnya agar ketika masa baligh tiba dia tidak merasa serta merta seolah dibelokkan arah pikirnya. Jika untuk mengingatkan urusan sholat dan tilawahnya jangan sampai putus ya bu.. Karena kedua hal itulah yang berpotensi menambah peluang turunnya hidayah Allah kepada mereka. Tidak perlu kita sibuk mikirin dia ikhlas atau terpaksa.
Lain hal jika anak kita berada pada lingkungan yang jauh dari interaksi dengan Al Qur'an dan juga tidak ada pemisah dan kontrol antara pergaulan renaja laki2 dengan remaja perempuannya, maka kondisi seperti ini yang yang perlu kita khawatirkan. Karena ukuran syari'at seorang yang mukallaf yakni muslim yang telah menerima kewajiban-kewajiban syariat termasuk menanggung konsekwensi dosa adalah pada masa usia baliqh si anak. Sedangkan masa tersebut tentu jatuh tepat pada masa usia remaja anak kita. Sehingga masa menjelang remaja ini kita sebagai ibu harus ketat dalam mengawal anak-anak kita terlebih jika anak-anak kita berada pada lingkungan yang dengan leluasa berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu memilihan sekolah bagi anak-anak kita yang menjelang dewasa bukanlah perkara yang mudah. Harus menjadi perhatian utama sejak sebelum masa balighnya agar ketika masa baligh tiba dia tidak merasa serta merta seolah dibelokkan arah pikirnya. Jika untuk mengingatkan urusan sholat dan tilawahnya jangan sampai putus ya bu.. Karena kedua hal itulah yang berpotensi menambah peluang turunnya hidayah Allah kepada mereka. Tidak perlu kita sibuk mikirin dia ikhlas atau terpaksa.
Pertanyaan HA 02
1. Assalamualaikum Bunda Endria, apakah salah kita sebagai orang tua menyekolah kan anak mulai dini dan hampir semua di serahkan pada guru didik. Mulai dari sekolah, les dan mengaji karena kita tidak ada waktu untuk mendidik sendiri tiap hari
Jawab
Bunda penanya yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'alaa.
Bunda penanya yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'alaa.
Jika kita sudah tahu bahwa pendidikan anak kita serta pengasuhannya adalah tanggung jawab kita maka selayaknya kita memperhatikan hal-hal yang terkait dengannya dengan penuh perhatian, kesungguhan dan kehati-hatian. Terkait dengan pertanyaan bunda diatas. Bukan tidak boleh kita menyerahkan atau mempercayakan pengasuhan anak kira kepada pihak lain seperti sekolah ataupun guru les dan lembaga pendidikan yang dipilih. Hanya saja kita sebagai orang tua harus tahu bahwa kelak yang bertanggungjawab dihadapan Allah adalah diri kita sebagai orang tuanya bukan sekolah dan guru-gurunya. Oleh karena itu jikalau memang situasi menuntut bunda untuk tidak bisa menghandle sendiri maka pastikan bahwa siapa pun yang kita titipi itu adalah orang yang amanah, yang mengerti hukum-hukum syariat Islam dan benar-benar bisa menjaga dan mengantarkan anak-anak kita tidak hanya pandai dalam suatu bidang ilmu duniawi saja tetapi yang lebih penting lagi bisa mengajarkan bagaimana menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah. Pandai bersyukur dan menjaga diri ahlaq yang tidak karimah.
Ini prisipnya bunda. Kemudian juga silahkan diteliti kembali melepaskanya pengasuhan karena jarang bisa bertemunya itu karena apa, jika karena suatu pilihan yang dibolehkan syar'i maka in sya Allah bisa termasuk ruhshoh, dispensasi. Tetapi jika hanya sekedar pilihan saja misal daripada dirumah dan tidak bekerja, ini yang bisa termasuk telah menyia-nyiakan amanah. Oleh karena itu jika memang demikian ada tetap bunda luangkan waktu untuk meminitor perkembangan anak-anak kita apakah dalam masa pertumbuhannya dia menjadi sosok insan yang semakin taqwa/ taat kepada agama atau semakin semaunya sendiri. Dan monitoring ini harus dilakukan dengan detail dan intensive.
Saya sebagai sesama wanita dan sekaligus seorang ibu. Gunakan setiap waktu bersama anak-anak kita menjadi saat-saat yang sangat berharga yang akan terus melaju berlari meinggalkan kita. Anak-anak adalah bagai tanaman kita sehingga rawatlah mereka. Jika kita tidak merawat dengan baik jangan harap kita bisa memetik buahnya yang lezat kecuali jika Allah ta'alaa berkehendak lain. Dalam suatu dalil dikatakan bahwa kelak (di pengadilan akhirat) anak dan orang tua bisa jadi menjadi musuh 1 sama lain karena terkait dengan pengasuhan yang tidak diperhatikan ini semasa di dunia.
Waallahu a'laam.
2. Terima kasih ustdzh endria, semoga ilmu yang diberikan kepada kami mendapat balasan dari Allah dengan ilmu yang berlipat-lipat, saya mau tanya bunda, kita sebagai seorang bunda, sangat prihatin dengan tayangan-tayangan di televisi. Meskipun dari awal kita sudah menerapkan pada anak tentang akidah & akhlak, tapi kemudian tontonan-tontonan ditelevisi sangat membuat kita mengurut dada. Menurut bunda apa yang harus kita lakukan untuk anak yang masih kecil mungkin masih bisa kita siasati, tapi untuk yang ABG? Mungkin ada masukan dari ustadzah program yang harus dilakukan para bunda untuk anak-anaknya sudah ABG?
Jawab
Bunda penanya yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'alaa. Mohon maaf sebelumnya jika saya ditanya secara pribadi maka saya akan mengungkapkan pengalaman dan apa yang saya terapkan kepada anak-anak saya dalam keseharian..
Bahwa kami dirumah juga ada televisi tetapi kami sangat jarang menyalakannya. Hal ini awalnya memang agak sulit jika menjadi suatu kebiasaan akan tetapi saya merasa perlu mengadakan musyawarah keluarga termasuk anak-anak saya yang paling kecil pada waktu itu mungkin sekitar usia 4 tahunan. Kami buka diskusi yang mengangkat tema manfaat dan mudhorot dinyalakannya televisi dirumah kita. Tentu kita harus kaitkan fakta-fakta jenis-jenis tontonan itu dengan ajaran-ajaran Islam ya, sehingga kedua anak saya dengan sedikit mengerti tetapi akhirnya bisa menerima maksud ibunya bahwa kami melarang sekeluarga menonton tayangan televisi.. Karena alasan ini dan itu. Kita jelaskan kepada mereka sehingga mereka ketika meninggalkannya pun karena ilmu juga bukan asal meninggalkan dan kalaupun tidak ada orang tuanya sudah terpatri dalam benaknya bahwa menonton tayangan televisi adalah tidak baik dan tidak menarik. Tetapi saya juga memberi alternatif lain bunda.. Yakni di kamar kami kita pasang dvd sehingga dengan CD yang saya sudah siapkan yang tentunya mengadung edukasi yang baik kita beri kesempatan mereka menonton pada saat-saat yang juga sudah kita sepakati bersama. Sehingga anak merasa tetap up date dengan ilmu-ilmu yang berasal dari layar tv.
Pertanyaan HA 03
1. Assalamu'alaikum. Saya mau bertanya ust, bagaimana caranya menyikapi pola asuh yang berbeda antara saya dan orangtua saya terhadap anak saya? Kebetulan saya masih tinggal bersama orangtua. Dan pola didik yang kita terapkan sangat bertolak belakang. Kalau orangtua selalu berpegang teguh dengan adat sedangkan saya lebih ke agama.
Jawab
Menyerahkan pola pengasuhan kepada orang tua kita saya sangat kurang bijak ya karena selain akan membebani orang tua kita juga kadang cara nendidiknya kurang pas dengan pengetahuan agama yang kita dapatkan. Menyikapi kondisi seperti ini tentu tidak mudah. Namun tetap harus diusahakan agar orang tua dan anak kita keduanya selamat.
Hal yang bisa dilakukan coba undanglah ustad atau ustadzah yang memberi pengajian pekanan kepada keluarga. Jika tidak memungkinkan bunda bisa banyak mengikuti kajian Islam kemudian meneruskan ilmu nya kepada keluarga. Hal lain yang lebih mudah adalah mengurangi intensitas menonton TV bagi seluruh anggota keluarga dan menggantinya dengan memperdengarkan siaran Radio yang banyak menyiarkan ilmu agama yang bermanfaat bagi para pendengarnya. Seperti radio Roja' - in sya Allah apa pun usaha kita untuk menuju perubahan yang lebih baik pasti diberi hasil oleh Allah SWT.
2. Afwan Ustadzah, mungkin pertanyaan saya sedikit menyimpang dari materi. Selama ini saya agak sedikit galau soal kontrasepsi. Di dalam Al-Qur'an jelas tertera : "janganlah kau bunuh anak-anakmu karena takut miskin"
Selama ini saya ikut KB karena ingin memberikan perhatian & pendidikan yang optimal buat anak-anak saya Ustadzah. Saya sadar dengan kapasitas saya yang terbatas. Saya khawatir kalo banyak anak mereka agak kurang terperhatikan dan tidak terdidik dengan baik (saya sadari ini sebagai kelemahan kami mungkin yang belum bisa memenej waktu dengan baik). Pertanyaannya : berdosakah kami melakukan hal ini? Jazakillah khoyr atas jawabannya.
Jawab
In sya Allah tidak berdosa bunda. Akan tetapi memang benar sebaiknya tidak perlu ada keraguan jika yakin niat kita adalah untuk kebaikan. Jika niatnya mengatur in sya Allah tidak apa ya. Tetapi jika niatnya membatasi maka ini yang haram. Waallahu a'laam bishowwab
Pertanyaan HA 04
1. Saya minta do'a khusus supaya anak kita menjadi anak yang sholeh/sholehah, adakah satu amalan-amalan khusus untuk menunjang hal tsb di atas?
Jawab
Doa untuk mendapatkan anak-anak sholih , diantaranya :
- Allahummaj'alnaa wa ahlanaa wa mindzhurriyyatinaa min ahlil 'ilm wa ahlil Qur'aanil 'adziim birohmatika yaa Ar hamar Roohimiin.
- Robbi hablii minashoolihiin
- Robbanaa hablanaa min ajwaajinaa wa dhurriyyatinaa qurrota a'yuun waj'alnaa lil muttaqiinaa imamaa.
Usahanya ya si ibu harus meningkatkan kesholihannya, istiqomah dalam hijrahnya kembali menjalani hidup dengan taat kepada aturan agama dalam semua aspek kehidupan. Dengan kesholihannya seorang ibu akan memiliki power dalam berdoa, maksudnya doa-doa nya akan lebih mustajab.
2. Bagaimana hukumnya menurut islam, kalo kita sebagai ibu lebih mementingkan karier, sementara anak di asuh oleh pengasuh?
Jawab
Itu termasuk fasik . Tidak mau mengindahkan hukum Allah dan RasulNya dan lebih memilih jalan lain yang notabene beroientasi pada pemenuhan kehiduan dunianya. Padahal sudah jelas bahwa jihadnya seorang ibu adalah dirumah mengurus suami dan anaknya. Biasanya orang seperti ini akan sangat menyesal dihari tuanya. Dan diakhirat ketika dia dimintai pertanggunjawaban atas amanahnya sebagai ibu maka akan sangat berat dia menjawabnya. Waallahu a'laam bishowwab.
3. Afwan mau tanya jika anak sudah baligh dan sudah berumur bekisar 20 th keatas apakah masih menjadi tanggung jawab orang tua dalam memberi makan dan segala biaya kehidupannya ke anak? Bagaimana agar anak yang sudah dewasa bisa berfikir untuk kehidupannya sendiri? karena si anak yang dewasa tersebut masih saja minta uang dll untuk jajan dan keperluan lainnya?
Jawab
Jika si anak tersebut belum menikah maka orang tuanyalah yang lebih dekat dengan tanggunjawab menenuhi kwajibannya. Permasalahannya jika orang tua tidak mampu maka tidak ada salanya jika si anak diajak diskusi baik-baik agar mau bertikhiar mencari penghasilan asal jangan yang melanggar larangan-larangan Islam.
Pertanyaan HA 07
1. Kebetulan saya kerja di RS jiwa. Akhir-akhir ini banyak kasus gangguan jiwa yang saya rawat pada usia anak dan remaja. Kebanyakan berawal dari pacaran. Ada satu kasus yang ingin saya tanyakan. Si anak menjalin hubungan (pacaran) dengan laki-laki yang menurut orang tua si perempuan laki-laki ini kurang baik. Agar hubungan mereka disetujui keduanya melakukan zina yang akhirnya anak perempuan ini hamil dan punya anak. Tetapi sampai kejadiannya seperti ini pun orang tua si perempuan tetap tidak merestui hubungan mereka, si perempuan mengalami gangguan jiwa. Ustadzah, melihat kasus ini siapakah yang bersalah ustadzah? Terimakasih
Jawab
Kalo ditanya tentang siapa yang salah tentu kita harus urai permasalahan dulu sayang....
Pertama
Setiap musibah yang menimpa seseorang itu menurut kaidah dalil Qur'an sebagaimana yang disebut di QS. at Thaghabun : 11 adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Artinya bahwa manusia ini setiap mengalami musibah harus segera introspeksi diri, apa yang telah salah dia lakukan sehingga menyebabkan turunnya musibah seperti ini.
Baiiik.. Sekarang kita coba kembali ke kasus diatas, tentu dalam kondisi seperti itu orang tua pasti punya andil kesalahan karena telah mendidik dengan tidak memperhatikan aturan agama, dimana pergaulan anaknya tidak dibatasi antara pertemuan laki-laki dan perempuan. Ini sudah suatu kesalahan fatal yang sering jarang difahami oleh orang tua. Akibatnya terjadi hal-hal sebagaimana yang diceritakan diatas tentu suatu konsekwensi / resiko.
Kedua
Karena kompleks nya permasalah yang timbul dari ketidak pedulian cara-cara pendidikan anak secara islami juga norma-norma islam tidak diterapkan maka Allah menimpakan suatu ujian demikian besarnya. Anak pun juga mempunyai andil kesalahan yang besar juga karena pada usia baliqhnya dia tidak mau membatasi pergaulannya. Seharusnya dia bisa lebih selektif dalam memilih pergaulan sehingga pola pikirnya lebih terarah.
Ketiga
Apapun permasalahannya bahwa tidak ada kata terlambat untuk segera kembali memperbaiki diri denga banyak beramal sholih dan memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta'alaa.
2. Asalamu'alaikum ustadzah Endria, saya sudah hampir 5 thn menikah, tapi Allah belum mempercayai saya untuk memiliki keturunan. Kadang saya berfikir mungkin karena dosa-dosa saya di masa lalu atau mungkin cobaan, atau ujian, dsbb.. kadang saya juga suka malu dan sedih ustadzah kalo teman-teman atau saudara disekitar saya yang baru menikah sudah memiliki anak. Gimana caranya supaya saya benar-benar sabar menghadapi ini ya ustadzah? Dan mohon doa-doanya ustadzah. sukron..
Jawab
Saran saya kuatkan terus kesabaran bunda. Karena menerima ketetapan Allah dengan kesabaran yang kuat itu balasannya syurga. Allah maha mengetahui kebaikan untuk ibu apakah baik jika punya anak ataukah dalam keadaan seperti ini. Karena bisa jadi Allah menghindarkan bunda dari musibah yang lebih besar jika apa yang bunda harapkan terwujud sedangkan tentu Pilihan dan ketetapan Allah yang paling baik. Karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Tetap sabar dan terus meningkatkan kwalitas dan kwatitas ibadah kepada Allah. Belajar untuk menikmati saja apa yang Allah terapkan. Jangan lupa berbagi ilmu yang saya sampaikan ini kepada suami ya. Semoga kalian berdua sabar, tabah dan selalu berada dalam kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat ridho Allah SWT. Aaamiin
Pertanyaan HA 09
1. Subhanaalloh materinya ustadzah. Saya mau tanya tapi agak melenceng ustadzah. Untuk mendidik anak biar sholeh bapak ibunya harus sholeh dulu kan ya ustadzah, saya dengan suami sekarang dan seterusnya berusaha belajar istiqomah menjadi orang tua yang sholeh harapannya anak-anak kami mencotoh itu. Yang menjadi masalah. Gimana jika lingkungan tidak mendukung? anak-anak disekitar rumah kami sehari-hari hanya ditemani mbak karena orang tuanya kerja berangkat subuh pulang malam sehingga anak-anaknya tidak terkontrol dengan baik, misalnya suka berkata kasar dan jorok yang kadang ditiru oleh anak-anak kami. Bagaimana menyikapi ini ya ustadzah? afwan kalo panjang pertanyaanna.
Jawab
Jika bunda memungkinkan untuk hijrah maka hijrahlah untuk berpindah ketempat yang lebih baik lingkungannya. Berdoa kepada Allah diwaktu-waktu mustajab. In sya Allah permasalahan bunda dan kekuarga akan segera membaik.
2. Pertanyaan yang hampir sama, masalah anak juga ustdzah. maaf mau tanya bagaimana seharusnya mendidik anak agar punya akhlak baik, dia dirumah sama orang tua saya dan orang tua saya bilang dia akan berubah jika mamanya di rumah dan setiap sholat tak henti-henti saya minta agar diberi hidayah Allah untuk perubahan anak? Ustadzah apa yang harus saya lakukan?
Jawab
Apa yang disampaikan oleh anak bubsa tersebut bisa jadi ada benar nya dan hal itu sangat wajar karena dia hanya sekedar menuntut hak nya. Dan mungkin kondisi ini terjadi justru karena kita belum menunaikan tugas dan tanggungjawab kita. Lebih-lebih jika kita mengingat bahwa ini adalah amanah dari Allah yang terbengkelai maka akibatnya juga pasti akan kembali kepada kesusahan kita dan anak kita yang menjadi korban. Berdiskusilah dengan suami sebelum semua terlambat. Jika kita niat berubah karena Allah pasti ada jalan keluar tidak perlu khawatir tidak bisa sejahtera jika Allah yang kita tuju maka Dia akan menyediakan segala solusi masalah kita dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Untuk itu modal utama kita harus yakin !
Pertanyaan HA 10
1. Tentang bahasan no 3. Apa itu berlaku untuk ilmu agama atau yang lain? Seandainya kita memang tidak mampu untuk mengajari anak kita, misalnya matematika. Lalu anak kita les kan di bimbel atau panggil guru les. Bagaimana itu? Tks
Jawab
Ilmu yang dimaksud dalam materi saya itu adalah segala ilmu yang bermanfaat, akan tetapi ilmu-ilmu agama harus menempati prioritas utama daripada ilmu-ilmu yang lain. Jika kita serahkan pada guru les math misalnya. Ya boleh-boleh saja. Hanya untuk ilmu agama harus diusahakan.
2. Yang bahasan no. 4. Pendampingan keseharian, apa dalam waktu tertentu ada saatnya anak mengenal lingkungan menjadikannya anak sangat terpengaruh oleh lingkungannya yang menjadikan anak meniru temannya?
Jawab
Betul sekali bunda. Lingkungan saya bilang sangat berbahaya. Tidak hanya untuk anak-anak bahkan pula untuk orang-orang dewasa.
3. Ustadzah, bagaimana jika dalam pendidikan antara ayah dan ibu berbeda keinginan. Misal ayah ingin anaknya sekolah umum biasa saja tetapi si ibu ingin selain pengetahuan umum anak juga dapat bekal atau pengetahuan yang banyak tentang agama islam sehingga ingin dimasukkan pesantren saja. Menyikapi hal ini bagaimana ustadzah? jzk
Jawab
Memang hal seperti yang paling sulit untuk dihadapi bagi seorang ibunda. Dan sayangnya fenomena seperti ini masih banyak terjadi di masyarakat modern ini. Dimana ibundanya sudah paham untuk mengembalikan pada pendidikan berbasis Agama sedangkan ayahndanya belum bisa mengikutinya. Hal seperti ini biasanya disebabkan karena kesibukan seorang ayah dengan pekerjaannya diluar sehingga mereka tidak berkesempatan menuntut ilmu agama dengan rutin. Untuk menghindari hal seperti ini, yakni persimpangan jalan keputusan penyekolahan anak, maka bunda perlu melakukan diskusi panjang dengan suami. Berusaha fahamkan bagaimana ngerinya jika anak-anak kita dibiarkan berada disekolah yang jauh dari pendidikan agama. Ada sih mungkin pendidikan agama tetapi tidak intensif alias ala kadarnya sementara dahsyadnya arus informasi yang menggiring pada pergaulan bebas semakin menjadi. Apakah kita akan rela jika anak-anak kita termasuk diantara korbannya? Diskusikan hal ini dengan suami. Dan banyak-banyak berdoa bunda, semoga Allah menyelamatkan kita semua dari kehancuran generasi dan anak keturunan kita. Aaamiin
Pertanyaan HA 11
1. Saya mau tanya.. Anakku yang pertama 8 th sekolah di MI, alhamdulillah belajar agamanya kumplit banget sampe kadang aku yang keteter kalo dia ada PR. kadang pelajaran dia jauh banget sama pemahaman aku dulu waktu sekolah, misal dalam bacaan dan gerakan sholat kalo ada yang beda sedkit aja waduuh nanya nya pe panjang kaya kereta api. Naaah yang mau saya tanyain gimana ya sikap kita sebaiknya supaya dia ga bingung kalo ada perbedaan? Sebelumnya makasih atas jawabannya
Jawab
Ya tawadhu' saja . Bisa jadi tata cara yang ada diliteratur sekolah bunda lebih benar ya ikutin aja bunda. Sebelumnya bacalah baik-baik nah baru menerangkan ke anak. Atau kalo anak bener kita juga tak ada salahnya belajar dari mereka.
2. Bagaimana cara menjaga keistiqomahan pada anak-anak dalam hafalan qurannya, karena kegiatan anak-anak yang cukup padat yang kadang untuk murrojaah hafalan juz mereka suka mengulur waktu dengan alasan cape dengan kegiatannya. Yang saya takutkan hafalannya akan hilang bila tidak di murrojaah..
Jawab
Hafalan Qur'an yang suda ada pada diri kita dan anak-anak kita harus dipertahankan agar tidak hilang oleh karena itu bagi anak-anak kita yang memiliki hafalan maka kita sebagai ibunya harus memberi perhatian khusus untuk membimbing dan mengatur strategy bagaimana agar anak mempunyai habbit muroja'ah atau mengulang-ngulang hafalannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh bunda adalah : Peran bunda dalam membimbing anak memghafal Al Qur'an mutlak diperlukan jika kita ingin anak kita sukses menghafal dengan kwalitas hafalan yang bagus. Seorang bunda harus punya strategy baik dalam hal tehnis maupun membekalan ruhiyah anak.
Bimbingan tehnis bisa dengan penerapan disiplin tinggi, pengaturan jadwal yang tepat dan berusaha komitmen dan istiqomah antara anak dan ibu. Jadi tidak bisa urusan ini diserahkan kepada orang lain khususnya bagi anak-anak yang menghafalnya di rumah ya, bukan di pesantren. Pengaturan jadwal yang tepat itu tidak perlu harus super ketat ya bunda... Beri kesempatan ananda untuk bermain juga dan istrirahat juga penting. Terapkan kebiasaan untuk membaca minimal 1 surat secara berulang pada setiap setelah mengerjakan sholat fardu. Jika anak lelaki biasakan mereka melaksanakan sholat di masjid dan belum pulang sebelum mereka membaca 1 surat dari surat yang akan dihafalnya. Dan pada kesempatan lain bisa juga membaca atau mengulang/muroja'ah hafalannya. Dan ini akan lebih efektif jika dilakukan di masjid.
Bimbingan secara ruhiyah adalah dengan banyak cara , misalnya :
- Beri arahan sesering mungkin terkait keutamaan menghafal Qur'an.
- Jelaskan bahwa setiap surat yang dihafal adalah sahabat-sahabat mereka yang masing-masing harus memiliki kedudukan dihati mereka. Sehingga jika ada surat yang belum kuat maka datangi dan baca ulang-ulang lagi hingga akrab dengan dirinya dan seolah menjadi sahabat dengannya.
Lakukan penyetopan hal-hal yang menghambat proses menghafal seperti :
- Stop nonton televisi. Karena menonton tv pengaruhnya sangat besar terhadap hafalan anak. Ganti suasana rumah dengan sering memperdengarkan murrottal khususnya surat-surat yang sudah pernah dihafalnya. Lakukan hal ini secara berulang-ulang dan setiap hari.
- Beri hadiah jika anak telah mencapai hafalan setiap 1 surat misalnya dll. Yang penting urusan memberi penghargaan ini harus diperhatikan bunda.
Dari semua rangkaian penjelasan saya diatas yang terpenting adalah bagaimana kita membuat anak kita cinta kepada Al Qur'an itu. Sehingga hal apa pun yang kita upayakan in sya Allah akan lebih mudah untuk diterapkan. Dan untuk bundanya jangan lupa banyak berdoa. Serta jaga anak-anak kita dari asupan makanan yang tidak halal atau diragukan kehalalannya.
Pertanyaan HA 12
1. Ini materinya kan soal anak dan bunda ya ustadzah yang mau saya tanyakan bagaimana bagi yang belum/tidak dkaruniai seorang anak karena dalam satu hadits dikatakan bahwa salah satu amal seseorang yang tidak akan putus mskipun kita sudah tiada adalah do'a anak yang sholeh. Jadi kalo kita tidak punya anak kita ga akan dapet itu ya ustadzah? Terus kalau misalnya kita sudah memberikan dan mengarahkan anak dalam ajaran agama, jika dikemudian setelah dewasa tetap susah diatur/tidak mau menjalankan perintah Allah Swt..apakah orangtua tetap bertanggungjawab?.
Jawab
Dalam hadist yang dimaksud ada 3 terkait sebagai amal yang menghasilkan pahala jariyah, diantara kedua bagi yang tidak dikaruniai anak maka kesabarannya adalah berbuah pahala besar serta 2 hal lain yang bisa dia perjuangkan adalah memperbanyak Shodaqoh jariyah dan ilmu nya agar dimanfaatkan oleh banyak orang.
Jika anak sudah didiki dengan baik maka apa pun yang terjadi pada kenyataannya setelah dewasanya adalah anak sendiri yang akan menanggung resiko dosanya jika dia berada pada situasi hamba yang tidak taat kepada Robb nya. Sedangkan orang tua hanya akan mempertanggunjawabkannya didalam rentang waktu pengasuhannya. Namun perlu diingat bahwa Allah subhanahu wata'alaa memerintahkan kepada kita untuk menjaga diri kita dan keluarga kita dari siksa api neraka. Artinya saling nengingatkan secara terus menerus antar semua anggota keluarga termasuk orang tua kepada anak tidak boleh berhenti.
Waallahu a'laam bishowwab
2. Ustadzah, ketauhidan adalah hal yang harus kita tanamkan sejak dini, hal - hal konkrit apakah yang harus kita kerjakan dalam memberikan pendidikan ke anak-anak kita agar kelak dia menjadi anak yang tangguh? Syukron
Jawab
Memang benar bahwa Tauhid adalah fokus utama harus kita prioritaskan dalam mendidik anak. Contoh riil yang bisa kita ajarkan kepada anak kita adalah dengan mengenalkan Allah. Siapa Allah itu? apa saja yang Perbuatan Allah. Hal ini tidak bisa serta merta bunda. Adapun cara yang efektif untuk menanamkan Tauhidullah ini adalah kita sebagai orang tuanya harus secara intensive mengkaitkan segala aktivitas kesehariannya dengan keberadaan Allah. Ungkapkan ini semua. Sebut-sebut Allah dalam setiap kesempatan dan kaitan peristiwa. Dan jika anak bertanya maka jawab dengan jelas dan tepat. Untuk masing-masing anak kita harus memilih threatment yang tepat sesuai dengan usianya, akan tetapi ada juga yang harus menjadi pemersatu keluarga yang membawa pada perbaikan ruh keluarga yang lebih Robbani.
Memang benar bahwa Tauhid adalah fokus utama harus kita prioritaskan dalam mendidik anak. Contoh riil yang bisa kita ajarkan kepada anak kita adalah dengan mengenalkan Allah. Siapa Allah itu? apa saja yang Perbuatan Allah. Hal ini tidak bisa serta merta bunda. Adapun cara yang efektif untuk menanamkan Tauhidullah ini adalah kita sebagai orang tuanya harus secara intensive mengkaitkan segala aktivitas kesehariannya dengan keberadaan Allah. Ungkapkan ini semua. Sebut-sebut Allah dalam setiap kesempatan dan kaitan peristiwa. Dan jika anak bertanya maka jawab dengan jelas dan tepat. Untuk masing-masing anak kita harus memilih threatment yang tepat sesuai dengan usianya, akan tetapi ada juga yang harus menjadi pemersatu keluarga yang membawa pada perbaikan ruh keluarga yang lebih Robbani.
Pertanyaan HA 13
1. Saya mau tanya tentang poin nomor 4. Pendampingan keseharian. Apakah yang mempengaruhi kecerdasan anak itu dari pengasuhan sehari-hari atau dari gen? Walau ibu & ayah memiliki gen kecerdasan yang baik & akhlak baik, namun kurangnya waktu kebersamaan sehingga anak lebih banyak bersama pengasuhnya yang kecerdasan dan akhlaknya minim.
Jawab
Gen tentu akan mempengaruhi kecerdasan jika keturunan gen cerdas tetapi gen itu tidak akan berfungsi sama sekali jika tidak ada stimulus. Dalam pengasuhan seperti yang ditanyakan diatas tentu bisa diartikan bahwa stimulusnya yang lebih aktif adalah para pengasuhnya. Jadi tinggal kita lihat seberapa bagus kualitas kecerdasan, kecakapan, intelektual dan adab serta ilmu si pengasuh tersebut. Sehingga jangan harap anak kita bisa mendapatkan pendidikan yang berkwalitas dari sisi ahlaq dan aqidah serta intelektual lainnya jika kapasitas kecerdasan dan ilmu pengasuhnya juga rendah.
Pertanyaan HA 15
1. Bagaimana mendidik secara Islami karakter anak yang semaunya sendiri sangat sulit diatur & suka mengganggu saudaranya? Sedangkan jika saya marah untuk menakutinya akan membuat jutaan sel otaknya rusak?
Jawab
Untuk nengharapkan anak menjadi anak yang sholih tentu perlu perjuangan. Langkah-langkah yang bisa diusahakan antara lain adalah :
- Orang tua mulai rajin dan istiqomah dalam menuntut ilmu sehingga dia bisa meng up grade kesholihannya. Jangan harap anak kita sholih jika kita sendiri sebagai orang tuanya tidak sholih. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi diri dan kemudian tekad untuk hijrah menuju kehidupan yang islami.
- Perhatikan kembali apa saja makanan yang telah ibu berikan kepada ananda. Jika gejala2 anak seperti yang bunda ceritakan bisa jadi disebabkan oleh asupan makanan banyak yang unsur kehalalanya kurang terjamin. Katena faktor makanan ini sangat berpengaruh pada karakter dan ahlaq anak kita bunda. Atau evaluasi lagi coba tentang sumber penghasilan keluarga, barangkali banyak sumber yang mengandung subhat dll. Ini perlu dibersihkan.
- Bunda bisa mulai cari komunitas persahabatan yang didasari pada ukuwah islamiyah sehingga bisa banyak mendapat masukan yang positif dan juga kadan saling mengingatkan dalam ketaatan. Ini in sya Allah akan bermanfaat termasuk dalam pengaruh cara mendidik anak.
- Yang lebih afdhol lagi adalah banyak-banyak berdoa minta pertolongan kepada Allah agar Allah segera memperbaiki keadaan anak ibu. Waallahu a'laam
Pertanyaan HA 16
1. Bagaimana cara kita mulai menanamkan ilmu ketaukhidan pada anak-anak kita usia balita?
Jawab
Untuk penanaman pendidikan kepada anak sangat mungkin dilakukan sejak dini. Bisa diawali dengan membangun suasana rumah yang qur'ani - segala aktifitas sunnah dijaga oleh para penghuninya. Ini diantaranya upaya untuk membangun ruhiyah anak.
Pertanyaan HA 17
1. Dari pengalaman saya, 6 tahun di nfbs boarding school menjadikan anak saya cukup baik ibadah dan tauhidnya dibanding anak-anak seumurnya. Sekarang dia merantau di bandung, kuliah dengan lingkungan yang jauh beda dengan boarding schoolnya. Bagaimana cara menjaga agar semua yang diajarkan selama 6 tahun itu tidak hilang? Dengan cara lembut atau cara keras? Saya agak khawatir belum terlalu kentara sih perubahannya, tapi saya tetap khawatir
Jawab
Jika yang dimaksud bunda penanya 6 tahun itu adalah masa sekolah menengah dan atas (SMP dan SMA) maka in sya Allah fondasi sudah cukup kuat hanya saja bunda saat ini perlu memantau dengan seksama dengan siapa saja dia bergaul. Jika kita mengikuti bagaimana Rasulullah saw mengajarkan pendidikan pengasuhan kita kepada anak yang berumur sekian (masuk jenjang kuliah kira-kira) maka berparthnerlah kita bersamanya. Posisikan dia sebagai insan yang dewasa dan mandiri siap menjalani hidup tanpa pemantauan yang terlalu detail tetapi dia tetap bisa menjaga seluruh ilmu agama yang telah dia trima untuk terus menerus dipertahankan dalam dirinya untuk diterapkan dan ditingkatkan baik kwalitas maupun kwantitasnya. Hal ini sangat perlu agar ketika dia bertemu dengan orang-orang yang baru dan tidak terlalu tertarik pada ketaatan maka dia in sya Allah akan bisa bertahan istiqomah dijalan yang lurus. Waalahu a'laam bishowwab.
Pertanyaan HA 18
1. Ustadzah, bagaimana cara mendidik anak jarak jauh seperti saya ini sedang yang menjaga anak saya terlalu memanjakan sehingga anak menjadi nakal, sedang saya tidak bisa mengawasi terima kasih sebelumnya umm?
Jawab
Bunda jika kondisi sepertinya ini memang resiko tetap ada pada orang tua si anak ya. Mengapa melepas anak dalam kondisi berjauhan harus jelas dulu. Syar'i atau tidak? Sudah melalui proses istiqoroh apa belum? jika belum naah ini yang bisa jadi menimbulkan ketidak ridhoan Allah sehingga menjadi penyebab munculnya masalah demi masalah. Saran saya agar bunda segera mohon ampun kepada Allah ta'alaa dan berdoa agar Allah memperbaiki keadaan bunda. Ok
Pertanyaan HA 20
1. Bunda bagaimana jika anak-anak kita sudah remaja dan kita merasa belum maksimal mendidiknya ketika masih kecil karena kurangnya ilmu dan pemahaman Islam, apakah sudah terlambat? Masih bisakah diperbaiki?
Jawab
Jawab
In sya Allah tidak ada kata terlambat bunda dalam urusan kebaikan. Segera mengadakan kesepakatan dan strategy dengan suami yang kemudian lakukan sosialisasi yang tepat dengan anak bahkan kalau perlu lakukan remormasi kepada keluarga sehingga perjuangan hijrah dilakukan secara serempak dalam keluarga. Tehnis pendekatan kepada anak-anaknya juga harus tetap dan tervaluasi secara sistematis. Sehingga perubahan in sya Allah bisa menghasilkan ruh keluarga yang islami dan berahlaq Qur'ani.
2. Ada gak buku khusus pengenalan Allah pada anak? Kadang anak bertanya Allah itu seperti apa? Terkadang pertanyaan yang tak disangka-sangka muncul dari anak. Hingga orang tua bingung menjawabnya. Mohon arahan ny Bunda
Jawab
Sebaiknya ibunya yang banyak belajar dan rajin cari buku islam yang menyajikan bahasa anak tetapi tidak mengurangi maksud untuk mengenalkan siapa Allah itu. Bisa dicari buku-buku anak tentang asma'ul husna.
Pertanyaan HA 21
1. Ustadzah saya mau bertanya menyangkut kehalalan makanan, ada seorang tetangga non muslim yang suka memberikan makanan biasanya kue. Anak-anak suka dengan kuenya, walau sang tetangga tidak memakan daging babi saya tetap takut dengan apa yang dikasih. Bagaimana baiknya ustadzah apa boleh dimakan?
Jawab
Terima makanan tersebut dengan baik dan makanlah. Jika timbul keraguan yang kuat maka segera tinggalkan karena kita dibolehkan berada pada hal-hal yang sifatnya subhat.
Pertanyaan HA 22
1. Aku ada pertanyaan nih ummi. Terkait dengan kandunganku yang masuk 7bulan ini, adakah amalan lain selain kita beribadah (tadarus,sholat sunnah) agar anakku kelak menjadi anak yang berakhlakul karimah?
Jawab
Perbanyak tilawah jika diluar waktu hamil sudah terbiasa tilawah 1 juz usahakan dimasa kehamilan ini menjadi 3 juz perhari. Banyak berdoa :
Perbanyak tilawah jika diluar waktu hamil sudah terbiasa tilawah 1 juz usahakan dimasa kehamilan ini menjadi 3 juz perhari. Banyak berdoa :
allahummaj'anaa wa ahlanaa wa min dzurriyyatinaa min ahlil ilmi wa ahlil Qur'aanil 'adziim birohmatika yaa Arhamar Roohimiin
Pertanyaan HA 23
1. Bunda...mau tanya, kami lagi kumpul keluarga, anak saya yang pertama Bilal umurya 3th kalau ayahnya sholat ke masjid hampir setiap saat si anak ikut termasuk subuh padahal kami ndak pernah maksa, tetapi semenjak ada sepupunya di rumah si anak ogah-ogahan ke masjid dan sering marah-marah sambil teriak-teriak, karena sering dijahili sepupunya, bagaimana solusinya bunda?
Jawab
Ini bukti betapa lingkungan itu sangat membentuk karakter. Bagi pribadi yang belum matang membiarkannya terkontaminasi okeh pengaruh buruk sangat tidak cerdas. Walaupun hanya beberapa jam atau hitungan menit suatu pengaruh buruh akan merusak tatanan khususnya bagi anak yang seusia itu. Saran saya lakukan tindakan penyelamatan yang tidak menyingung orang tua saudaranya yang bisa saja menjadi sumber pengaruhnya. Aksannya selain ibu menasihati anak ibu sendiri, bunda juga menasihati anak saudara itu.
2. Putri saya 3 orang, 13th, 10 th, 4,5 thn. Saya berusaha sabar mengajari sholat 5 waktu tapi anak saya yang 10 thn paling susah di suruh sholat banyak banget alasannya padahal saya dan suami selalu sholat bersama di dekatnya. Tiap hari saya selalu marah kalau sudah waktunya sholat. Tolong bunda, bagaimana ya solusinya?
Jawab
Setiap suatu musibah keburukan ahlaq yang menimpa seorang anak yang sudah dewasa maka 50% adalah kesalahan orang tuanya. Sedangkan jika terjadi pada anak yang belum aqil baliqh maka bisa jadi 100% kesalahan orang tua nya. Sebaiknya kedua orang tuanya segera melakukan introspeksi diri, banyak istighfar dan memberbaiki diri. Dalam bidang atau hal apa kira-kira? Semua hal bunda... Terutama yang terkait dengan ketaatan kepada Allah ta'alaa. Waallahu a'laam
PENUTUP
Doa Kafaratul Majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Semoga bermanfaat.
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT