Home » » Kajian Islam Kontemporer - Problem-problem manusia kontemporer

Kajian Islam Kontemporer - Problem-problem manusia kontemporer

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, October 7, 2014

Rekapan grup nanda 106
Materi          : islam kontemporer
narasumber : Ust.Akhmad damyati
Rekap          : nanda irfa
Editor          : Ira Wahyudiyanti

Assalamualaikum Warahmatullah wabarakatuhu
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah. Wassholatu wassalamu ala Rasulillah. Waala alihi wasohbihi waman walah

Semua orang, siapa pun, dimana pun, tdk ada yg tdk ingin selamat. Semua org selalu ingin bahagia. Semua yg positif pasti yg dicari. Semua itu ada pada islam.
Oleh karena itu, jika itu diinginkan, maka İslamlah jawabannya.
Dalam isu kebahagiaan misalnya, islam memberikan konsep kebahagiaan yg komprehensif, yg klo kita terapkan, bisa mengobati problem2 masa kini.
Problem-problem manusia kontemporer berasal dr paham kebahagiaan yg sempit. Lalu paham yg sempit itu diterapkan dalam hidup. Lalu berlakulah krisis pada manusia modern itu...
Problem-problem manusia kontemporer berasal dr paham kebahagiaan yg sempit. Lalu apa dan bagaimana orang pada umumnya memahami bahagia?
Perhatikan separuh mukanya tersenyum dan separuh lagi merengut
İtu tadi lukisan monalisa...oleh Da Vinci
Komprehensif itu lengkap...sempurna...
Ada lagi simbol teater atau drama....satunya ketawa..satu lagi menangis...
İtu gambaran konsep kebahagian yg datang dr Barat.
Akar konsep ini berasal dr falsafah Yunani...mitos dr mereka...lalu diejawantahkan dlm kehidupan...mitosnya itu namanya Sysipus...
Sysipus adalah orang yang kerjaannya mendorong batu dari bawah bukit ke atas bukit. Setelah nyampe atas dia lemparkan lagi ke bawa...dan dia turun...lalu itu diulang-ulang secara terus menerus tanpa henti. Seakan dia sudah pasrah dengan nasibnya yg ndorong dan menggelindingkan batu itu.
Kit, manusia modern ini sudah kadung dijejeli dg dunia kerja...kerja...kerja...kerja...uang uang uang...
klo seharian kita cari uang...dari pagi sampe sore..lalu malamnya istirahat...menikmati masa istirahat itu seperti kita sudah sampe atas bukit dan melemparkan batu ke bawah...rasanya enteng. dan itu keniknatan istirahat kita... orang modern ya seperti itu saja kerjaannya dari hari ke hari... antara tersenyum dan merengut... antara tertawa dan menangis. sedang tujuan di sebalik itu kosong..
lalu bagaimana sebenarnya bahagia itu dalam İslam? nah ini yg perlu kita bahas...kan katanya komprehensif...
nah...sy perkenalkan kitabnya İmam alGhazali...
Judulnya itu Kimiya alsaadah...
berikut ini penjabarannya.
Alkemi  dengan bahasa latin alchimia berasal dari bahasa Yunani kuno chemeia (χημεία) atauchemia (χημία) yang kemudian ditransformasi oleh para ilmuan Muslim ke dalam bahasa Arab dengan tambahan artikel al- (الـ‎). Dalam ilmu pengetahuan, ia berbicara masalah komposisi, struktur, sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta transmutasi atau transformasi dan interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari di sekitar kita.
Kimia, senyawa kimia atau reaksi kimia tak nampak oleh mata telanjang manusia. Wujudnya tak terlihat, alias abstrak. Tapi semua percaya kewujudannya, bahkan para saintis membentuk disiplin ilmu tersendiri, yaitu ilmu kimia, saking yakin dan percaya akan penting dan wujud dari kimia itu. Itu artinya semua orang merasakan kewujudan tak terlihat mata telanjang yang bernama kimia tersebut. Menghubungkan kimia dengan kebahagiaan gampang-gampang susah. Sebab terlalu banyak orang menggambarkan kebahagiaan dengan hal-hal yang tampak saja, kebahagiaan fisikal, walaupun itu realitas yang dalam Islam juga diakui.
Namun demikian, benang merahnya terdapat pada transmutasi atau transformasi kimia, dari atom, mulekul menjadi wujud fisik. Demikian juga bahagia, sebelum hadirnya bahagia pasti ada transmutasi, transformasi dari hal-hal yang tak terlihat, “kimiawi”, menjadi substansi yang bernama “kebahagiaan”. Dengan kata lain, ada“transmutasi kimiawi kebahagiaan”. Atau, boleh kita bayangkan, kita sedang mencari hakekat kebahagiaan dan akar kebahagiaan pada manusia.
Kenyataannya, walaupun tidak terlihat, pada diri manusia terdapat beberapa macam reaksi psikologis seperti senang, sedih, marah, dan lain sebagainya. Sedangkan “bahagia” merupakan yang terpenting diantara reaksi itu mereka. Bahkan, itu inti yang dituju oleh semua manusia. Dan itulah yang sedang kita cari tahu; “Kemistri Kebahagiaan”.
Tidak ada manusia yang tidak ini bahagia. Hanya orang tidak sehat akal pikirannya saja yang tidak menginginkannya. Sementara di dunia ini, aktor utama dalam kehidupan adalah manusia. Maka dari itu kebahagiaan turut menentukan keberlangsungan kebahagiaan-kebahagiaan lainnya, seperti kebahagiaan dalam keluarga, kebahagiaan dalam masyarakat, kebahagiaan dalam komunitas, dalam negara bahkan dalam peradaban. Semakin tinggi kadar kebahagiaan seseorang, semakin tinggi pula kesejahteraan yang ia capai. Semakin banyak orang bahagia, maka semakin sejahtera komunitas, dan lain sebagainya. Sebaliknya, semakin tidak bahagia seseorang, maka ia semakin tidak sejahtera. Semakin sedikit jumlah orang yang tidak bahagia, maka semakin rendah kesejahteraan komunitas itu.
Sebagai aktor utama dalam kehidupan, bahkan Allah Swt menyebut manusia sebagai wakil-Nya (khalifah) di muka bumi,[1] maka untuk mencari Kemistri Kebahagiaan perlu mengenal manusia itu sendiri. Mengenali manusia berarti mengenali diri kita sendiri, siapa diri kita, dari mana diri kita, mau kemana dan berakhir di mana? Lalu kalau tujuannya ingin bahagia, dengan apa kita bahagia? Dan seperti apa kebahagiaan itu?
Mari kita mulai dari sketsa penciptaan manusia yang Allah Swt telah sampaikan dalam banyak ayat. Manusia diciptakan dari tanah;[2] dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk;[3] dan ditiupkan ruh. Tujuannya agar tunduk dengan bersujud kepada-Nya.[4] Kisah penciptaan ini juga tersajikan dengan lengkap dalam sketsa penciptaan bapak manusia, Adam a.s.[5]
Dari sketsa penciptaan itu maka bisa dipahami bahwa ada aspek tanah dan aspek ruh pada diri manusia. Aspek tanah mewakili badan fisik manusia. Sementara ruh mewakili aspek dalaman manusia, di mana di sana ada akal dan hati. Dengan hati manusia mempunyai ‘azam,[6] dengan akal manusia mempunyai ilmu,[7] dengan jasadnya manusia beramal.[8] Itulah kapasitas manusia yang kemudian tatkala ditawari amanah oleh Allah Swt manusia berani menerimanya,[9] yaitu amanah untuk menjadi khalifah sekaligus abid-Nya di muka bumi.[10] Jika itu berjalan sebagaimana Allah rencanakan, maka manusia mendapatkan imbalan (reward). Namun jika sebaliknya, maka hukuman (punishment) lebih dekat kepadanya.[11]
Menariknya, di ayat yang lain, Allah Swt juga menyebutkan dalam al-Quran mengenai eksistensi manusia itu semenjak alam arwah, sebelum diputuskan kewujudannya di dunia nyata. Allah Swt terlebih dahulu meminta persaksian kepada calon manusia itu, Allah Swt sebagai Tuhannya dan ia bersedia bersaksi. Bisa dipahami bahwa di alam ruh waktu itu calon manusia sudah wujud. Hanya saja belum diputuskan oleh Allah Swt apakah akan diwujudkan  ke dunia atau tidak.[12]
Ibaratnya, manusia itu dimintai meneken kontrak kewujudan oleh Allah Swt, yang isi kontraknya itu pada intinya adalah bersaksi atas ketuhanan Allah Swt. Jika kontrak itu diteken, maka ia resmi menjadi manusia dan siap menerima mandat sebagai wakil-Nya di bumi. Jika tidak, maka batallah kontrak itu serta batal pula kewujudannya di muka bumi.
Sebuah kontrak yang sudah diteken tentu mempunya konsekuensi, baik reward jika dilaksanakan ataupun punishment jika dilanggar. Konsekuensi itu akan berlaku setelah masa taklifsudah sampai. Sebelum itu, manusia berada pada masa orientasi pengenalan dengan alam barunya, alam dunia, sekaligus mengenali tugas-tugasnya di muka bumi. Ketika manusia lahir ke muka bumi, maka ia tidak ingat akan kontrak ilahiyah yang pernah ia teken. Itulah sebabnya, ia disebut “insan”, yang artinya lupa, karena memang manusia telah lupa dengan persaksian dengan Allah Swt itu.
Bagaimana cara mengingatnya dan siapa yang mengingatkan? Tentu Allah Swt tidak tinggal diam. Allah Swt utus para nabi kepada manusia. Melalui para nabi wahyu itu diturunkan. Dari wahyu itulah peringatan-peringatan itu disalurkan. Jalur peringatan ini disebut tanzili, yakni diturunkan oleh Allah langsung. Ibarat komputer, manusia sebagai perangkat kasarnya siap diinstal dengan program-program. Untuk mengenali kontrak ilahiyat itu, program-program  yang paling valid dan kompatibel itu bernama wahyu. Sementara yang lainnya, seperti akal, panca indera dan ayat-ayat Allah yang kauniyah membantu mempercepat pengenalan terhadap kebenaran.
Namun demikian, misi-misi ilahiyat kepada manusia tidak serta merta bermula, sampai tiba masanya mukallaf (keterpaksaan melaksanakan mandat). Hal itu ditandai dengan matangnya dua komponen penting pada manusia; (1) akal sehat, (2) sudah baligh. Yang pertama aspek internal dan yang kedua aspek eskternal atau biologis manusia. Jika salah satunya tidak tercapai, maka kewajiban itu tertunda sampai sempurnanya kedua komponen itu, atau tidak sama sekali.
Menukil Imam Gazhali dalam Kimiya’ al-Saadah, manusia itu ibarat sebuah negara. Negara dipimpin oleh seorang Presiden. Presiden mempunyai banyak bawahan. Paling tidak presiden mempunyai menteri, punggawa dan tentara. Tidak hanya itu, seorang presiden mempunyai produk undang-undang (sistem) yang ia jalankan dalam pemerintahannya. Oleh karena itu ia juga mempunyai visi dan misi untuk keberlangsungan dan kemajuan negaranya, baik jangka pendek (dunia) maupun  jangka panjang (akhirat).[13]
Negara “manusia” dimpimpin oleh hati (qalb). Hati mempunyai banyak bawahan: menterinya adalah akal (‘aql), pembantunya adalah badan, alat transportasinya adalah nafsu, mata-matanya adalah panca indera, pekerjanya adalah syahwat, pengawalnya adalah amarahnya serta dunia menjadi tempat tinggalnya sementara. Sementara hala tuju terakhirnya adalah akhirat. Kesempatan mengelola negara hanya di dunia, walaupun perjalanannya masih panjang sampai nanti di akherat.
Di antara komponen negara itu, fisik manusia menduduki jabatan terendah. Mereka ibarat masyarakat awam di kalangan sipil. Sementara hirarki di atasnya tidak berupa fisik, tapi lebih kepada substansi internal non-fisik yang eksis, ada dan terasa walaupun tidak terdeteksi oleh panca indera. Mereka para menteri, para prajurit dengan jenderal-jenderalnya, pengawal presiden dengan paspampresnya, para hakim dan jaksa agungnya, dan lain sebagainya. Justru panca inderalah yang menjadi mata-mata yang memata-matai alam eksternal untuk kemudian informasi yang didapat dipersembahkan kepada internal manusia yang dirajai oleh hati itu.
Tentu stabilitas Negara sangat ditentukan oleh koordinasi dan kerjasama antar semua elemen dalam melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan tempatnya masing-masing. Presiden “hati” memenej bawahannya dengan baik. Sementara semua bawahannya melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebaik-baiknya. Dengan demikian, negeri insan ini stabil, berjalan sesuai hala tuju, dan tentunya bahagia pasti tercapai. 

Tanya pak ustadz
6.Dengan hati manusia mempunyai 'azam
'Azam itu apa ya 😅
Trs
Kebahagiaan mnrut agama qta itu apa.. cz kadang sbagian org yg udh ibadah..mlksanakan puasa..solat dll aja suka mengeluh
baik, azzam itu keinginan yg kuat...
Lantas bagai mana ya pak agar duni dan ahirat bisa sejlan
utk bisa sejalan, ikuti jalan sudah digariskan Allah swt..
Tanya pak ustadz selain rasa syukur apakah kunci kebahagiaan seseorg itu?
kesimpulan dr kebahagiaan yg sempurna itu ya kebahagiaan spt dlm surat alfatihah..yaitu kenikmatan yg Allah berikan...
kenikmatan di sana adalah keimanan itu sendiri...
Jd bersyukur atas semua nikmatNya termasuk sdh bahagia yah,ustadz?
termasuk itu...
bahagia bisa kita bagi levelnya menjadi:
1. bahagianya orang awam...yaitu bahagia menurut pandangan kebanyakan org...biasanya dilihat dr sisi ekonomi, sosial...
2. bahagia menurut kaum itelektual, ini dilihat sejauh mana dia mengerti terhadap situasi dan kondisi brdasarkan ilmu yg dia bisa menyelesaikan masalah yg dihadapinya...
3. bahagia menurut agama. yaotu bhgia ketika berhasil melaksakan semua perintah Allah dan menjauhinya. puncaknya bisa mengisi seluruh hidup kita dg berjumpa dg Nya...
Yg bahagia menurut agama kita/islam itu sprti apa
Cz org yg ibadahnya bgus aj mnrt qta msh suka ada yg ngeluh
baik...yg ibadahnya bagus tapi mengeluh, lihat dulu mengeluhnya gimana? kan hati kita memang punya sifat mengeluh (lawwamah)...yaitu menggelu, menyesal, menggrutu ttg perbuatan salH kita itu. klo itu mah bagus...
Ustdz..klau kita menerima apapun hasilnya baik atau buruk dan sbelumnya sudah melakukan usaha maksimal
Itu termasuk bersyukur kah?
yang maha menentukan itu Allah...kita cuma merencanaka, planing, dan semua rencana kita itu tidak bisa direalisasikan semuanya. oleh kareana itu, perbanyak doa kepada Allah...setelah berusaha ya tawakkal. itu langkahnya...disanalah juga ada kebahagiaan...
ya...bersyukur dg Allah anugerahkN apapun hasilnya.. Allah akan menilai hasil kerja kita itu...
Ustdz..klau kita sudah mencapai titik bosan dngan aktivitas kita, apa yg hrus dilakukan? Apakah itu krena kita kurang bersyukur?
yang bosan itu sebetulnya hati kita tidak tenang... tenangkan hati...cara terbaik baca al Quran sambil tadabbur ayat2nya
Tadz gmn caranya agar dunia dan akhirat bisa balance krn kdg2 yg namanya manusia kalo sdh kerja suka lupa wkt
kontrol diri dg baik...

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

Ketik Materi yang anda cari !!