Home » , , , » PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, October 3, 2014

Kajian Online Telegram Hamba  اللَّهِ  SWT

Hari / Tanggal : Kamis, 02 Oktober 2014
Narasumber : Ustadzah Imas
Materi : Parenting
Notulen : Nurza
Editor : Ana Trienta
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته,

Saya akan coba menuliskan kajian malam ini, mengawali tema parenting. Semoga bermanfaat. ...

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Tidak kita pungkiri bahwa pendidikan terhadap anak merupakan faktor penting yang sangat diperhatikan di dalam Islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. At-Tahrim ayat 6 :
"Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..."
Rasulullah Saw sangat menekankn hal ini pada kita, dalam hadits disebutkan : 
"Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah,  ibu bapaknyalah yang menjadikannya seorang yahudi, nashrani, atau majusi (HR. Bukhari)
Banyak sekali metode, cara atau teori-teori dalam pendidikan anak pada masa sekarang. Namun kalo kita cermati dari hadits-hadist yang berbicara tentang hal ini ataupun kisah para sahabat dan para ulama salafusholeh, metode itu terbagi dalam 3 pilar:
  1. Diarahkan untuk kedua orang tua / para pendidik
  2. Metode penanaman nilai dari orang tua / pendidik kepada anak
  3. Dasar-dasar pendidikan yang memberikan pengaruh dalam kejiwaan anak
Sebagai bahan tadzkirah untuk diri sendiri yang sering lupa akan hal ini. Teringat akan perkataan 'Uqbah bin Abi Sufyan rahimahullah ketika beliau menyerahkan anaknya kepada seorang guru, ia mengatakn : "Hendaklah yang pertama kali engkau lakukan untuk memperbaiki anakku adalah mmperbaiki dirimu sendiri, karena penglihatan mata mereka adalah tertumpu kepada penglihatanmu, apa yang baik pada mereka adalah apa yang menurutmu dianggap baik dan yang jelek pada mereka adalah apa yang menurutmu dianggap jelek"

Terlebih kalo kita merenungkan firman Allah SWT, dalam QS. Ash-Shaff 2-3 : 
"Wahai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakn sesuatu yang tidak kamu kerjakan, amat besar kebencian di sisi Allah terhadap apa-apa yang kamu katakan tetapi tidak kamu kerjakan"
Maka sesungguhnya bagi para orangtua,  bagi para pendidik hendaknya mendidik dirinya sendiri terlebih dahulu, sebab orangtua yang sholeh akan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang akan dilihat, didengar & ditiru oleh seorang anak.

Islam sangat memperhatikan faktor keteladanan (qudwah) ini. Prinsip ato teori sebagus apapun jika tidak disertai contoh, hanya akan mejadi kumpulan teori atau resep tak bermakna. Anak-anak akan lebih banyak berinteraksi dengan orang yang dijadikannya contoh atau qudwah ini. Jangan berharap banyak pada anak supaya mereka rajin tilawah qur'an dan menghafalkannya jika anak-anak seringnya melihat orangtua pegang hp untuk urusan lain bukan membuka aplikasi Al-Qur’an & membacanya. Kalopun kita disibukkan dengan dakwah & kajian online, tetap interaksi kita dengan al-Qur’an tidak bisa tergantikan, bahkan sesungguhnya itu bisa menjadi vitamin dan suplemen bagi jiwa kita sehingga mampu menahan beban kelelahan kita.

Sifat-sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap pendidik seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw. Kesuksesan Rasulullah dalam mendidik bangsa Arab, selain dengan strategi pendidikan yang jitu, tentu tidak lepas dari sifat-sifat teladan beliau sebagai seorang pendidik. Profesor Doktor Muhammad Rawwas Qal’ah Jie, dalam kitabnya, “Dirasah Tahliliyah li Syakhsiyyah ar-Rasul Muhammad”, menjelaskan diantaranya lima sifat Rasulullah yang harus jadi teladan para pendidik agar sukses dalam mendidik masyarakat. 

Pertama : Kasih Sayang
Sifat ini wajib dimiliki oleh setiap pendidik. Karenanya, orang yang hatinya keras, tidak layak menjadi pendidik. Sebab, kasih sayang ini  merupakan perasaan sensitif yang secara otomatis bisa mendorong pendidik untuk tidak suka meringankan beban orang yang dididiknya. Ketika membicarakan sifat-sifat Rasulullah saw, kita akan menyaksikan, bagaimana beliau memendekkan shalatnya ketika mendengar tangis anak kecil di belakang shaf (barisan), karena kasih sayang beliau kepada ibunya yang merasakan kepedihan tangis anaknya.Kita juga bisa menyaksikan bagaimana beliau telah menerima penganiayaan orang-orang musyrik Makkah, dan di Thaif pun beliau mendapatkan hal yang sama, ketika beliau didatangi malaikat penunggu gunung agar diperintahkan untuk menghancur leburkan suku Tsaqif, yang telah menghina dan menganiaya beliau, maka perasaan kasih sayang yang memenuhi kalbu beliau, sang pendidik agung itu pun tergerak, kemudian beliau mengubah adzab dengan doa untuk mereka, “Semoga Allah melahirkan dari generasi mereka, orang yang menyembah-Nya.”Anas bin Malik juga pernah berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang begitu menyayangi keluarganya, melebihi Rasulullah saw.”

Kedua : Sabar
Sabar adalah bekal setiap pendidik. Setiap pendidik yang tidak berbekal kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia akan celaka, atau kembali. Jika kita menelusuri biografi sang pendidik agung, Nabi saw ini, kita akan melihat bahwa beliau merupakan lambang kesabaran yang patut dikibarkan, sabar terhadap penganiayaan kaumnya yang dilakukan terhadap tubuh beliau, juga penyiksaan mereka terhadap nyawa beliau, sampai urusan (yang beliau emban) itu nampak jelas di hadapan mereka, dan kecemerlangan tujuan beliau pun terlihat dengan jelas di depan mata mereka. Maka, kebencian mereka kepada beliau pun berubah menjadi cinta, dan penganiayaan mereka berubah menjadi kasih sayang.

Ketiga : Cerdas
Seorang pendidik harus pandai dan cerdas (fathanah), sehingga dia bisa menganalisis masalah obyek didiknya yang sangat rumit. Jika masalah tersebut baik, dia bisa menjadikannya sebagai cara terbaik bagi obyek didik tersebut untuk mengembangkannya. Dan jika masalah tersebut buruk, dia bisa memilih cara terbaik untuk menyelesaikannya. Dia juga bisa menganalisis apa yang relevan dan tidak dengan obyek didiknya. Dia juga bisa memahami emosi jiwanya dengan melihat raut mukanya. Juga bisa memahami perbedaan-perbedaan pribadi di antara mereka yang begitu rumit. Sebab, tugasnya adalah menyelami relung  jiwanya melalui perbedaan-perbedaan tersebut, atau memanfaatkannya dengan maksimal untuk mengarahkan tiap individu pada hal-hal yang bisa diraihnya. Rasulullah saw sebagai utusan Allah swt telah dihujani oleh Allah dengan sifat kecerdasan sebagai fitrah asal beliau. Seluruh analisis yang menganalisis kepribadian Rasulullah saw dan para ulama ushuluddin telah sepakat bahwa Rasulullah saw secara pribadi, serta Rasul-rasul yang lain mempunyai sifat cerdas.

Keempat :  lemah lembut
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra,  bahwa Rasulullah Saw bersabda : "Wahai Aisyah bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan pada sebuah keluarga,  maka Allah menunjukkan mereka kepada sifat lemah lembut". Dalam riwayat lain disebutkn "Jika Allah menghendaki kebaikan pada sebuah keluarga,  maka Allah akan memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri meraka"

Kelima : lunak dan fleksibel
Disini kata lunak atau fleksibel harus difahami secara luas dan menyeluruh, bukan dengan kacamata yang sempit, bukan berarti lemah dan hina, tetapi makna yang sebenarnya adalah memilih kemudahan (taisir) yang dibolehkan oleh syara'. 
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Maukah aku beritahukan tentang orang-orang yang haram bagi neraka atau neraka haram baginya? Neraka itu haram atas setiap orang yang mudah dekat dengan orang lain, lunak (fleksibel) dan mudah (bergaul), HR. At-Tirmidzi dan mengatakan sebagai hadits hasan.

Semoga kita bisa menjadi qudwah yang baik buat anak-anak kita, wallahu'alam
Itu yang dapat disampaikan,  mohon maaf karena mau menyambut sang suami yang baru pulang dari luar kota,  izin dulu sebentar,  in sya Allah nanti saya hadir lagi

TANYA JAWAB
Tanya
Sebelum menyelami hati anak gimana kita bisa menata diri dulu umm? supaya kita bisa mengerti hati anak
Jawab
Mba nurza, harus diakui memang sering kali suasana hati kita sangat berpengaruh terhadap cara mendidik anak, makanya para orang tua, khususnya ibu perlu menjaga kekuatan hubungan dengan Allah SWT, karena ibu lah yang pulang dekat hubungannya dengan anak, semenjak anak dalam kandung kemudian menyusuinya kontak batin, termasuk suasana hati sering kali pengaruh kepada anak

Tanya
Ummi.. Ana juga punya pernah liat ada seorang anak yang kadang ringan tangan, sering memukul temannya padahal masih umur 5 tahun dan kalau dilihat dari ayah dan ibunya tidak suka memukul malah menyayangi anak-anaknya. Itu kenapa ya umm?
Jawab
Mb arin, masalah kenakalan pada anak tidak dengan serta merta terjadi begitu saja, coba ditelusuri siapa-siapa aja yang dekat dengan anak tersebut, kalo dari sisi penanaman nilai dari orang tua sudah dilakukan kemudian orang tua juga tidak pernah mencontohkan kekerasan,  ternyata bi'ah ato lingkungan sekitar, bisa saja dia melihat temannya ato justru dia dijadikan objek kekerasan oleh teman mainnya yang lebih tua usianya

Silahkan ustadz/h yang mau menambahkan, ato teman-teman sharing pengalaman dalam mendidik anak,  karena terkadang tidak bisa disamakan satu anak dengan anak yang lain, dengan banyak sharing dengan para orang tua kita jadi banyak mendapat beragam metode/cara untuk kita terapkan kepada anak kita bila cara yang kita pakai belum berhasil,  walawpun kita menyadari tentunya yang namanya pendidikan bukan dadakan, dia butuh proses dan waktu yang lama

PENUTUP :
Doa Kafaratul Majelis :

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك 

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika 
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”.  

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

Ketik Materi yang anda cari !!