Jum’at,
31 Oktober 2014
Narasumber
: H A Doli Sanusi
Grup:
HA Ayah 305
Admin: Fuad Adi N
Materi
: Syakhsiyah Islamiyah
Kepribadian
atau dalam bahasa Arab disebut Asy-Syakhshiyyah, berasal dari
kata syakhshun. Artinya orang, seseorang, atau pribadi. Kepribadian bisa
diartikan jati diri seseorang (haqiiqatu asy-syakhshi). Kepribadian seseorang
ditentukan oleh cara berfikir (aqliyyah), yaitu cara seseorang memikirkan sesuatu
berdasarkan suatu standar tertentu atau bagaimana seseorang mengkaitkan fakta
dengan informasi sebelumnya (dan sebaliknya) berdasarkan suatu standar tertentu
dan cara berbuat (nafsiyah), yaitu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.
Kepribadian
barangkali mirip sebuah energi. wujudnya sendiri adalah sesuatu yang abstrak.
Orang hanya dapat menilai “dampak” yang ditimbulkannya. Disinilah titik
kemungkinan orang berbeda dalam mendefinisikan makna “pribadi”.
Pribadi
pada dasarnya hasil bentukan antara unsur utama dalam diri manusia. Yaitu,
unsur pemikiran atau pola pikir (aqliyyah) dan sikap kejiwaan (nafsiyah).
Kualitas
serta corak pemikiran serta kejiwaan seseorang, menentukan
ketinggian syakhshiyyah (pribadi) seseorang. Karena itu pribadi manusia
tidak ada hubungannya dengan penampilan fisik seseorang, Kecantikan atau
ketidakcantikan perempuan tidak ada hubungannya dengan tinggi-rendah
pribadinya.
Maka
pada hakekatnya kepribadian Islam merupakan perwujudan pola pikir
islami (Aqliyah Islamiyah) dan pola tingkah laku
islami (Nafsiyah Islamiyah).
Aqliyah
Islamiyah hanya akan terbentuk dan menjadi kuat pada diri seseorang bila
ia memiliki keyakinan yang benar dan kokoh terhadap Aqidah
Islamiyah dan ia memiliki ilmu-ilmu keislaman yang cukup untuk bersikap
terhadap berbagai ide, pandangan, konsep dan pemikiran yang ada di masyarakat
yang rusak, kemudian pandangan dan konsep tersebut distandarisasi dengan ilmu
dan nilai-nilai islami.
Untuk
memperoleh Aqliyah islamiyah yang kuat, hanya bisa diraih dengan cara
menambah khasanah ilmu-ilmu islam (tsaqofah islamiyah), sebagaimana dorongan
islam bagi umatnya untuk terus menerus menuntut ilmu kapanpun dan
dimanapun. Allah SWT mengajarkan kepada kita : Katakanlah “Ya Tuhanku
tambahkanlah ilmu kepadaku” (QS. Thaha : 114)
Sedangkan Nafsiyah
Islamiyah hanya akan terbentuk dan kuat bila seseorang menjadikan
aturan-aturan islam sebagai cara memenuhi kebutuhan biologisnya (makan, minum,
berpakaian dll) Nafsiyah islamiyah dapat ditingkatkan dengan selalu
melatih diri untuk berbuat taat, terikat dengan aturan islam dalam segala hal
dan melaksanakan amalan-amalan ibadah , baik yang wajib maupun yang sunah serta
membiasakan diri untuk meninggalkan yang makruh dan syubhat apalagi
haram. Islampun mengajarkan agar kita senantiasa berahlak mulia, bersikap
wara’ dan qanaah agar mampu menghilangkan kecenderungan yang buruk dan
bertentangan dengan islam.
Dalam
sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman : “ …dan tidaklah bertaqarrub atau
beramal seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai seperti bila ia
melakukan amalan fardu yang aku perintahkan atasnya, kemudian hamba-Ku
senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga aku
mencintainya” (HR Bukhari dari Abu Hurairah)
Jadi,
seseorang dikatakan memiliki syakhshiyah Islamiyah, jika ia
memilikiaqliyah dan nafsiyah yang Islami.
Syakhsiyah
Islamiyah seseorang harus semakin meningkat terus, agar pemikiran islamnya
semakin cemerlang, jiwa islamnya semakin mantap dan istiqomah serta menjadi
orang yang semakin dekat dengan Allah dan dimuliakan oleh Allah.
Wallahu
ta‘ala a’lam bishshowab.
#Pertanyaan
dan diskusi terkait #
syakhsiyah islamiyah lebih kepada akal dan
jiwa, walaupun jasad tetap penting, bukankah dalam hadits dijelaskan bahwa
mukmin yg kuat lebih disukai Allah..
Akal
yg dipenuhi dengan khasanah pengetahuan islam yg shahih, meliputi aqidah,
ibadah, sirah, fiqh dst...diharapkan akan membentuk cara pandang yg sejalan
dengan aqidah islamiyah
Jiwa
yang dilatih dengan ketaatan pada Allah SWT, akan membuat jiwa atau tuh yg
sehat, kuat sehingga dapat mengerakan jasad, mendukung akal sehingga menjadi
amal
1. Syakhsiyah islamiyah yg kokoh menjadikan
seorang muslim ketika menghadapi sesuatu, akan selalu menjadikan aqidahnya
sebagai rujukan dalam menyikapinya.
contoh
:
Ketika
ada informasi/berita misalnya bahwa memperdengarkan musik klasik pada bayi
dalam kandungan bisa membuat b maka
seorang yg sudah memiliki konsep islam trtanam kuat dalam akalnya akan segera
mencari jawaban
1.
Apakah hukum musik, trutama musik klasik mubah, makruh, haram, sunah, wajib?
2.
Dia akan mencari rferensi tandingan dari ahli tumbuh kembang anak muslim yg
terpenting contoh kedua :
Secara
akal seorang mujahid pasukan hamas di ghaza tahu dan yakin bahwa mereka berada
dalam barisan al haq
Namun
disana ada maut, peperangan, bom, peluru....JIWA yang kuatlah yang mendorong
mereka terus maju dan mendorng jasadnya utk terus berjuang, beramal walau
ancaman datang
Keduanya
sama sama dibuthkan.
Akal
yg penuh ilmu pengetahuam namun tidak ditunjang jiwa yg juga kokoh, maka bisa
jadi dia ahli berteori namun jauh dari amal
Sebaliknya
jiwa yg kuat, namun akalnyg lemah akan memudahkan seseorang jatuh dalam
syubhat, kesesatan, atau menjadi ekstrim..jiwa yg menggebu namun jauh dari
pemahaman yg benarlah..yg banyak juag menjerumuskan saudara kita
Syaikh Yusuf qaradhawie menjelaskan, iman,
jiwa seoranh al akh selayaknya seperti air yg mendidih, bergolak dan penuh
semangat dalam ketaatan.....namun karena pemahaman yg baik, maka dia tdk jatuh
dalam perkara ekstrim, dia selalu berjalan di atas sunnah...dia tahu tahapan
dakwah, dia tahu fiqh dakwah dst
Berikut
ada tulisan ciamik dari salah seorang penasehat kita, ust abdullah haidir lc
tentang bagaimana akal dan jiwa saling membutuhka dalam perjuangan.
Hentakkan
Jiwamu..!!
Kadang,
ada saatnya dalam hidup ini, kita tidak lagi membutuhkan cara-cara gradual
untuk meraih kebaikan, atau menghindar dari keburukan. Karena, perbedaan yang
tipis antara menempuh cara gradual untuk melakukan perbaikan, dengan tabaathu’
(keengganan), takaasul (kemalasan) dan taswiif (menunda-nunda), sering menjadi
celah bagi setan untuk menghalangi seseorang dari langkah-langkah kebaikan
dengan alasan bertahap dalam melakukannya.
Ya…
ada saatnya kita membutuhkan hentakan jiwa untuk keluar dari perangkap setan
yang menghalangi kita untuk mengambil langkah tegas, cepat dan tepat dalam
melakukan kebaikan. Karena, sedikit saja kita tunda langkah tersebut dengan
berbagai alibi, disanalah setan masuk, mengulur-ngulur waktu lebih lama sambil
memberi janji-janji manis penuh pesona, lalu menggiring pada kesesatan yang
nyata.
Ketika
azan telah berkumandang, sementara kita masih tertidur lelap serasa malam masih
panjang, atau tenggelam dalam kesibukan kerja bak pejuang, saat itu kita perlu
hentakan untuk menggerakkan jiwa menyambut panggilan Tuhan, menghadap-Nya
dengan jiwa yang tenang.
Ketika
jadwal mengaji sudah tiba gilirannya, sementara kita sedang asyik bercengkrama
dengan keluarga, bercanda dengan kolega, menyalurkan hobi yang disuka,
menghadiri undangan tetangga, atau asyik berselancar di dunia maya, saat itu
kita perlu hentakan untuk menggerakan hati, memenuhi agenda jiwa, menunaikan
janji membina diri menuju takwa.
Ketika
batang demi batang rokok tidak juga dapat kita tinggalkan, janji untuk
menghentikannya sudah berkali-kali dinyatakan, berbagai terapi sudah
dipraktekkan, saat itu kita butuh hentakan jiwa, tinggalkan total hingga tak
tersisa dan hapuskan rokok dari ingatan saat itu juga.
Ketika
bayang-bayang ‘si Dia’ begitu menggoda, senyumannya selalu terbayang di pelupuk
mata, ucapannya indah terdengar bagaikan kata-kata mutiara, bayang-bayangnya
selalu hadir saat bekerja, beribadah dan dimana saja, berpindah-pindah antara
satu ‘zina’ ke ‘zina’ berikutnya….. Saat itu, perlu hentakan jiwa. Hapuskan
‘file’ tentang ‘si Dia’ dalam pikiran dan perangkat lainnya, atau…. segera menikah,
agar ekspresi cinta tersalurkan dengan halal dan penuh mesra.
Dahulu,
kala perang Mu’tah yang sangat heroik, ketika satu demi satu panglima perang
kaum muslimin gugur, timbul sedikit kegentaran pada diri Abdullah bin Rawahah,
sahabat mulia yang dikenal ahli sastra. Namun dia tidak ingin terpenjara oleh
jebakan setan durjana. Segera dia hentakan jiwanya untuk turun ke arena, seraya
bersenandung penuh makna…
.Aqsamtu
billahi ya nafsu latanzilinnah……
.Latanzilinnah
aw latukrahinnah….
Wa
qad ajlabannasu wasysyaddu rannah
Maalii
araaki takrahiinal jannah…
Aku
bersumpah!
wahai
jiwa, engkau harus turun perang
.Engkau
harus turun, atau kalau tidak, engkau akan dipaksa.
Orang-orang
sudah turun, perang sengit bergemerincing…
Mengapa
ku lihat engkau tidak menyukai surga….?
Tak
lama kemudian, Abdullah bin Rawahah sudah termasuk barisan syuhada…..
Ramadan
adalah kesempatan emas untuk melakukan berbagai hentakan jiwa menuju takwa,
meraih pahala, menanggalkan dosa, berharap mendapatkan kucuran rahmat, ampunan
dan surga
……Kalau
tidak sekarang, kapan lagi?
BERDAKWAH PADA KELUARGA
Yang
pertama, adab terhadap orang tua harus tetap dijaga, tetap hormat, lembut,
tidak membantah kecuali jika di perintahkan maksiat
Yang
Kedua, dakwah terhadap orang tua adalah salah satu kewajiban yang paling utama,
Yang
ketiga, dakwah itu kita harus pinter pinteran, ceedas, banyak akal. gagal ini
coba itu, kurang berhasil ini coba itu dst...
Yang
keempat, doakan orangtua dengan sungguh sungguh, sepertiga malam terakhir
terutama menjelang subuh jangan terlewatkan
Sekarang
kita bicara yg ketiga ya, beberapa tips yg bisa kita lakukan
1.
Kalau ortu senang baca, boleh kasih hadiah buku buku yg seru dan bagus,
misalnya fiqh sunnah sayyid sabiq jilid 2 tentang shalat, yang bagus lagi
misalnya Fatwa Kontemporer syaikh yusuf qaradhawie, keren banget.... materi
materi yg dalam seperti aqidah, tafsir, aqidah, fiqh...jadi mudah dipahami,
hujjahnya kuat, lembut, menyentuh.
Bisa
juga riyadushshalihin imam nawawi, beliau bisa membaca aqidah, akhlaq,
fadhilah, ibadah, kepribadian... ini adalah salah satu kitab yg paling banyak
dibaca didunia ini, digunakan diseluruh universitas terkemuka sampai di
pesantren tradisionil...
Para
ulama menjelaskan, hal ini disebabkan karena keikhlasan imam nawawi yg
menyebabkan kitabnya ini menjadi sangat bermanfaat dan entah sudah berapa juta
mendapat hidayah melaluinya
2.
Bisa buat pengajian rutin keluarga besar, direkayasa agar yg paling
dihormatilah yg mengundang, sehingga sebagian besar keluarga diharapkan
datang..isi oleh ustadz yg memiliki kafaah syari yg mumpuni, diusahakan kajian
memiliki kurikulum yg jelas..shg teriring waktu, insya Allah akan ada perubahan
3.
Pastikan anak anak kita sholih sholihah, percayalah berapa banyak yg sulit
disentuh oleh para asatidz terkemuka, namun justru tersentuh oleh nasihat dari
mulut mulut mungil cucu cucunya
Siapa
tak tersentuh dan bangga kalau cucunya yang 8 tahun sudah hafal 5 juz misalnya
4.
Aktif di dkm dan usahakan imam rawatib adalah imam yg bacaannya indah tartil,
kajiannya berkurikulum dan sesuai sunnah, khatib khatib jumatnya
berkualitas...insya Allah tanpa terasa perubahan akan masuk dalam rumah rumah,
dakwah akan bermekaran...
5.
Bersikap ekstra baik, ekstra perhatian, ekstra sopan dst... dakwah adalah
masalah hati, kalau hati sudah terikat dan benar benar saling mencinta... maka
nasihat akan mudah ditrima...
6.dst
Wallahualam
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT