Kajian Online WA Hamba اللَّهِ SWT Umi 02
Jumat, 28 November 2014/05 Sapar 1436
Nara Sumber : Ustadzah widya
Tema: ikhlas
Admin : Bunda Fitri
Notulen: Bunda Pipiet
Editor: Selli Novita
============================
Assalamualaikum ukhti ikhwan fillah..
Alhamdulillahi nasta'inuhu wanastagh firuhu
wana'uudzubillahi min syukuuri anfusina waminsayyi ati a'maalinaa man
yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yuhdil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa
ilaha illallahu wah dahula syariikalahu wa ashadu anna muhammadan'abduhuu
warasuuluhu la nabiya ba'da
Bissmillahirahmanirrahiim ... alhamdulillah wa
sholatu wa salamu ala rosulillah wa ala alihi wa ashbihi ajmaiyn .. amma ba'du
Baik kita mulai yaaa... para ummi... kita smua
pasti pernah dan setiap hari melakukan aktifitas ini yaitu, afwan : buang air
besar ... iyaaa kan benar ??? Nah pada setiap aktifitas ini ketika kita
menyiramnya pasti kita tak mau melihatnya lagi.. atau.. kalaupun lihat pasti
tidak berlama-lama untuk melihat kotoran kita... benar ini tidak??
Apa hikmah yang bisa kita ambil dari kalimat
diatas ?? Ada yang tahukah?? Artinya ikhlas itu seperti demikian... tak usah
lagi kita lihat apa yang telah kita perbuat untuk diri kita, keluarga, orang
lain... karena sangat perlu kita menutupi kebaikan-kebaikan kita sebagaimana kita
menutupi keburukan-keburukan.
Ketika kita menolong seseorang yang sedang susah
rasanya ingin sekali kita ungkit ketika orang tersebut menjengkelkan hati
kita... yaaaa bunda??? Ada hal besar yang kita lakukan untuk keluarga kita
rasanya ingin dihormati keluarga kita karena perjuangan kita. Pekerjaan yang
bukan posisi hebat membuat kita malu dan kurang keikhlasan... lalu kita
berangan angan yang panjang dan hanya melelahkan fikiran dan jiwa kita saja.
>Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari
kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas
adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam
beramal.Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah
saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya
dari kotoran yang merusak.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang
membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di
sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika
beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu
kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak
membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang
dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah
menyerah dan selalu kecewa. Jika ada diantara kita merasakan kekeringan
ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan
perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam
tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.
Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita
akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan
pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah
hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah
bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik;
dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah
hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan
dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan
obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.
>Kedudukan Ikhlas
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman.
Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah:
“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan,
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.”
Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw.
berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau
tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan
ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” Fudhail bin Iyadh memahami
kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi,
“Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya” dengan maknaakhlasahu (yang paling ikhlas)
dan ashwabahu(yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal
dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal
itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus
ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar
jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman
Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.
Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada
seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar
kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan
terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa
Jalla.”
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi
perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi
kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan
lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah
mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka
tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”
>Buruknya Riya
Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan
amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan
segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas
orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
Riya juga merupakan salah satu cabang dari
kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti
pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil,
wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari
kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat
riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?'” (HR
Ahmad).
Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat
hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik,
apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya
diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah
saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk
mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga
di hari akhir.” (HR Abu Dawud)
>Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa
dilihat, diantaranya:
1.
Senantiasa beramal dan
bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang
banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang
yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di
hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin
berkurang jika dicela.”
Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak
dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka
maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah,
berdakwah, dan berjihad.
Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan
sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik
dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah
ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan
meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka.
Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta
izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
akhir, dan hati mereka ragu-ragu,
2.
Terjaga dari segala yang diharamkan
Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan
dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari
kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah
menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara
kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu.
Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.”
(HR Ibnu Majah).
3.
Tujuan yang hendak dicapai orang yang
ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa
memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai,
dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin
Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
Jadi mulai sekarang mari kita
renungkan dan jalankan untuk : Jangan dipandang remeh sesuatu tugasan walaupun
nampak kecil dan ringan. Mungkin kerja yang kecil itulah membuka jalan kepada
ampunan dan rahmat Allah bila dilakukan dengan ikhlas. Semua pekerjaan adalah
tugasan dari Allah walaupun kecil dan nampak tidak penting di mata manusia.
Biarlah kita seorang office boy atau seorang kerani atau seorang
pemandu, itu tugasan yang Allah pilih untuk kita dan apabila kita lakukan
dengan ikhlas, ganjaran besar menanti kita di sisi Allah di dunia dan di
akhirat.
Apa saja yang dilakukan kerana Allah,
yang kecil jadi besar disisi-Nya. Itulah kehebatan ikhlas kerana Allah. Ayuh,
jangan kita tunggu lagi… serahkan apa saja yang kita akan lakukan kerana Allah.
Tiada kepentingan diri, keluarga atau apa saja. Semuanya kerana Allah,
insyaAllah kita nanti tinggal bersaksikan hebatnya ganjaran yang menanti untuk
orang-orang yang ikhlas kerana-Nya. Semoga kita terpilih untuk tergolong di
kalangan orang-orang yang mukhlisin (orang-orang yang ikhlas)
Aamiin yaa mujibasa'iliin
Baik silahkan disimak dan dipelajari afwan tidak
ada sesi tanya jawab karena bada magrib ada mengajar lagi dan besok ada
aktifitas lagi dijalan Allah... selamat berakhir pekan dan peliharalah telaga
duha dan qiyamul lail... berdirilah ditelaga itu in syaa Allah kau akan dapatkan
apa yang kau inginkan karena Allah ...
Kita tutup dengan membaca
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha
illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku
bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku
memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”.
السَّلاَمُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللهِ
وَبَرَكَاتُه
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment