SYAHADATAIN - AR RIDHO

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Saturday, November 29, 2014



Kajian Online Hamba اللّهُ Umi 04

Jum'at, 28 Nov 2014
Ustadz : Syaikhul Muqorrobin
Tema : Syahadatain (Ar Ridho)
Editor: Selli Novita
====================================

Bismillah walhamdulillah washsholatu wassalamu 'ala rasulillah, wala hawla wala quwwata illaa billah

Ar-Ridho
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ
"Dan di antara manusia ada orang yang menjual dirinya karena mengharap keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (al Baqarah 216)
Berpegangnya kita pada kalimatullah, yaitu kalimat tauhid atau syahadat, diibaratkan sebagai keridhoan kita dalam menjual jiwa kita kepada Allah, karena kita mencari ridho-Nya. Hal ini sangat berbeda dengan mereka yang menyerukan kalimat kekafiran, sebagai mana diangkat dalam rangkaian ayat-ayat ini, yang dimulai dari ayat 204.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
"Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras." (ayat 204).
Mereka adalah penentang yang paling keras terhadap seruan kalimatullah. Mereka seolah telah menjual diri mereka, karena mengharapkan keridhoan pada apa yang ada di dunia. Syahadat kita adalah kontrak kita kepada Allah. Sesuatu yang telah dikontrakkan pada suatu pihak, maka tidak bisa lagi dijual/dikontrakkan pada pihak yang lain. Maka konsekuensi dari syahadat kita adalah kita ridho pada transaksi ini, pada kontrak yang telah dinyatakan dengan hati kita, terhadap Allah azza wajalla.
Ridho, sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi, bermakna "merasa cukup dan puas dengannya, dan tidak menghendaki selain darinya" (Syarh Shahih Muslim). Keridhoan yang terkandung dalam syahadat kita, mencakup keridhoan atas 3 hal;
1.     Ridho  kepada Allah sebagai Rabb
Kita ridho bahwa Allah adalah Tuhan yang satu, tidak ada selainNya. Maka kita merasa cukup dan puas dengan menyembah padaNya, dan tidak menghendaki selain dariNya (al Bayyinah 5). Ridho kepada Allah berarti meyakini Allah sebagai pengatur dan pembimbing hidupnya yang senantiasa menyayanginya. Karena itu seluruh aktivitas hidupnya diarahkan untuk mencari keridhoan-Nya.
2.     Ridho kepada Islam sebagai agama kita.
Kita ridho, bahwa Islam telah disempurnakan untuk kita (al Maidah 3). Maka kita merasa cukup dan puas dengannya, dan tidak menghendaki agama dan pemahaman selainnya. Ridho kepada Islam berarti meyakini Islam sebagai aturan dalam kehidupannya, yang bersumber dari Pencipta kehidupan itu sendiri. Meyakini bahwa Islam sebagai aturan yang lengkap dan sempurna. Maka kita mengamalkannya dari sisi akhlak, aqidah, ibadah, muamalah ekonomi, politik maupun sosialnya. Semua kita jalankan dengan penuh kerelaan.
3.     Ridho kepada Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul-Nya
Kita ridho bahwa Muhammad saw adalah utusanNya. Maka kita merasa cukup dan puas dengan meneladaninya (al Ahzab 21), dan kita tidak menghendaki selain risalah yang dibawanya. Ridho kepada Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul berarti meyakini bahwa contoh dan teladan kehidupan itu ada pada beliau. Maka kita rela, semua langkah dan tindakan kita disesuaikan dengan bimbingan darinya.
Ridho adalah buah dari kecintaan seorang mukmin. Maka ridho adalah kerelaan yang menggembirakan hati, bukan kerelaan yang dipaksakan. Oleh karena itu, ridho yang sempurna kepada kepada Allah, Islam, dan Nabi Muhammad, akan mendatangkan kelezatan iman.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
 ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً
Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridha kepada Allah  sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya (HR. Muslim).
Maksud dari kelezatan iman adalah ketika seorang muslim merasakan kenikmatan dalam taat kepadaNya, mengamalkan Islam sebagai tuntunan hidupnya, dan meneladani Nabinya. Maka ia pun benci  dan resah pada kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Mereka yang merasakan kelezatan iman ini akan merasakan nikmat dalam sholat dan ibadahnya, dan sebaliknya resah saat berlambat-lambat menjalankannya. Hatinya gembira dalam mencukupkan muamalah yang halal baginya, dan sebaliknya gundah dalam godaan riba dan muamalah haram lainnya. Jiwanya tenteram bersama akhlaq mulia dalam bermasyarakat dan sebaliknya gusar ketika tanpa adab. Inilah ciri-ciri orang yang benar syahadatnya. Sebagaimana para sahabat yang digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya:

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
"Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (al-Hujurat 7).

Allahumma habbib ilaynal imaan wa zayyinhu fii quluubinaa, wa karrih ilaynal kufro wal fusuuqo wal 'ishyaan, waj'alnaa minal roosyidiin
Ya Allah, jadikahlah kami cinta pada keimanan dan indahkahlah iman itu dalam hati kami, dan jadikanlah kami benci pada kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan, dan jadikanlah kami bagian dari orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.
Wallahul musta'an
Wallahu a'lam

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!