KAJIAN ONLINE HAMBA اَللّٰه NANDA 103
Hari/Tanggal : Jumat, 07 November 2014
Narasumber : dr. Nestri
Tema : Belajar “Menghidupkan” Yang Mati
Notulen : Citra
Editor : Ira Wahyudiyanti & Hernizah
Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr. wb.
Mati. Ternyata tak hanya ada satu. Dalam ilmu kedokteran forensik
ada cabang ilmu yang dikenal dengan Tanatologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian, serta faktor yang
mempengaruhi perubahannya. Dan ketika membicarakan mati, ada lima jenis mati
yang bisa dijelaskan oleh cabang ilmu ini, 4 S dan 1 O, yaitu mati somatis
(klinis), mati seluler (molekuler), mati suri, mati serebral (otak besar), dan
mati otak (mati batang otak).
Mati Somatis (Klinis)
Mati somatis adalah suatu keadaan ketika 3 fungsi dari sistem
penunjang kehidupan terhenti secara menetap. Tiga sistem penunjang kehidupan
tersebut adalah sistem jantung-pembuluh darah, sistem pernafasan, dan sistem
saraf pusat (otak dan saraf tulang belakang). Pengertian mati somatis ini lah
yang paling sering digunakan dalam menentukan hidup-mati seseorang.
Mati Seluler (Molekuler)
Mati seluler adalah kematian di tingkat sel, prosesnya pun
berlangsung beberapa waktu setelah 3 fungsi penunjang kehidupan tadi terhenti,
atau ketika mati somatis telah terjadi.
Tapi tiap sel tubuh memiliki waktu kematian yang berbeda setelah
mati somatis terjadi, misalnya sel-sel pada sistem saraf pusat baru akan mulai
mengalami kematian 4 menit setelah mati somatis. Sel-sel otot masih dapat
dirangsang oleh listrik 2 jam setelah mati somatis, bahkan masih bisa bertahan
selama 4 jam setelah mati somatis. Kornea mata dan darah memiliki waktu
kematian sel 6 jam setelah kematian somatis.
Dan masih banyak contoh lainnya, yang pada prakteknya teori mengenai
kematian seluler ini banyak digunakan sebagai dasar ilmu dalam menerapkan
transplantasi organ dari mereka yang telah meninggal dunia (mengalami kematian
somatis tapi belum mengalami kematian seluler) ke pasien lain yang masih hidup.
Mati Suri
Mati seluler pada kenyataannya memiliki waktu yang berbeda-beda pada
setiap orang, bisa lebih cepat, bisa lebih lambat. Sehingga orang yang sudah
hampir dikuburkan ke liang lahat pun bisa kembali beraktivitas seperti
biasanya, keadaan ini lah yang disebut sebagai mati suri. Hal ini dapat terjadi
ketika 3 fungsi penunjang kehidupan tidak terhenti secara menetap, atau dengan
kata lain hanya terhenti sementara karena keadaan sel tubuh yang masih hidup
dan masih berfungsi dengan baik.
Dimana pada kasus ini orang yang meninggal telah mengalami kematian
somatis (ketiga sistem penunjang kehidupannya telah terhenti) namun ternyata
tidak berujung pada kematian seluler walaupun waktu telah berlalu cukup lama.
Mati Serebral (Otak Besar)
Ketika seseorang dikatakan telah mati secara somatis, 3 fungsi
penunjang kehidupannya telah terhenti secara permanen. Namun, pada mati
serebral yang telah mengalami kerusakan permanen hanyalah otak besar, dimana
sistem jantung-pembuluh darah dan sistem pernafasan masih berfungsi walaupun
menggunakan alat bantu yang ada di rumah sakit. Kehidupan bisa dipertahankan, tapi sebatas
dengan penggunaan alat bantu medis yang ada, sehingga apabila pemberian alat
bantu medis dihentikan, maka kematian somatis pun akan terjadi karena kerusakan
permanen yang terjadi pada otak besarnya menyebabkan ketidakmampuan otak
besarnya untuk dapat memerintahkan sendiri sistem penunjang hidupnya agar dapat
berfungsi tanpa bantuan alat bantu medis, dan pasien pun akan meninggal dunia.
Mati Otak (Batang Otak)
Batang otak yang terletak di bawah otak besar dan di depan otak
kecil adalah pusat dari segala jenis aktivitas tubuh, termasuk diantaranya
adalah pusat pengaturan dari 3 sistem penunjang kehidupan yang tadi kita
bicarakan. Sehingga ketika telah terjadi kerusakan pada seluruh sel saraf otak
secara permanen termasuk diantaranya adalah kerusakan pada batang otak dan juga
pada otak kecil, maka pada saat itulah seseorang akan dikatakan mati otak atau
mati batang otak.
World Medical Association atau Asosiasi Kedokteran Sedunia pada
tahun 1981 diikuti oleh Ikatan Dokter Indonesia pada tahun 1983 sepakat
menggunakan mati batang otak untuk mendefinisikan arti mati yang sesungguhnya,
karena ketika kemampuan batang otak mengalami kerusakan atau kematian di tingkat
sel secara permanen, maka seluruh fungsi tubuh pun akan segera terhenti bahkan
sampai ke fungsi terkecil sekalipun.
Atas dasar kesepakatan inilah, maka setiap kondisi henti jantung
atau henti nafas yang dialami oleh seseorang yang belum terjadi pada dirinya
tanda-tanda pasti akan adanya kematian, akan diberlakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dikenal juga dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Hal ini
dilakukan karena adanya kemungkinan batang otaknya masih berfungsi, sehingga
fungsi-fungsi kehidupan pun masih dapat dikembalikan.
Pernah mendengar pernafasan buatan? Memberikan bantuan nafas
adalah satu dari tiga cara memberikan bantuan hidup dasar untuk mengembalikan
fungsi kehidupan yang sempat terhenti. Lalu apa dua bantuan sisanya?
Berpegangan pada pedoman American Heart Association (AHA) 2010.
Jembatan keledai untuk mengingat urutan tiga langkah bantuan hidup dasar
sebelum ada revisi dari AHA di tahun 2010 adalah A-B-C.
A untuk Airway atau
jalan nafas, yaitu dengan membersihkan jalan nafas terlebih dahulu, bersihkan
hidung atau mulut dari lendir, darah, atau benda-benda asing lain yang
menghalangi proses pernafasan.
B untuk Breathing, inilah
yang kita kenal dengan pemberian nafas buatan.
C untuk Circulation atau
memberikan penekanan pada dinding dada untuk mengembalikan aliran darah dari
jantung ke seluruh tubuh, yang artinya membantu agar udara pernafasan yang
dibawa oleh darah dapat tetap sampai ke tiap sel tubuh sehingga kematian di
tingkat sel dapat dihindari.
Namun ternyata dari kebermaknaan dan keefisienan langkah
penyelamatan pada orang dengan henti jantung ataupun henti nafas (atau bahkan
keduanya), urutan langkah A-B-C masih memiliki beberapa kekurangan, sehingga
akhirnya pada tahun 2010 AHA mengeluarkan pedoman terbaru untuk memberikan
bantuan hidup dasar yaitu urutan langkah yang lebih tepat adalah C-A-B, yaitu
memberikan penekanan pada dinding dada terlebih dahulu (Circulation), baru
diikuti dengan pembersihan jalan nafas (Airway), dan pemberian nafas buatan
(Breathing).
Karena ternyata ketika kita melakukan tindakan penekanan pada
dinding dada, pada saat itu pula secara tidak langsung kita sekaligus memasukan
udara ke paru walaupun hanya dalam jumlah yang relatif kecil (tapi udara dalam
jumlah kecil ini akan sangat membantu pada orang yang sedang kehilangan
kesadaran dan sedang berada dalam kondisi darurat).
Sehingga ketika langkah C dilakukan terlebih dahulu, maka di saat
bersamaan kita bisa memberikan suplai udara untuk pernafasan sekaligus
mengedarkannya langsung ke tiap sel tubuh yang membutuhkan, sehingga dapat
mempercepat penundaan kematian di tingkat sel. Dan ketika prosedur pemberian
bantuan hidup dasar telah kita lakukan, meskipun tak bisa “menghidupkan”
kembali setiap orang yang diberi bantuan, tak jarang pula tanda-tanda kehidupan
dapat muncul kembali dan orang yang tadinya fungsi penunjang kehidupannya telah
terhenti dapat kembali beraktivitas dengan normal.
C. A. dan B. Tekan dinding dada. Bersihkan hidung dan mulut. Berikan
pernafasan buatan. Sederhana, tapi sangat bermakna. Karena semakin cepat
bantuan diberikan, akan semakin besar kemungkinan belum terjadi kematian di
tingkat sel, sehingga semakin besar pula kemungkinan bantuan hidup dasar yang
diberikan akan berhasil. Tapi sebaiknya sebelum mencoba menerapkan langsung
pada orang yang butuh pertolongan, akan lebih baik kalau kita mempunyai
bekal tentang teknik dari tiga langkah pemberian bantuan tadi, paling tidak
pernah melihat bagaimana proses pemberian bantuannya.
Caranya? Ajak kerjasama lembaga-lembaga kedokteran untuk mengadakan
pelatihan di komunitas yang diinginkan, bahkan di sekolah-sekolah. Karena
semakin banyak yang tau cara memberikan bantuan hidup dasar yang baik dan
benar, akan semakin banyak harapan untuk kembali hidup yang bisa kita berikan
pada kasus-kasus darurat yang bisa saja terjadi suatu waktu dan mungkin saja
terjadi pada orang terdekat kita.
Tidak mau kan kalau ketika kita berhadapan langsung dengan
kondisi seperti itu kita hanya terdiam dan menyiakan kesempatan yang ada untuk
turut membantu?
TANYA JAWAB
1.
Dokter, hypnoterapi itu apa ya?
Jawab:
Hypnoterapi
adalah terapi atau pengobatan menggunakan hipnotis atau sugesti ke alam bawah
sadar. Di luar negeri, ada negara yang menerapkan hipnoterapi sebagai
pengobatan medis, bahkan digunakan sebagai pengganti obat bius kala operasi,
dengan memberikan sugesti bawah sadar kepada pasien yang akan dioperasi bahwa
operasinya tidak akan sakit, sehingga operasi pun bisa berjalan tanpa obat
bius, dan tanpa nyeri. Di Indonesia, hipnoterapi masih belum merupakan bagian
dari ilmu kedokteran, pakarnya bisa siapa saja, tinggal ikut pelatihan sehari
maka dapat sertifikat sebagai trainer hipnoterapi. Ini agak berbahaya, karena
tidak semua wilayah bawah sadar seseorang bisa dan boleh dimasuki. Apabila
seseorang tersebut memiliki masalah yang dipendamnya...terapi bawah sadar bisa
saja memperburuk keadaan karena justru memunculkan luapan emosinha yang
disembunyikan. Tak jarang juga hipnoterapi digunakan untuk
"menghipnotis" diri agar melupakan beratnya masalah yang menimpanya,
padahal bukan itu yang Islam ajarkan. Islam mengajarkan kita untuk bersyukur
dengan memuji Allah kala bahagia menyapa dengan mengucap
"Alhamdulillaahiladzi bini'matihi tatimmush shalihaat" Dan bersabar
kala duka melanda dengan memuji Allah dengan mengucap "Alhamdulillaah alaa
kulli haal" (Segala puji bagi Allah atas segala apa yang terjadi). Jadi
masalah bukan untuk dihindari, tapi dihadapi dengan balutan kenikmatan. Ini
yang perlu dilatih oleh kita para muslimin-muslimah, menikmati musibah. *senyum.
2.
Dok, saat seseorang dinilai
mati somatis dan harusnya menuju mati sel kan? Nah ada tidak kejadian sudah
mati somatis dan organnya mau didonorin dan akhirnya bisa didonorin tapi abis
itu dia hidup lagi karena ternyata cuma mati suri bukan mati somatis?
Jawab:
Bisa
saja selama batang otaknya belum mati, karena yang mengatur kerja sel adalah
batang otak manusia.
3.
Dok, dalam Islam, kalau orang sudah
meninggal, jasadnya kan tidak boleh dilukai sedikitpun kan ya? Nah sebenarnya
hukum donor organ tubuh itu bagaimana ya dok? Padahal ada beberapa organ yang
kalau mau didonorkan, si pendonor tersebut harus dalam keadaan meninggal?
Jawab:
Mungkin
ahli fiqih lebih paham mbak, kalau saya kurang paham fiqihnya bagaimana.
4.
Kalau ada orang mendonorkan salah
satu ginjalnya, apa dia bisa tetap hidup dengan satu ginjal?
Jawab:
Besar
kemungkinan hidupnya in syaa Allah, selama ginjalnya yang tinggal satu adalah
ginjal yang sehat dan dijaga dengan baik.
5.
Adakah kemungkinan dia
meninggal setelha mendonorkan ginjalnya?
Jawab:
Meninggal
bisa kapan saja mbak baik sebelum maupun setelah mendonor, tapi selebihnya
sudah dijawab di atas bahwa selama ginjal yang tersisa adalah ginjal yang sehat
in syaa Allah hidup dengan satu ginjal sangat mungkin.
6.
Apa ada cara terbaik memastikan
pasien yang memiliki cirri-ciri mati somatis ternyata bener mati somatis?
Jawab:
Kalau
mati somatis hanya dilihat dari 3 fungsi utama tubuh, maka cara terbaik adalah
dengan memeriksa fungsi nafas (ada-tidaknya nafas), jantung-pembuluh darah
(denyut jantung, biasa dilihat dari rekam jantung pasien), dan sistem saraf
pusatnya (ada tidaknya refleks cahaya pada pupil pasien). Biasanya dalam
keadaan seperti di atas dan terutama setelah diberikan bantuan hidup dasar
namun tidak ada perbaikan, maka pasien bisa dikatakan telah meninggal dunia,
karena kematian pada tingkatan sel hanya tinggal masalah waktu.
Alhamdulillaah, kita cukupkan kajian hari ini.
Semoga materi dan diskusi kita hari ini berkah dan bermanfaat.
Kita tutup dengan embaca hamdalah, istighfar 3x, dan doa kafaratul
majelis
do'a
kafaratul majelis:
سبحانك
اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika
asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum...
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT