Kajian
Online Hamba الله SWT
Kamis,
20 November 2014
Narasumber
: Ustadzah Fathul Hikmah
Rekapan
Grup Nanda 121-122 (Ayu/Ayi)
Tema:
Menajamkan Hati, Mata,
dan Telinga
Editor :Rini Ismayanti
Assalamu’alaikum wr.
wb.
Bismillahirrahmanirrahim
Bismillahirrahmanirrahim
Allah SWT menciptakan
manusia dengan pelbagai keajaiban yang menyertainya: mata dengan kemampuan
melihat, telinga dengan kemampuan mendengar, dan hati dengan kemampuan
mempersepsi (memahami). Di lain pihak, ada juga manusia yang tidak bermata
(matanya tidak berfungsi) tetapi dapat melihat, telinganya rusak tetapi tidak
tuli alias peka terhadap ayat-ayat Allah.
Di hari kiamat kelak,
penglihatan, pendengaran, serta pemahaman, semua itulah yang dimintai
pertanggungjawaban. Adapun mata, telinga, dan hati fisikal hanya didudukkan
sebagai saksi. Manusia yang paling buruk ialah yang tidak bisa memanfaatkan
tiga unsur keajaiban manusiawi itu demi mengetahui kebenaran Allah dan
ayat-ayat-Nya. Sehingga Allah sampai menyejajarkan mereka dengan binatang
ternak, bahkan lebih buruk lagi, dan tempat kembali mereka di akhirat kelak
adalah neraka jahanam.
''Dan sesungguhnya
Kami jadikan untuk (isi neraka) jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah),
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.'' (QS 7:179, lihat pula QS
46:26 dan QS 17:36).
Tiga alat vital dalam
agama dan kehidupan manusia ini seringkali tidak mendapat asahan dan asuhan
yang memadai dalam rangka merengkuh suatu perubahan yang konstruktif dalam
hidup, yaitu menambah ketajaman penglihatan, pendengaran, ataupun pengelolaan
hati (manajemen qalbu) di jalan Allah. Sebaliknya, kebanyakan manusia lebih
memperturutkan dirinya pada hawa nafsu yang ditunggangi kebodohan, dusta, dan
prasangka yang tidak berdasar (QS 6:148; QS 27:84). Padahal Allah berfirman,
''Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan
tentangnya.
Sesungguhnya,
pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.'' (QS 17:36).
Marilah bersama-sama menjaga hati, mata, dan telinga kita agar tidak tunduk dalam arahan hawa nafsu. Ketiganya haruslah selalu diasah dan dikelola untuk mengetahui, mengerti, serta memahami ayat-ayat Allah, baik yang kauniyyah (alam dan lingkungan sekitar) maupun yang qauliyyah (Alquran dan sunah). Sehingga kita selalu hidup sesuai kehendak-Nya dan semakin mulia kedudukan kita di sisi-Nya. Tanpa mengupayakan hal itu, niscaya hidup kita akan gelap dan tidak terarah, dan lebih celakanya lagi, di akhirat kita kelak akan menghadap Allah dalam keadaan buta, tuli, dan bisu meskipun di dunia ini keadaan fisikal kita normal, tanpa cacat apa pun, disebabkan dosa kita yang amat besar, yakni mengabaikan dan lalai akan ayat-ayat-Nya. (QS 17:97).
Marilah bersama-sama menjaga hati, mata, dan telinga kita agar tidak tunduk dalam arahan hawa nafsu. Ketiganya haruslah selalu diasah dan dikelola untuk mengetahui, mengerti, serta memahami ayat-ayat Allah, baik yang kauniyyah (alam dan lingkungan sekitar) maupun yang qauliyyah (Alquran dan sunah). Sehingga kita selalu hidup sesuai kehendak-Nya dan semakin mulia kedudukan kita di sisi-Nya. Tanpa mengupayakan hal itu, niscaya hidup kita akan gelap dan tidak terarah, dan lebih celakanya lagi, di akhirat kita kelak akan menghadap Allah dalam keadaan buta, tuli, dan bisu meskipun di dunia ini keadaan fisikal kita normal, tanpa cacat apa pun, disebabkan dosa kita yang amat besar, yakni mengabaikan dan lalai akan ayat-ayat-Nya. (QS 17:97).
Apa yang harus kita
lakukan?. Secara jismi (fisik) 3 orangan tubuh tersebut dapat ditajamsehatkan
dengan memperhatikan kebutuhan secara biologis dan medis. Secara jiwa / ruh /
maknawiyan, 3 potensi tersebut tentunya juga memerlukan gizi yang memadai,
diantaranya: pertama, menggali segala ilmu yang berkaitan dengan pembersihan
jiwa (tazkiyatun nufus). Kedua, gunakan mata, telinga dan hati untuk melihat
dan membaca serta mendengarkan segala sesuatu yang boleh (halal) secara
syari’at terutama yang dianjurkan Islam. Sebaliknya, hindarkan 3 orangan
ini melakukan perbuatan larangan (haram). Yang terakhir, asah dan asuh
lah mata, telinga dan hati dengan aktifitas kebaikan sehingga menjadi tajam
karenanya, yaitu membaca dan mendengarkan serta memperhatikan Al Quran sesuai
anjuran Nabi Muhammad SAW. Dzikir, shoum sunnah dan shalat lail adalah asupan
gizi yang dapat menyehatkan ketiga potensi manusia tersebut. Wallahu a'lam.
Wassalamu’alaikum wr.
wb.
TANYA JAWAB
Q : Maksudnya ilmu
pembersihan jiwa (tazkiyatun nufus) itu seperti apa Ustd? Dan seperti apa
contohnya?
A : Bismillah...
Nafs/jiwa/hati pun juga memiliki kondisi yang sama dg fisik/jasad. Bisa kotor, sakit dan juga bisa mati. Kotornya fisik berbeda dengan kotornya jiwa. Sakitnya fisik berbeda dg sakitnya jiwa. Setiap kita pasti menghendaki fisik yang sehat dan juga jiwa yang sehat pula. Shg kalau jiwa/hati kita kotor jg hrs dibersihkan, begitu juga kalau sakit hrs disembuhkan. Bagaimana membersihkan jiwa/hati yang kotor misalnya diri kita sulit diajak berbuat kebaikan? Bisa dibersihkan dan diobati dengan banyak berdzikir, shalat n shaum sunnah, banyak mmbaca/mengkaji Al Quran dan bergaul dengan orang2 baik.
Nafs/jiwa/hati pun juga memiliki kondisi yang sama dg fisik/jasad. Bisa kotor, sakit dan juga bisa mati. Kotornya fisik berbeda dengan kotornya jiwa. Sakitnya fisik berbeda dg sakitnya jiwa. Setiap kita pasti menghendaki fisik yang sehat dan juga jiwa yang sehat pula. Shg kalau jiwa/hati kita kotor jg hrs dibersihkan, begitu juga kalau sakit hrs disembuhkan. Bagaimana membersihkan jiwa/hati yang kotor misalnya diri kita sulit diajak berbuat kebaikan? Bisa dibersihkan dan diobati dengan banyak berdzikir, shalat n shaum sunnah, banyak mmbaca/mengkaji Al Quran dan bergaul dengan orang2 baik.
Q : Kalo dengerin
musik jazz/classic yang enggak ada liriknya tetap haram atau gmn Ustd? 😊
A : Yang nggak boleh
(haram) bukan musiknya. Akan tetapi lalainya kita akan mengingat Allah serta
bisa jatuh ke dlm prbuatan yang sia-sia (laghwun).
Q : Ustad, saya pernah
dengar ada yang bilang penyakit 'ain krna pndangan mata. Penyakit 'ain itu
mksdnya kya apa tadz?
A : 'Ain itu sama dengan
mata dan lebih cenderung mata hati. Ketika mata hati sudah sakit maka gelaplah
jadinya. Kurang bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Kalaupun bisa
mmbedakan akan tetapi kurang pandai dalam mengamalkan sehingga gemar berbuat
kesalahan. Dan penyakit hati ini seringkali akibat dari kurang pintarnya
mengendalikan nafsu penglihatan
Q : Ooo jadi nafsu
pengelihatan mempengaruhi untuk penyakit ain ya Ustd? Cara
menyembuhkannya sama seperti membersihkan jiwa?
A : Ya! Dan ingat,
semua dilakukan dengan bermujahadah/jihad/kesungguhan. Dengan bgitu Allah akan
menunjukkan jalan.
Q : Ketika ada orang
yang sudah rajin shoum sunnah dan shalat sunnah lain tapi 3 orangan tubuh itu
masih belum digunakan dengan baik? Bagaimana Ustd?
A : Shalat yang baik
dan benar berdampak kpd kemampuan mencegah perbuatan keji dan munkar. Apa lagi
ditambah dengan rajin shaum sunnah. Berarti mungkin dari sisi niat/orientasi,
kaifiyat/cara dan pemenuhan syarat dan rukunya perlu ditinjau ulang. Padahal
salah satu makna shaum adlh imsa' yang artinya menahan perbuatan dari berbuat
keji dan munkar.
Q : Dan bagaimana cara
menasihi seseorang yang seperti itu?
A : Caranya? Ini sudah
masuk ke dlm strategi dakwah. Buka QS. 16: 125.
"Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan Cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." [QS. An-Nahl 16 :
125]
Q : Misalkan nih yaa..
Kita dah ngaji dah ikut kajian, nih mata juga sering baca materi-materi tentang
apa aja. Untuk bisa menerapkan dlm diri dan syiar k oranglain gmn?? Kadang
walopun sering baca, denger dan lihat, masih sja suka ingkar. Misal:
Aahhh ini kan baru belajar dan aaahhh yang lain..
A : Wajar dan
manusiawi sekali kok. Sang pembelajar memang tidak serta merta akan mengamalkan
dan menularkan ilmunya ke orang lain. Ketika ilmunya memadai dan didukung
sehatnya hati, maka dengan sendirinya dia tidak hobi mengingkari. Kalo punya
ilmu akan diamalkan. Klo mengerti hal itu haram akan dihindari dan sebaliknya
klo itu perintah Allah akan dijalani. Kuncinya, perbanyak ilmu dan sehatkan
hati
Q : Ustad, klu
misalkan hati ragu2 untk prcaya dengan prkataan seseorang karna dulu prnah
dibohongi itu bagaimana ustd? Walaupun orang tersebut sudah bilang bahwa dia
jujur. Tapi tetep saja ragu2 dan was-was.
A : Salah satu yang
akan mendatangkan kebaikan dan menyelamatkan kita dari api neraka adalah
berbaik sangka (husnudhon). Karena berburuk sangka itu dosa. Sikap ragu-ragu (dhon~prasangka)
boleh asal diberangi dengan pencarian info (tabayyun), sehingga tidak jatuh kepada
penilaian selalu buruk (negative thingking). Lihat QS. 49: 6 dan 12
Q : Misalkan ada
teman, seertiny berilmu. Tp kog sepertiny kita memandang dia ini seerti mngorek-ngorek
info yang sudzh lama ada dan berlaku untuk kmudian dikaitkan dengan ilmu agama
dan pemahaman-pemahaman. Misal: dari dulu kita bikin bintang ya segi 5,
tiba-tiba dia blg kalian tau ga itu adalah simbol kepala setan. Menyikapi yang
sepertini gimana yaa??
A : Kalo yang
dikorek-korek si teman tadi berupa sesuatu / sejarah / peristiwa yang benar dan
dari sumber yang benar pula maka kita terima mestinya. Tetapi klo sebaliknya ya
kita tolak. Klo kemudian dikait-kaitkan dengan agama (dlm artian positif) ya
mmg harus begitu. Karena segala sesuatu harus merujuk ke Islam. Konsepnya,
setiap berita terlibah dr orang2 yang tak brtanggung jawab harus sll dicek (QS.
49: 6)
Kita akhiri kajian
hari ini dengan lafadz Hamdallah dan do'a kifaratul majelis.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
-Mu.”
Wassalamu'alaykum
warahmatullah..
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment