KAJIAN ONLINE HAMBA اللهِ NANDA 101
& 102
Hari/Tanggal
: Jumat, 28 November 2014
Materi : Puji Memuji
Agar Kita Tak Terjebak
Narasumber
: Bunda Lara Fridani
Admin
: Tari/Dewi
Editor : Ira Wahyudiyanti & Hernizah M.R
Bismillah…
Assalamu'alaykum wr.wb.
Saya boleh share materi saya sekarang saja ya
tapi diskusi nanti, karena InshaaAllah saya kerja part time hari ini, khawatir
waktunya mepet untuk posting artikel. Topiknya Inshaa Allah seputar: "Puji
Memuji, Agar Kita Tak Terjebak".
GETTING CAUGHT UP IN PRAISE
Oleh: Lara Fridani
“Nah begitu dong, ini baru anak ayah. Selalu jadi sang juara. Hadiah apa nih buat anak ayah yang hebat ini?!”
“Ckckckck, senang banget deh lihat kamu yang
cantik imut. Pakai baju model apa aja cocok, warna apa aja oke, mana ukurannya
juga pas banget lho, modis gitu!”
“Waduh ibu X kelihatan tambah muda dan segar
nih. Katanya baru-baru ini sekeluarga liburan di luar negeri ya? Super deh,
pasti hidupnya makmur ya bu!
“Wah, bapak ini memang hebat, prestasinya luar
biasa. Bapak sangat pantas untuk segera mendapat promosi jabatan. Mudah-mudahan
nanti kita bisa saling bekerjasama!”
Tak jarang kita
mendengar bahwa memberi pujian pada seseorang, apalagi pada anak yang masih
kecil adalah hal yang positif. Padahal memberi pujian yang berlebihan dan
terlalu sering juga dapat berakibat negatif sebagaimana halnya tak memberi
pujian/penghargaan sama sekali. Seberapa intens dan seberapa besarkah sebuah
pujian tepat diberikan? Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pujian sebaiknya
lebih difokuskan pada usaha/effort maupun cara/strategy yang dilakukan anak
untuk membuat ‘sebuah perubahan’ yang baik. Dengan demikian kita tidak
disarankan memberikan pujian yang difokuskan pada kemampuan anak (contoh:
produk prestasi sebagai sang juara) atau ditujukan untuk memberi label yang
melekat pada diri anak (contoh: anak hebat). Selanjutnya, seiring dengan
bertambahnya usia anak, pujian tidak kita berikan untuk hal-hal yang relatif
mudah, karena hal ini bisa diartikan anak secara berbeda, mereka mengira kita
‘tak pandai’, atau menganggap kita memandang kemampuan mereka di bawah standar.
Apalagi memberi pujian
pada orang dewasa, tentunya ‘standar’ pujian, tak se-sederhana dan se-‘konkret’
pujian kita pada anak kecil. Walaupun tak jarang kita masih bisa menemukan
orang dewasa yang senang memberikan pujian ‘lebay’ pada orang lain atau terlena
dengan sanjungan ‘lebay’ dari orang lain. Tentu saja orang dewasa sekalipun,
masih mengalami reaksi chemically dan intellectually saat diberikan pujian,
dimana dia akan merasa senang, bangga, puas dan termotivasi untuk ‘berprestasi’
lagi untuk mendapatkan pengalaman ‘rasa’ yang menyenangkan tersebut. Sehingga
wajar jika banyak orang yang berpendapat bahwa pujian yang diekspresikan karena
rasa kagum kita pada seseorang adalah hal yang patut dan diyakini bisa
memotivasi seseorang agar berbuat lebih baik. Pujian yang kita berikan sebagai
bentuk penghargaan kita dari lubuk hati yang jujur memang dapat mempererat
kasih sayang/silaturrahim. Namun tentunya bentuk pujian seperti itu berbeda
dengan pemberian pujian yang diungkapkan sekedar untuk basa basi, dimana kita
harus pikirkan kembali maksud dan maknanya. Apalagi pujian yang berlebihan,
tidak pada tempatnya atau tidak layak diterima seseorang dengan maksud ‘menjilat’,
atau karena takut pada orang yang diberi pujian.
Ajaran Islam telah
mengatur batasan pemberian pujian secara luar biasa, dengan memberikan makna ‘value’ yang jauh lebih dalam.
Pertimbangan Islam dalam memberikan pujian bukan sekedar untuk memotivasi,
memberikan ‘rasa’ yang menyenangkan pada seseorang, atau meningkatkan
kepercayaan diri orang tersebut. Batasan pemberian pujian dalam islam terkait
dengan ‘pembentukan kepribadian muslim’ dalam hubungannya sebagai hamba Allah
SWT. Seorang muslim tak akan berlebihan dalam memberikan sanjungan pada
seseorang. Demikian pula seorang muslim tak akan mudah terlena dan menjadi
bangga (ujub) pada dirinya karena merasa yakin memiliki kelebihan tertentu yang
pantas dipuji. “You can’t let praise or
criticism get to you. It’s a weakness to get caught up in either one.”Dengan
demikian, kita perlu berhati-hati dalam memberi pujian dan mengemasnya dengan
cara yang bijak agar saudara kita seiman tetap berkepribadian sholeh. Pepatah
mengatakan, “People can not go wrong if
you don’t let them.”
Abu Musa RA bercerita
bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mendengar ada orang yang memuji saudaranya
dengan sangat berlebihan. Beliau bersabda: ”Kalian
telah mematahkan punggung saudara kalian (kalian telah membinasakannya).”
[HR Bukhari dan Muslim]. Rasulullah SAW pernah bersabda dalam khutbah Jumat-nya
: “Berwaspadalah kamu daripada perangai
puji memuji. Sesungguhnya pujian itu adalah sembelihan.” (Hadis riwayat
Ahmad). Dalam islam, ada pujian yang dibolehkan, ada pula yang dilarang. Para
ulama berpendapat bahwa memuji orang yang memiliki iman yang baik, yang tidak
mudah terpesona dengan pujian yang diberikan padanya, hukumnya tidak dilarang.
Rasulullah SAW juga pernah memuji para sahabatnya karena kelebihan yang mereka
miliki. Kepada Abu Bakar RA, beliau bersabda : ”Hai Abu Bakar, jangalah engkau menangis. Sesungguhnya orang yang paling
menjaga amanat dalam persahabatan dan harta adalah engkau. Andaikata aku harus
mengangkat pendamping dari umat-ku, niscaya kuangkat dirimu sebagai pendampingku.“
Kepada Umar beliau berkata ”Hai Umar,
tidaklah setan berjumpa denganmu sedang engkau berjalan di satu sisi, melainkan
ia berjalan di sisi yang tidak engkau lalui.“ Kepada Usman beliau berkata:
”Bukalah pintu bagi Usman, dan beritahukanlah
bahwa ia masuk syurga.“ Juga kepada Ali RA : ”Engkau sebagian dari padaku, dan aku sebagian daripadamu.“
Rasulullah SAW lebih
sering melontarkan pujian dalam bentuk doa. Ketika melihat kelebihan
sahabat-sahabatnya, beliau tidak langsung memuji mereka, namun lebih memilih
untuk mendoakan mereka. Sebagai contoh, beliau mendoakan Ibn Abbas RA yang
memiliki minat dan ketekunan agar ahli dalam ilmu agama dan ilmu tafsir
(Al-Qur’an), serta mendoakan Abu Hurairah RA yang tekun mengumpulkan hadits dan
menghapal hadits agar dikaruniai kemampuan untuk tidak melupakan apa yang
pernah dihapalnya. Adakah kita masih ragu dengan ajaran Islam tentang batasan
pemberian pujian ini? Semoga kita termasuk orang-orang yang membuka pikiran dan
hatinya untuk belajar agama lebih mendalam. Semoga kita berhati-hati dalam
memberikan pujian agar tidak menjerumuskan saudara kita. Semoga kita menyikapi
pujian yang kita terima secara ‘sehat’dan mengembalikan segala puji hanya bagi
Allah SWT.
“Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa (pujian) yang
mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan
jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka kira.” (HR Bukhari)”
TANYA
JAWAB
1.
Kalau
misalkan kita memuji seseorang, tanpa sadar kita membuatnya merasa bangga
diri/ujub, apakah kita ikut berdosa?
Jawab:
Saya kurang tahu mbak kalau dalam ajaran Islam,
apakah kita ikut berdosa ketika memuji seseorang sehingga dia jadi ujub,
mungkin bisa tanya pada ustadz. Tapi saran saya jika itu terlanjur, perbanyak
istighfar dan di kesempatan lain jangan memuji berlebihan. Jangan lupa selalu
mendahulukan pujian kepada Allah, sebelum memuji perilaku baik seseorang. Misal
ketika kita ditolong teman, ucapkan Alhamdulillah dan doakan dia.
2.
Ciri-ciri
orang yang senang menerima pujian itu seperti apa bunda? Syukran
Jawab:
Ciri tentang orang yang senang menerima pujian,
pada.umumnya bisa terlihat dari ekspresi wajahnya ketika dipuji, reaksi
tubuhnya, respon kata katanya yang senantiasa mengkaitkan tentang keberhasilan
atau kebaikan-kebaikan yang dilakukan. Lebih jauh lagi bisa bersikap iri atau
tak suka mendengar keberhasilan orang lain. Hati kita jika peka, bisa merasakannya.
Wallahualam.
3.
Memuji
seseorang misalnya cantik/pintar/rajin dsb. Apa itu termasuk pujian yang
berlebihan bunda?
Jawab:
Lebih baik kita puji usaha atau perilaku
seseorang, Dan mengurangi pujian secara fisik. Sekali lagi jangan lupa memuji
Allah terlebih dahulu sebelum memuji langsung orangnya. Misal : mashaa Allah,
senang deh lihat adek pakai jilbab, jadi lebih cantik; Alhamdulillah, senangnya
punya teman kayak Kami, rajin belajar, saya jadi termotivasi nih.
4.
Satu lagi
ya bunda, sikap yang baik atau balasan yang baik ketika kita mendapat pujian
itu yang bagaimana bunda? Agar kita tetap rendah hati tanpa menyakiti hati yang
memuji. Syukran
Jawab:
Saat kita dipuji orang, segera kembalikan pujian
tersebut pada Sang Maha Pencipta kita. Misal dengan kata kata, Alhamdulillah,
terima kasih ya, saya bisa berhasil juga karena doa teman-teman
5.
Bagaimana jika
kita memuji anak-anak dengan tujuan supaya anak tersebut semakin giat dalam
melakukan kebaikan/belajar, apakah hal itu boleh?
Jawab:
Saya sarankan sekalipun untuk anak-anak, kita
biasakan dulu pujian untuk Allah, baru kemudian memuji usaha atau proses yang
dilakukan anak, bukan sekedar memuji hasilnya. Ini akan lebih aman
untuk kesehatan mental spiritual anak Inshaa Allah
6.
Setiap orang
pastinya ada rasa senang ketika dipuji, dan bukankah menyenangkan orang lain
adalah berpahala, lantas pujian yang bagaimana yang dianjurkan dalam Islam?
Jawab:
Manusia memang senang dipuji pada umumnya, ini
adalah hal yang wajar, namun sebagai Muslim, kita punya rambu rambu tentang
batasan pujian. saya pernah membaca hadits kalau tak salah, tentang orang yang
suka memuji-muji berlebihan, orang tersebut dilempar pasir? Mungkin bisa tanya
dengan ustadz yang lebih capable dalam hal ini ya. Wallahualam. Rasulullah SAW
sepengetahuan saya lebih banyak mendoakan kebaikan daripada memuji. Wallahualam
7.
Bagaimana
jika kita memuji seseorang di depan banyak orang dengan alasan untuk memberikan
motivasi orang lain, apakah boleh? Dan sebaliknya bagaimana jika kita memuji
seseorang tanpa sepengetahuan orang tersebut, apakah itu termasuk ghibah?
Jawab:
Saya pikir memuji di depan banyak orang dengan
niat baik, tulus, asalkan tak sering dan tak berlebihan, tidak apa-apa. Namun
jika alasannya untuk memotivasi, sebenanrya ADA cara lain yang lebih efektif
daripada sekedar memuji. Terkait dengan memuji orang tanpa sepengetahuan orang
tsb, dengan niat baik, tidak berlebihan memuji, setahu saya tak masalah. Tentang
ghibah, baiknya ditanya ke ustadz. Setahu saya ghibah biasanya terkait dengan
membicarakan orang lain, dan orang tsb tak suka jika tahu hal yang dibicarakan.
Nah apakah ADA orang yang tak suka jika kebaikan kebaikannya diketahui dan
dipuji-puji orang lain? Wallahualam.
8.
Bagaimana
cara memberikan saran & kritik yang baik & tepat untuk orang yang sudah
terlalu lama menerima banyak pujian, padahal sebagian besar pujian itu
sebenarnya hanyalah basa-basi orang yang punya kepentingan dengannya, bahkan
musuh yang mau melenakannya. Saya punya teman yang seperti itu, sekarang
kondisinya sedang sangat terpuruk karena kegagalan yang sederhana, dia tidak mengerti
salahnya dia dimana? Karena semua orang sudah bilang dia benar, saya pernah
sekali bilang dia salah, trus ngasi kritik dan saran, eh.... dia malah marah
besar
Jawab:
Ini kompleks yah masalahnya. Bagaimanapun ada
peran orang sekitar yang suka memuji-muji namun pujiannya tak mendidik,
sehingga dia bisa menjadi seperti itu. Apalagi ketika dinasehati dan diajak
berpikir, dia marah besar. Semoga temannya banyak diajak ke pengajian untuk
meluruskan niat dan membersihkan hati. Mungkin caranya pelan-pelan ya
nasehatinya. Awalnya lebih banyak mendoakan dia agar dimudahkan segala.urusannya,
dilapangkan hatinya. Inshaa.Allah dengan tauladan kita. Dia bisa belajar rendah
hati
9.
Umm,
bagaimana membedakan orang yang memuji kita dengan tulus dengan orang yang
hendak menjatuhkan kita?
Jawab:
Orang yang baik dan paham agama, akan memuji Allah
dulu, baru memuji temannya. Jika.hanya memuji kita, pun dengan tulus,
belum.tentu baik buat kita, karena bisa membuat kita jadi ujub. Wallahualam.
10.
Kalau
menghadapi orang yang suka dipuji bagaimana?
Jawab:
Kalau dia seorang Muslim, kita perlu berbagi info
tentang pujian dalam ajaran Islam, dengan cara yang baik. Walaupun pujian itu
memang umumnya kita sukai, namun.kita harus berusaha bersandar pada
ajaran Islam sebagai the way of.life
Mbak-mbak sholehah, saya pamit ya. Sudah menjelang jam 11 malam waktu Melbourne. Mohon maaf jika ada khilaf.
Demikian kajian hari ini.
Kita tutup dengan hamdalah, istighfar 3x, dan doa kafaratul majelis.
Doa
Kafaratul Majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله
إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu alaikum wr wb...
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment