SUKA MENGELUH ITU PENDERITAAN

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, November 7, 2014

KAJIAN ONLINE HAMBA اللهِ NANDA 121 & 122
Hari/Tanggal : Jumat, 07 November 2014
Materi : Suka Mengeluh Itu Penderitaan
Narasumber : Ustadz Umar Hidayat
Notulen : Baita / Maeitoh
Editor : Herniza & Ira Wahyudiyanti



SUKA MENGELUH ITU PENDERITAAN
By Umar hidayat, M.Ag


“Usahlah kau berkata, mengapa ini sulit bagiku. Tapi siapkan diri untuk belajar menghadapinya. Karena segala yang memayahkanmu itulah yang menguatkanmu.”

Mengeluh itu cara ampuh untuk menyembunyikan kelemahan. Ketika mengeluh menjadi habit, beban derita itu makin menjadi. Menambah beban hidupmu. Menghambat karyamu. Dan bikin kesal orang lain. Idealnya seorang Muslim menjarangkan keluhan. Bahkan menghentikannya. Tapi tidak mudah bukan. Masih sering saja lisan ini tergoda untuk melempar keluh. “Saya merasa sudah maksimal dalam bekerja, tapi hasilnya hanya capek dan lelah” atau “Pusing, Stress, kerjaan gak sesuai dengan jobdesc.” Atau “Iyalah, enak kalian PNS kerjanya santai” Kadang bisa berjam-jam di jalan. Kalau saja tidak berusaha untuk bening hati, sepertinya sepanjang jalan yang terjadi hanya dongkol dan marah-marah. “Aduh, kapan sampainya! Aduh, kok ini lama banget! Aduh, kok macet terus!”
“Awalnya aku menaruh maklum, tapi lama-lama ‘eneg’ juga
.” Tanpa berusaha sedikitpun untuk menyelesaikan dan keluar dari sana.Kalaulah kita mengeluh satu atau dua kali masih bisa dibenarkan, tetapi jika sudah menjadi habit yang buruk.

Sejatinya, mengeluh hanya akan membuang energi, mengurangi produktivitas dan membuang-buang waktu. Ingatlah Sabda Rasulullah, “Barang siapa di pagi hari mengeluhkan kesulitan hidupnya kepada orang lain, berarti seakan-akan dia mengeluhkan Rabbnya.” Parahnya, mengeluh itu bisa menular dan berdampak buruk. Mungkin Anda tidak suka mengeluh, tetapi bisa saja teman Anda mensugesti Anda dengan keluhan-keluhannya saat setiap kali bertemu, dan, alam bawah sadar Anda ikut-ikutan menerimanya dan mengeluhkan pula hal yang sama. jadilah shib pengeluh. Coba simak kisah ini.

Dikisahkan Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajarnya. Sejenak batinnya berucap “Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati”. Tak ada sangka sebelumnya, ternyata wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan. Ia bertanya untuk melunaskan sangsi di hatinya, “Apakah katamu hai saudaraku? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini.” Abu Hassan berbalas bertanya, “Bagaimana hal yang merisaukanmu?”. Wanita itu menjawab, “Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, “Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing?” Jawab adiknya, “Baiklah kalau begitu?”. Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancur keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk nasi tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah berkahwin dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua”. Rupanya makin penasaran hati Abul Hassan. Bertanyalah ia, “Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu?”. Wanita itu menjawab, “Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka.”

Subhanallah, hebatnya wanita itu. Pantas saja Rasulullah SAW bersabda: “Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang.” Mungkin pula lantaran sebagaimana sabdanya, “Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari wap api neraka.” (Riwayat oleh Imam Majah). Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala.

Mengeluh itu pertanda rapuh. Cermin seseorang mudah putus asa dan malas. Mengeluh berancang niat atau rencana ingin menghindari apa yang dihadapi. Mengeluh itu berarti kita sedang manifestasikan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan seseorang terhadap sesuatu. Lebih kesalnya lagi, jika kita setiap hari berinteraksi dengan sumber keluhan tersebut. Rasa-rasanya kepala mau meledak bukan? Bukankah Seorang Muslim itu dituntut untuk tegar. Kita sering lupa dan melupakannya,“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al-Baqarah ayat 286).

Berhenti mengeluh. Bukankan kehidupan ini diciptakan seimbang oleh Allah. Anas Ra, pembantu rumah tangga Nabi SAW berkata, "Aku membantu rumah tangga Nabi SAW sepuluh tahun lamanya, dan belum pernah beliau mengeluh "Ah" terhadapku dan belum pernah beliau menegur, "kenapa kamu lakukan ini atau kenapa tidak kau lakukan ini." (HR. Ahmad) [1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press].  Keluh kesah termasuk penyakit hati, yaitu bentuk ketidaksabaran kita dalam menerima ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yang menyatakan bahwa "Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Musa Al Anshari telah menceritakan kepada kami Ma’an telah menceritakan kepada kami Malik dari Abdullah bin Yazid mantan budak Aswad bin Sufyan dari Abu Salamah bin Abdurrahman dan Muhammad bin Abdurrahman bin Tsauban dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jika panas menyengat, tangguhkanlah shalat hingga suhu agak dingin, sebab panas yang menyengat berasal dari uap neraka jahannam, -dan beliau juga menyebutkan bahwa; Neraka berkeluh kesah kepada Rabbnya, lalu Allah mengijinkan untuk bernapas dua kali dalam setahun, napas ketika musim dingin dan napas ketika musim panas. (HR. Muslim). Maka bagaimana caranya agar kita tidak mendendam keluh? Adapun yang dapat dilakukan sebagai berikut:

Bersyukur
Mensyukuri setiap ikhwal kejadian, dengan apa yang sudah kita miliki akan menambah rasa nikmat dalam hidup. Juga salah satu bentuk ungkapan rasa terimakasih kepada Sang Pencipta atas segala nikmat yang telah Dia berikan kepada kita sebagai hamba-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 18 : “ Dan jika mau menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya”. Dan bagi orang-orang yang pandai bersyukur,  Tuhan berjanji dalam QS. Ibrahim ayat 7, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Berpikir Positif
Pikiran positif akan membuat kita selalu berjiwa muda, bersemangat menjalani hidup apapun kondisinya. Tubuh pun akan selalu dalam kondisi fit dan kehidupan yang lebih baik tentunya. Dengan berbaik sangka atas apapun yang terjadi dalam setiap kejadian hidup, membuat kita merasa lebih tenang dan nyaman di setiap langkah. Tak pelak, aura positif pun terpancar dari wajah kita. Dan akan semakin terlihat menarik, segar, dan bersinar. Mau?

Tetaplah Berhusnudzan Pada Allah
Kondisi yang kita keluhkan sesungguhnya inilah cara Allah mentarbiyah kita. Mungkin awalnya tidak menerima. Protes. Tapi pelan dan pasti, renungkanlah ada maksud baik Allah kepada kita melalui setiap episode kehidupan ini.  Mungkin tidak mudah, tapi cobalah. Keempat, sadari diri bahwa kita manusia yang tak sempurna. Menghadirkan perfeksionis yang berlebihan dalam diri kita hanya akan melahirkan kecewa dan keluhan belaka. Kelima, berbagilah cerita kepada shohib anda, agar kesedihan tak menjadi petakan. Berbagi menanda kita memiliki dan tidak bisa hidup sendiri.

Ada sekisah keluhan yang menyejukan. Mahasiswa yang tadi juga, bersama seorang temannya hendak pergi menemuai Dr. Ragib as-Sirjâni di Pusat Studi Pradaban, di Kairo. Supaya cepat sampai tujuan, mahasiswa itu naik taksi. Di tengah perjalanan, sopir taksi itu mengeluhkan kesibukan dan kesulitan hidup yang ia hadapi kepada kedua mahasiswa tersebut. Ia bercerita bahwa ia sangat sibuk sehingga tidak punya kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Setiap hari ia harus pergi pagi pulang malam untuk mencari nafkah bagi anak dan istri. Sehingga ia terpaksa mengulang hafalan Al-Qurannya di dalam taksi tua yang ia kemudi. Ternyata sopir itu telah menghafal Al-Quran 30 Juz. Semenjak pagi itu, ia telah mengulang sebanyak 11 Juz di dalam taksinya. Ia bertanya kepada kedua mahasiswa penumpangnya, “Adakah di antara kalian yang hafal Al-Quran?” “Saya tidak hafal Al-Quran, tetapi ini ada teman saya yang hafal.” Jawab Mahasiswa tadi sambil menunjuk kepada temannya yang memang telah hafal Al-Quran. Sopir taksi itu berkata, “Tolong Anda simak! Saya akan membaca surat Yunus dari awal sampai akhir.” Jadi, selama perjalanan itu, kedua mahasiswa tadi khsuyuk mendengarkan seorang sopir yang mengulang hafalan surat Yunus di dalam taksinya.

Mudah-mudahan bermanfaat



TANYA JAWAB
1.    Ustadz bagaimana jika kita berkeluh kesah terhadap apa yang kita alami dan itu sangat membuat kita bingung dan tak tau harus berbuat apa. Contohnya: kita sedang di hadapkan dengan musibah yang menyujudkan kita untuk memilih sesuatu nama kita bingung harus memilih yang mana yang di rahmati Allah nah saking bingungnya sehingga resah gelisah itu keluar. Jadi bagaimana ustadz apa itu termasuk tidak mempercyai Allah akan kebesarannya memberi kita plihan atau bagaimana? Mohon penjelasannya
Jawab:
-----------------------

2.    Ustadz, ustadz pernah mengeluh juga kah? Terus sampai terbawakah keluhannya itu? Keluhan apa yang fatal menurut pengalaman ustadz?
Jawab:
Sebagai manusia biasa pernah. hanya pada sadar posisi agar tidak keterusan. Sebab jika keterusan bisa kemana-kemana dan paling fatal jadi tidak bisa kemana-mana.

3.    Ustadz,, bagaimana ya cara yang jitu untuk mengingatkan teman yang sering mengeluh? Apalagi mengeluhkan sikap seseorang sehingga seringkali jadinya terseret ke ghibah,, bagaimana sikap terbaik kita untuk menghadapinya ya? Oh iya ustadz saya pernah baca bahwa ada kebiasaan ulama-ulama besar, bahwa jika sedang mendapat kesulitan besar dan amanah yang berat sehingga terasa berat ke jiwanya,, kebiasaan ulama-ulama tersebut adalah melihat langit karena dengan melihat langit bisa menentramkan jiwa sembari mengingat kebesaran Allah,, bener begitu ya ustadz?
Jawaban:
Sadarkan dengan bahasa yang bersangkutan bahwa semua pasti ada hikmahnya. Saya biasanya dengan menyentuh/ menepuk pelan bahu yang bersangkutan lalu ucapkan "lihat langit masih luas" makin mengeluh makin tidak produktif. Benar tapi sekedar kiasan bahwa langit masih luas agar tak larut dengan keluhan-keluhan.


Demikian kajian hari ini. Kita tutup dengan hamdalah, istighfar 3x, dan doa kafaratul majelis.
Doa Kafaratul Majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamualaikum wr wb



Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!