Kajian
Online WA Hamba اللهTa'ala
Hari tanggal : Selasa, 2 Desember 2014
Narasumber : Ustadz Syaikhul Murobbin
Materi : Mahabbatullah (Cinta Allah)
Admin : Wanda Vexia & Nadiya Nawaf
Notulen : Meydillah Cahyawati
Editor : Ira Wahyudiyanti
بسم الله والحمد لله
والصلاة والسلام علي رسول الله
ولاحولاولاقوة الابالله
Mahabbatullah 1 : Sebab-Sebab Cinta
Mereka yang telah mengenal Allah (ma'rifatullah), maka akan segera sadar,
bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mencinta, dan paling pantas dicinta. Bagaimana tidak? Semua kebaikan dan
kesempurnaan itu kembali padaNya. Maka jiwa yang lurus dan mengikuti fitrah,
tentu akan mencintai kebaikan dan kesempurnaan itu. Bahkan, Allah-lah al-Wadud
(Maha Mencintai dan Dicintai), yang mana di antara maknanya ialah Dia
memudahkan hamba-hambaNya yang beriman untuk mencintaiNya.
Imam Ibnul Qayyim dalam Thaariqul Hijratayn berkata: “Rasa cinta ditinjau
dari faktor yang membangkitkannya terbagi menjadi dua:
1. Cinta yang timbul dari faktor kebaikan, menyaksikan banyaknya nikmat dan
anugerah yang dilimpahkan.
2. Cinta yang timbul dari faktor kesempurnaan dan keindahan.
Kita bahas satu per satu ya...
Faktor pertama...
Sebagai manusia memiliki banyak keterbatasan, tentu kita dengan mudah
memahami banyaknya kebaikan, nikmat, dan anugerah yang kita terima tanpa
bersusah payah.
Lihatlah udara yang secara otomatis terhirup ke dalam hidung. Perhatikanlah
paru-paru yang bekerja sendiri tanpa kita suruh. Atau bahkan jantung, bagaimana
ia beroperasi 24 jam tanpa istirahat.
Bagaimana jika semua pekerjaan itu harus dilakukan dengan sadar sebagai
mana kita mengangkat sendok ke mulut ketika makan? Maka bagaimana kita akan
bernafas atau memfungsikan jantung sedangkan kita tidur (tidak sadar)?
Ini baru sebagian dari nikmat Allah, dan nikmat Allah yang lain, terkait
keluarga, pekerjaan, tetangga, makanan, pencipataan langit dan bumi, dan segala
kemudahan bahkan terkadang kesulitan yang menguatkan kita, jumlahnya
sungguh-sungguh tidak terhitung.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. An-Nahl: 18)
Perhatikanlah... bahkan Dia mengampuni kita karena kurangnya kita bersyukur
atas nikmatnya yang sangat banyak. Bagaimana kita dapat bersyukur dengan
cukup, sedangkan nikmat itu sendiri tak bisa kita hitung? Dalam kondisi seperti
ini, sangat keterlaluan dan tidak beradab jika cinta itu tidak tumbuh di dalam
hati kita.
Allah azza wa jalla berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan apa saja
nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu
ditimpa bencana, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan”
(QS. An-Nahl: 53).
Maknanya, segala nikmat itu hanya datang dari Allah, maka hanya
kepadaNya-lah seorang mukmin itu harusnya menundukkan diri dan memohon, karena
tidak ada yang dapat menghilangkan kesusahan dan bencana kecuali Dia. Maka Dzat
Yang Maha Tunggal yang berhak dicintai dan diibadahi itu hanyalah Allah azza wa
jalla.
Faktor kedua...
Adalah fitrah manusia mencintai keindahan dan kesempurnaan.
Seorang lelaki mencintai seorang wanita bisa jadi karena keindahan
fisiknya. Jika tidak karena fisiknya, maka karena keindahan akhlaknya, atau
keindahah agamanya. Dan demikian pula sebaliknya.
Dan kecintaan itu akan semakin tinggi bila keindahan yang melekat pada
objek cinta itu semakin sempurna.
Maka saksikanlah... Allah adalah Dzat Yang Maha Indah dan Maha Sempurna
keindahannya.
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ{1} الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ{2} الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقاً مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ ه
Allah adalah Dzat Yang Maha Indah dan Maha Sempurna keindahannya.
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ{1} الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ{2} الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقاً مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ{3} ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِأً وَهُوَ حَسِيرٌ{4}
"Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun
dalam keadaan payah" (Al Mulk: 1-4)
Bukankah kita sering mengagumi alam karena keindahannya?
Bukankah kita sering menyukai manusia karena keluruhan akhlaknya?
Maka camkanlah, bahwa itu semua adalah hasil kreasiNya dan bimbinganNya.
Maka, kita akan memahami, bahwa tidak ada alasan, tidak ada pilihan,
kecuali untuk mencintaiNya, karena ialah sumber segala keindahan dan
kesempurnaan.
Benarlah ucapan Imam Ibnul Qayyim: “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan
nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan
mencintai-Nya”
Al-Imam pun mengatakan:
“Jika
terkumpul faktor kebaikan dan (banyaknya) limpahan nikmat dengan faktor
kesempurnaan dan keindahan, maka tidak akan berpaling dari mencintai zat yang
demikian keadaannya (terkumpul padanya dua faktor tersebut) kecuali hati yang
paling buruk, rendah dan hina serta paling jauh dari semua kebaikan, karena
sesungguhnya Allah menjadikan fitrah pada hati manusia untuk mencintai pihak
yang berbuat kebaikan (padanya) dan sempurna dalam sifat-sifat dan tingkah
lakunya”.
اللهم إني أسألك حبك، وحب من يحبك، والعمل الذي يبلغني حبك،
Allahumma inni as-aluka hubbaka, wa hubba man yuhibbuka, wal-'amalalladzi
yuballighuni hubbaka.
"Ya Allah, aku memohon kepadaMu cinta-Mu, dan cinta orang yang
mencintai-Mu, dan amal-amal yang mengantarkanku pada cinta-Mu" (HR. At-Tirmidzi)
Wallahul musta'an
Wallahu a'lam bish showab
TANYA JAWAB
1. Assalamu’alaikum.. Ustadz, bagaimana agar supaya kita selalu mengingat
Allah terus? Dalam keadaan dan aktivitas apapun. Kadang suka lalai. Dzikir dalam
hati pun jarang.
Jawab : Wa’alaikumussalam Wr. Wb. ukhti Meydillah. Meningkatkan hati agar
terus mengingat Allah bisa dilakukan :
a) Rutin menuntut ilmu islam. Karena sakinah dan rahmah dari Allah itu
diturunkan di majelis2 ilmu. b) Menguatkan amal yaumiyyan, seperti tilawah, dan
tahajjud. Lisan yang biasa membaca Qur’an, jiwa yang terbiasa bangun tuk
menghamba, akan lebih mudah mengingat Allah. c) Meminta kepada Allah agar kita
selalu mengingatNya dengan baik.
Di antara doa yg diajarkan Nabi saw tuk selalu dibaca setelah solat adalah
Allahumma a'inna 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik
Ya Allah tolonglah aku dalam mengingatMu, bersyukur padaMu, dan beribadah
dengan baik kepadaMu
2. Ustadz, Ini Insya Allah akan menjadi bekal kita setelah berumah tangga
dan jika Allah SWT memberi kita keturunan. Aamiin.
"Bagaimana cara kita mendidik anak agar mereka itu mengenal Allah SWT
dan mencintai Allah SWT secara kaffah??”
Jawab : Terkait mendidik anak, maka hendaknya kita mengetahui bahwa, waktu
mendidiknya telah dimulai saat kita memilih ayahnya. Jika ia adalah ayah yang
mencintai Allah, maka akan lebih mudah mengajak anak kita nantinya tuk juga
mencintai Allah. Kemudian dengan sering memperdengarkan ayat ayat al Qur’an
pada anak sejak dalam kandungan. Banyak berkisah tentang kebesaran Allah
padanya dimulai sejak balita. Kisah dan perumpamaan adalah hal yang sangat
disukai anak-anak, dan paling mudah dicerna oleh mereka. Dengan kisah, mereka
akan bertafakkur, secara sederhana tentang kebesaran Allah dan itu akan
membuatnya mudah mencintai Allah
3. Ustadz, apakah bisa membenci ayah kandung, karena sudah tidak pernah
menafkahi keluarga secara lahir batin setelah cerai? Padahal putusan
pengadilan, si anak kudu ditanggung sampai si anak menikah.
Jawab : Ukhti, seorang anak tidak boleh membenci ayah/ibunya hanya karena
kurangnya nafkah. Kewajiban seorang muslim tuk berbakti kepada kedua orang
tuanya termasuk kewajiban paling asasi setelah kewajiban taat pada Allah dan
RasulNya. Tidaklah seorang anak lahir ke dunia kecuali karena perantaraan ayah
dan ibunya. Ini baru lahirnya, belum tentang nafkah setelah lahir.
4. Apakah seorang anak yang yatim piatu sejak balita tidak perlu berbakti
pada orang tua (mendoakan) mereka, karena mereka tidak menafkahinya sampai ia
menikah?
Jawab : Tentu tidak. Seorang anak yatim sejak balita sekalipun, tidak boleh
lupa tuk mendoakan ayahnya saat ia mulai dewasa, dan jangan membencinya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Luqman : 14-15)
Lihatlah, ketika orang tua kita melakukan dosa terbesar yaitu syirik pun,
Allah yang Maha Penyayang tetap memerintahkan kita berbakti pada mereka.
Apalagi jika "hanya" dosa kurang memberi nafkah.
Jika orang tua kita melakukan kezhaliman yang melanggar syariat, maka kita
membenci perbuatannya. adapun orangnya, tetap kita bakti padanya semampu kita.
Bahkan kita wajib menasehatinya dengan lemah lembut, dan mendoakan hidayah
baginya.
5. Bagaimana cara kita memilih idola kita agar kita bisa terinspirasi
dengan Dia ??
Jawab : Ukhti Vivin, hendaklah kita memilih idola yang dapat membawa
kebahagiaan dunia akhirat, lurus langsung masuk Jannah, tidak pakai mampir ke
neraka, na'udzubillah.
Memilih idola, berarti memilih tuk mencinta. Dan manusia yang paling pantas
dicinta adalah Muhammad al Musthofa. Pelajarilah sejarah hidupnya, selami
lautan hikmahnya, maka kita akan menemukan inspirasi tak terhingga.
Karena beliau adalah Nabi sekaligus panglima perang, beliau adalah kepala
negara sekaligus kepala rumah tangga, beliau adalah sahabat akrab bagi kaumnya
sekaligus suami penuh kasih bagi istri-istrinya. Hibur hati dengan membaca
kisah-kisahnya dalam kitab siroh. Pupuk iman dengan menyelami hikmah-hikmahnya
dalam kitab hadits.
Saya merekomendasikan kitab Fiqih Siroh karya asy Syaikh Ramadhan al Buthy
tuk kitab siroh. Dan Riyadhush Sholihin tuk kitab hadits.
Barokallahu fiik
6. Ustadz, bagaimana memperbaiki keluarga yang
sudah berantakan agar lebih mencintai Allah ? Dan, langkah apa saja yang
harus dilakukan?
Jawab : Cara yang bisa ditempuh adalah :
a) Berdoa dengan sesungguhnya kepada Allah. terkadang kita memang berdoa,
tetapi belum benar-benar meminta dan menghamba. Pilih waktu doa yang utama. Minta
dengan penuh keyakinan, karena sesungguhnya Allah itu dekat dan Maha
Mengabulkan permintaan.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran”
(QS. Al Baqarah : 186)
b) Jalin silaturahim kepada setiap anggota keluarga. Hal baik dan jiwa
kebaikan itu menular. Batu yang keras akan luluh juga jika dikenai air terus
menerus.
c) Carilah orang yang dihormati anggota keluarga, minta ia menasehati
keluarga dengan pelan dan bijak.
d) Bersabarlah dan yakinlah, Allah akan memberikan jalan bagi hambaNya yang
berusaha. Dan terkadang Dia menetapkan sesuatu yang menurut kita buruk, padahal
itu baik bagi kita.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”
(QS. Al Ankabut : 69)
وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُون
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al Baqarah : 216)
7. Syukron.. Ustadz, jika ada seorang anak perempuan ingin menyempurnakan
pakaiannya (berhijab syar'i) termasuk bercadar. Namun ibu anak itu
beserta sebagian saudaranya tidak mnyetujui hal tersebut dikarenakan takut menjadi
renggang hubungan anak itu dengan saudaranya. Ahsannya apa yang harus si anak
itu lakukan?
Jawab : Ukhti Mei yang baik, kewajiban hijab syar'i adalah kewajiban yang
jelas, dan tidak bisa tidak harus dilakukan. maka seorang anak selayaknya
berbakti kepada ibunya dengan sebaik-baiknya, dan tetap mempertahankan
hijabnya.
Namun, bercadar, adalah khilafiyah di kalangan ulama. Mayoritas ulama telah
mengatakan bahwa wajah dan telapak tangan bukanlah aurat. dan inilah pendapat yang
rajih, wallahu a'lam.
Dalam kondisi ini, maka tidak memakai cadar termasuk dalam bakti seorang
anak pada ibunya. Kalaupun ia tetap ingin bercadar, maka hendaklah dilakukan setelah
bersabar mendakwahi ibunya, dan ibunya ridho padanya, karena keridhoan Allah
ada pada ibunya.
Bukankah Nabi saw menyuruh seorang sahabat untuk meminta izin orang tuanya
tatkala akan ikut berjihad di medan perang. Maka bandingkanlah jihad ini dengan
masalah cadar
Allahul musta'an.
Berikut ini adalah dalil terkait cadar
“Ibnu Abbas
dan orang-orang yang mengikutinya memaknai maksud “Maa zhahara minha (apa-apa
yang biasa nampak darinya)” adalah wajah dan kedua telapak tangan, inilah yang
masyhur menurut mayoritas ulama. “ [2] Ini juga pendapat Ibnu Umar, Atha’,
Ikrimah, Adh Dhahak, Abu Sya’tsa’, Said bin Jubeir, dan lain-lain. Sementara Az
Zuhri mengatakan: cincin dan gelang kaki. (Tafsir Ibnu Katsir)
Syaikh Sayyid Sabiq berkata,
“Seluruh
tubuh wanita adalah aurat, wajib atasnya untuk menutupnya kecuali wajah dan
kedua telapak tangannya, Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah para wanita
menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya.”, yaitu
jangan menampakkan tempat-tempat perhiasannya kecuali wajah dan kedua telapak
tangan, sebagaimana yang diriwayatkan hal itu secara shahih dari Ibnu Abbas,
Ibnu Umar, dan Aisyah.”
( Imam Al Qurthubi )
Beliau berkata ketika menafsirkan “Kecuali yang biasa nampak darinya”:
هذا قول حسن، إلا أنه لما كان الغالب من الوجه والكفين ظهورهما عادة وعبادة وذلك في الصلاة والحج، فيصلح أن يكونij الاستثناء راجعا إليهما.
“Ini pendapat yang baik, karena menampakkan wajah dan kedua telapak
tangan dalam adat dan ibadah adalah hal biasa, juga saat shalat dan
selayaknya pengecualian itu dikembalikan kepada keduanya.”
8. Apakah ada larangan kita memakai perhiasan..? Seperti gelang tangan atau
cincin dll ?
Jawab : Ukhti Vivin, gelang dan cincin termasuk perhiasan yang diperbolehkan.
Silahkan merujuk pendapat Az Zuhri dlm kutipan ttg cadar di atas
9. Dalam hidup kita, banyak kenikmatan yang kita dapatkan tapi seringkali
hanya karena satu kesulitan yang kita dapat kita sudah mulai meragukan
kecintaan Allah pada kita. Gimana ustadz agar kesulitan itu tidak mengurangi
kecintaan kita pada Allah dan justru menambah kecintaan kita?
Jawab: Salah satu caranya adalah dengan bertafakkur (merenungi) kebesaran
Allah. Bisa dalam doa maupun zikir, atau memang sengaja merenung/bertafakkur.
Di antara waktu tafakkur yg utama adalah pada sepertiga malam terakhir.
Inilah yg dipraktekkan Nabi saw berdasarkan hadits yg shahih. Sebelum solat
tahajjud, beliau bertafakkur memandang langit, lalu membaca surat Ali Imron
bagian terakhir. Mulai dari ayat
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal
(QS. Ali Imron : 190)
Sampai akhir surat.
10. Kaitannya dengan faktor kedua ustadz, yaitu mencintai keindahan dan
kesempurnaan. Bagaimana kaitannya dengan kebiasaan wanita berhias agar tidak
menyimpang dari kecintaan kita pada Allah?
Jawab: Wanita muslimah sangat dianjurkan berhias untuk suaminya. Namun bila
keluar rumah, hendaknya ia mencukupkan dengan yang sederhana, tidak berlebihan,
sehingga membuat mata pria non mahram ingin terus memandangnya. Di zaman
sekarang, sayangnya banyak muslimah yang lebih senang berdandan tuk keluar
rumah. Sedangkan hadapan orang tua atau suaminya ia lebih suka berpakaian
seadanya. Padahal pakaian yang rapi dan baik juga hiburan bagi suami dan orang
tua.
11. Nah itu dia ustadz, kalo untuk wanita yang masih single, bagaimana batasan
berhiasnya?
Jawab: Bahasan tentang hal ini akan cukup panjang, karena banyak juga
khilafiyah para ulama dalam hal ini. Namun, yang wajib diperhatikan adalah
tertutupnya aurat secara sempurna, kecuali wajah dan telapak tangan, serta
tidak ketat. Adapun tentang warna dan dandanan wajah, saya hanya bisa mengatakan,
yang terbaik adalah tidak mencolok. Saya sarankan akhwat fillah merujuk kitab
Kebebasan Wanita, tuk fiqh muslimah. Cuma 6 Jilid. Juga bisa buat hadiah bagi
teman, sahabat, keluarga, kado nikah juga keren. Bagi yang punya rezeki, buku
ini yang judul aslinya Tahrirul Mar'ah fi Ashri ar Risalah karya Muhammad Abdul
Halim Abu Syuqqah - sangat layak dijadikan referensi di perpustakaan rumah.
12. Kalau hati manusia itu fitrahnya adalah mencintai pihak yang berbuat
baik pada kita, bagaimana cara kita menata hati untuk juga mencintai orang yang
berbuat tidak baik pada kita. Karena jujur sangat sulit
Jawab: Ukhti Mutiara, kepada orang yang tidak baik pada kita, kita tidak dianjurkan
tuk mencintai, tapi cukup dengan memaafkannya.
13. Terkait dengan nikmat pekerjaan tadz, bagaimna emansipasi wanita dalam hal
pekerjaan menurut pandangan islam ustadz ?
Jawab: Islam sangat memuliakan wanita. Adapun emansipasi yang disuarakan
pendukung feminisme adalah sesuatu yang berlebihan karena mencoba menyamakan
lelaki dan wanita, padahal keduanya memiliki kodrat berbeda. Terkait pekerjaan,
wanita dibolehkan bekerja, dengan syarat : a) orang tua/suaminya ridho ; b)
tidak menghalanginya menegakkan syariat (berhijab, solat, dll) ; c) tidak mengurangi
kewajibannya yang lain (menuntut ilmu, mengasuh ortu, mendidik anak, dll). Lebih
lengkapnya juga bisa merujuk ke buku Kebebasan Muslimah
14. Terkadangkan seseorang itu melakukan amalan-amalan mahabatullah (contoh
orang tua yang berada di masjid dalam waktu yang sangat lama untuk berdzikir
sampai lupa akan kesehatannya). Membuat khawatir keluarga, tapi kalau diingatkan
tidak mau. Bagaimana ya caranya supaya ia peduli dengan kesehatannya dan
menuruti nasehat keluarga?
Jawab: Jika ada orang tua yang sepertinya berlebihan dalam ibadahnya, coba
ajak dia untuk lebih banyak hadir dalam majelis ilmu. Jangan langsung
mengajaknya tuk mengurangi ibadah, karena bisa jadi ia punya alasan dan
landasan sendiri dalam hal itu. Tapi dengan mengajaknya lebih banyak menuntut
ilmu, ia bisa mendapatkan pemahaman yang menengah tentang beribadah dalam Islam.
Orang tua itu biasanya keras kepala, kita tidak bisa memaksa begitu saja. Apalagi
jika itu orang tua (ayah/ibu). Maka wajib dan sangat wajib bagi kita tuk
berlemah lembut padanya. Dekati lagi hatinya, perbanyak berbakti padanya. bisa jadi
selama ini ada kurang bakti anaknya, yang membuat ia mencurahkan segala pikirannya
pada ibadah kepada Allah.
15. Ustadz, maksud dari 'hanya Rasulullah yang dapat mncapai ma'rifatullah
itu gimana? Trus, banyak juga orang yang belajar tentang ma'rifatullah, tapi kenapa
ada yang bisa menganggap dirinya menyatu dengan Allah? Bukankah sama itu seperti
menyamakan dirinya dengan Allah?
Jawab: Hanya Rasulullah yang dapat mencapai ma’rifatullah (mengenal Allah)
dengan sempurna, karena beliau adalah Nabi, penerima wahyu, bahkan pernah
secara langsung menerimanya dari Allah azza wajalla. Maka tentu tidak ada yang lebih
mengenal Allah daripada NabiNya. Adapun pemahaman seseorang bahwa dirinya
menyatu dengan Allah, ini adalah pemahaman yang salah kaprah. Karena itu sama
saja merendahkan kedudukan Allah (menyamakannya dengan makhluk). Bukankah Nabi
saja, utusan Allah, yang paling ma'rifat terhadap Allah, tidak pernah
menganggap dirinya menyatu dengan Allah? Karena itulah, mengenal Allah
(ma'rifatullah), harus ditempuh melalui ilmu yang benar, berdasarkan al Quran
dan as Sunnah, juga pemahaman salafus sholih.
16. Gimana cara ngasih tau ke orang tersebut ustadz ?
Jawab: a) doakan ia agar mendapat hidayah; b) ajak ia tuk mengikuti majelis
ilmu yang shahih; c) berikan buku2 tentang aqidah yang shahih; d) ajak ia
dialog dengan baik.
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment