KAJIAN ONLINE HAMBA اللهِ NANDA 115
& 116
Hari/Tanggal
: Selasa, 2 Desember 2014
Materi
: Parenting (Pendidikan Seksualitas Sejak Dini)
Narasumber
: Ustadzah Ida Cahyadi
Notulen
: Riski Ika Wati
Editor : Ira Wahyudiyanti & Hernizah M.R
Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaykum wr. wb.
Kita mulai ya…
Ukhtifillah, tema kali
ini semoga menarik. Menilik banyaknya kasus yang merebak di masyarakat dan juga
kurangnya pemahaman bahkan di kalangan ummahat, maka temanya adalah: “Pendidikan
Seksualitas Sejak Dini “
“Hah? Nggak salah tuh?” Mungkin
ada yang mengerutkan dahi melihat judul di atas. Bagaimana mungkin anak kecil
sudah diajari pendidikan seksualitas? Pertama saya ingin bahas istilah dulu. Seringkali
kita mendengar kata pendidikan seks. Sebenarnya yang tepat adalah pendidikan
seksualitas. Seks mananya adalah jenis kelamin atau hubungan kelamin, yang
demikian mungkin tak perlu pendidikan, hanya butuh coaching saja. Tetapi
seksualitas maknanya lebih luas dari sekedar pendidikan seks. Sebenarnya lebih
santun menggunakan istilah tarbiyah jinsiyah, dengan istilah itu terkandung
makna yang lebih luas, bahwa pendidikan seksualitas berada dalam bingkai
pendidikan secara umum. bukan berdiri di ruang hampa.
Adapun dengan judul
diatas...Eits, jangan salah sangka dulu. Yang namanya mendidik anak, memang harus
dimulai sejak dini. Yup, bahkan sejak masih merencanakan berkeluarga.
Yaitu saat seseorang memutuskan untuk menikah. Siapa pasangan hidupnya, itu
adalah awal pendidikan seks untuk anaknya kelak. Jika lelaki menikah dengan
perempuan dan sebaliknya seorang perempuan memilih lelaki untuk pasangan
hidupnya, ini adalah awalan yang benar.
Bukankah sekarang telah ada pernikahan sejenis yang dilegalkan ataupun
diam-diam. Keluarga adalah role model bagi anak untuk meniru identitas dan
peran gender!
Demikian pula sejak
proses pembentukan keluarga itu sendiri. Saat pasangan memualinya dengan santun
sesuai kaidah agama dan norma kebaikan yang berlaku di masyarakat, maka
anak-anak nanti akan belajar bagaimana awal mula keluarganya terbentuk. Berlanjut
pada masa kehamilan. Saat orang tua merencanakan kehamilan, hindarkan dari
terlalu berharap anaknya nantinya memiliki jenis kelamin tertentu. Orang tua
bisa kecewa dan ‘menolak’ kehadiran anak secara psikologis saat tahu anak yang
dikandungnya atau bahkan telah dilahirkan ternyata perempuan, misalnya karena
ia ingin anak laki-laki. So, siapkan diri menjadi orang tua, mencintai dan
menerima takdir jenis kelamin sang anak.
Bagaimana konten
pendidikan seksualitas ini? Sesungguhnya ia tidak berdiri sendiri sebagai
sebuah bahasan. Betapa dangkalnya jika pendidikan seksualitas hanya dikaitkan
dengan kesehatan reproduksi, perasaan tidak nyaman dan keamanan si anak. Pendidikan
seks mestinya menyangkut masalah keyakinan keimanan, ibadah dan juga akhlak.
Waah masak sih? Kita meyakini hanya ada dua gender atau jenis kelamin di dunia
ini yang diciptakan Tuhan, karena ada dalam kitab suciNya. Terlaknatlah kaum
yang membolehkan lelaki menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai lelaki
atau saling menyukai terhadap yang sejenis. Semua agama sepakat dalam hal ini. Situasi
dewasa ini telah membuktikan dengan maraknya kasus HIV/AIDS, yang belum kunjung
menemukan pengobatan yang tepat. Penyakit ini diduga karena hubungan seksual
sejenis. Keimanan seseorang juga akan menyetir perilakunya, mengekang nafsu dan
menjaga kehormatan diri. Yakin kan jika masalah pendidikan seks adalah bagian
dari keimanan?
Menyangkut ibadah,
benarkah? Manusia diciptakan untuk menghamba pada Tuhan. Memberikan yang
terbaik sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Setiap perbuatannya adalah bagian
dari ibadahnya, termasuk cara ia berpakaian, bergaul, berumah tangga dan
memiliki anak-anak. Agama telah mengaturnya dengan lumayan rinci. Bahkan dalam
Islam diatur cara bersuci dari hadats, najis dan junub setelah melakukan
hubungan suami istri. Ada juga doa dan tuntunan dalam berhubungan suami istri
sebagai bagian ibadah. Adapun bagian dari pendidikan akhlak, tak diragukan
lagi. Ketinggian akhlak akan berpengaruh pada ketinggian peradaban. Generasi
yang bualitas tergantung dari pendidikan moral dan perilaku mereka.
Pendidikan seksualitas
adalah bagian dari membangun masyarakat yang beradab, jauh dari prilaku seksual
menyimpang, pelecehan seksual dan kejahatan seksual. Sebagian bunda lebih suka
mengenalkan pendidikan seksual ini dari sudut pandang sains dan anatomi. Saya
mengajak untuk melengkapi dengan melihatnya dari sudut pandang ibadah/agama.
Nah baca selengkapnya ya...
TAHAP PENDIDIKAN SEKSUAL
a. Usia
0-2 Tahun Adalah Usia Bayi Pada Masa Penyusuan
Bagaimana pendidikan seksual pada usia ini?
Sekalipun bayi kita
seolah belum mengerti apa-apa, sesungguhnya mereka selalu belajar melalui
indera dan rasa, maka selayaknya orang tua mulai menanamkan rasa malu dengan
cara tidak mengumbar aurat bayi di sembarang tempat. Saat memandikan,
mengganti baju, mengganti popok, mencebok bayi, diusahakan dalam ruang
tertutup. Jika di tempat terbuka, tutuplah auratnya dari pandangan orang lain
dengan selembar kain misalnya. Saat sang ibu menyusui bayi, maka hanya
bayinya yang berhak untuk berinteraksi dan melihat aurat bagian atas ibunya.
Kakak-kakak bayi yang sudah tidak dalam masa menyusu, sudah tidak berhak untuk
melihat nenen bunda.
Penting diketahui bahwa
menjadi ibu susu untuk anak lain hanya berlaku saat anak susu masih berusia
dibawah dua tahun. Tidak boleh menyusui anak orang lain (menjadi ibu susu) bagi
anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Para bunda selayaknya bersiap menyapih
anak pada saat usia 2 tahun. Jika ada masa toleransi masa penyapihan, maka
usahakan hanya beberapa bulan saja, bukan berbilang tahun.
Orang tua yang melakukan
proses hubungan suami istri, tidak boleh disaksikan oleh anaknya sekalipun
masih bayi. Bahkan suaranya pun tidak boleh terdengar oleh bayinya. So, lakukan
hanya saat bayi tidur atau saat tak ada bayi/anak dalam ruangan orang tua.
Prinsip pada masa ini: berusaha menutup aurat anak dan
aurat diri.
b. Usia 2-4
Tahun Memasuki Masa Penyapihan
Semestinya anak
(disebutnya anak, bukan bayi lagi) sudah tidak boleh melihat nenen. Pada
usia ini, anak mulai diberikan pemahaman tentang menutup aurat
mugholadzoh (aurat berat), yakni qubul dan dubul. Sudut pandang psikologi menyebut usia
1,5 – 3 tahun adalah fase anal dan dilanjut dengan fase uretral. Ditandai dengan
matangnya syaraf otot sfingter anus, sehingga anak mulai belajar mengatur berak
dan nantinya pipis. Anak kadang
memegang-megang alat kelaminnya. Bagaimana sikap yang tepat? Anda dapat mengalihkan tangan anak
anda untuk melakukan aktivitas lain yang lebih manfaat seperti melipat kertas,
memainkan tali dan mainan lain yang akan menyibukkan dan melatih tangannya.
Lakukan dengan lembut. Pada saat yang tepat, beri pengertian untuk untuk tidak
banyak menyentuh alat kelaminnya kecuali ada keperluan seperti mau pipis, atau
ada keluhan sakit.
Jika anak bertanya
mengapa tidak boleh memainkannya? Saatnya
anda memberi tahu tentang sopan santun, bagian tubuh yang wajar untuk dilihat
dan dipegang. Beberapa perilaku
seperti onani dan masturbasi dapat bermula pada masa kanak-kanak karena
ketidaksengajaan. Saat mereka merasakan nyaman dan nikmat dengan memainkan alat
kelaminnya, maka membuat ketagihan bahkan bisa berlanjut hingga saat dewasa.
Toilet training memasuki
saat yang penting untuk tuntas pada masa ini, sehingga anak belajar
mengontrol kapan ia harus BAB dan BAK. Anak diajari untuk tahu dimana dan
dengan siapa ia harus meminta tolong melakukan aktivitas tersebut. Beritahukan
pada anak, siapa saja orang yang boleh menolongnya. Semua larangan yang berlaku pada masa bayi, terus berlaku pada
masa ini, seperti menutup aurat orang tua dan anak.
Saya pernah mendengar
orang tua yang mengajak anak mandi bersama. Jika sesekali melakukannya,
usahakan lakukan dengan anak yang berjenis kelamin sama dan orang tua tetap
memakai baju basahan/baju renang, tidak boleh membuka aurat di depan anak. Jangan memandikan beberapa anak secara
bersama-sama dalam keadaan mereka telanjang bulat. Minimal pakaian celana dalam
jika terpaksa anak mandi bersama. Misal
diantara saudara kandung atau terjadi di PAUD atau tempat pendidikan
prasekolah. Hal ini menghindarkan dari mereka saling melihat aurat.
c. Usia
4-7 Tahun
Anak sudah sampai pada
pemahaman bahwa dia hanya boleh dicebok dan dilihat auratnya oleh mahram atau
pengasuh yang dipercaya (atau ibu guru di sekolah). Seiring proses, anak
dilatih untuk melakukan proses istinjak sendiri secara benar. Inilah saat anak
mengenal secara istilah dan praktek bahwa prosesi cebok, adalah bagian dari
ibadah, yakni bersuci.
Pada saat usianya
maksimal 7 tahun, anak semestinya telah pandai melakukannya dengan benar. Mengajari
bersuci/istinjak juga bagian dari menjaga kebersihan dan kesehatan alat
kelaminnya, selain bahwa itu adalah bagian dari ibadah.Ini juga fase tepat anak
belajar untuk dipisahkan tidur dari kamar ortu. Tetap harus diingat bahwa sekalipun anak boleh tinggal/ tidur di
kamar ortu, namun dalam proses hubungan suami istri, tetap tidak boleh ada anak
di dalam kamar.
Selain itu, anak juga
dikenalkan pada area tubuh yang tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang
lain. Hal ini untuk mencegah anak menjadi korban pelecehan seksual. Sekali lagi
bukan hanya tidak boleh disentuh, tapi juga tidak boleh dilihat. Yakni bagian
antara pusar dan lutut bagi anak laki-laki dan ditambah bagian dada pada anak
perempuan.Bukan hanya alasan tidak nyaman saat anak dilatih untuk menjaga
bagian aurat tersebut, namun ini adalah perintah agama. Jika hanya berdasar
perasaan tidak nyaman, bisa jadi ada anak-anak yang tetap saja merasa nyaman
bahkan senang saat orang lain mengeksplorasi bagian tubuhnya, karena alasan
permainan atau alasan bentuk kasih sayang.
Untuk keamanan si anak,
ditambahkan area mulut sekalipun bukan bagian dari aurat. Misalnya, sampaikan
pada anak: “Bagian ini yang boleh melihat dan memegang hanya ayah dan ibu
karena membantumu mandi dan membersihkan diri atau dokter yang memeriksa kamu
dengan didampingi ayah atau ibu...”, “Nak,
tidak boleh ya orang lain memegang bagian tubuhmu selain tangan dan lutut ke
bawah, anak yang sopan juga tidak boleh memegang pantat orang, atau perut,
tanpa seijinnya...”
Anak tidak
hanya belajar memproteksi diri, namun juga belajar tentang sopan
santun pergaulan, dalam perkataan, perbuatan dan menjaga pandangan.Misal kita
dalam perjalanan dan melihat ada orang yang pipis sembarangan, apakah orang
dewasa atau anak. Ajak anak menjauh dan katakan bahwa yang demikian tak boleh
dilihat, apalagi ditiru. Prosesi khitan atau sunat pada anak lelaki sebaiknya
dilakukan pada tahap usia ini.
Proses identifikasi
gender biasanya mulai usia ini. Ia bertanya dan mulai mengerti perbedaan
laki-laki dan perempuan. Bagian dari pendidikan seksual adalah orang tua
mengawal masa pembentukan identitas ini agar tidak terjadi penyimpangan. Saat anak melihat tontonan yang
merancukan pemahaman gender, lelaki berpakaian dan bertingkah perempuan, atau
sebaliknya, apa yang harus dilakukan orang tua? Berikan penjelasan untuk anak, bahwa manusia diciptakan laki-laki
dan perempuan, maka masing-masing harus menjalankan perannya dan tidak boleh
bertukar karakter atau jenis kelamin. Ajarkan dan contohkan sikap dan pakaian
yang sesuai. Eh.. dengan bahasa anak-anak tentunya. Usia 7 tahun adalah salah
satu terminal penting. Target pencapaian :
1.
Anak
sudah memahami batasan aurat.
2.
Anak memiliki konsep
gender yang sesuai antara fisik dan mental psikis.
3.
Anak
dapat melakukan proses bersuci/istinjak/cebok secara mandiri dan
benar.
4.
Belajar untuk
menutup aurat secara sempurna.
5.
Anak mengerti
dan mempraktekkan adab pergaulan.
6.
Anak
telah dipisahkan tidurnya dari orang tua.
7.
Anak
belajar adab meminta ijin memasuki kamar orang tua.
Demikian bahasan kita
kali ini, semoga bermanfaat. Yang akan datang akan saya sambung untuk tahapan
usia 7-14 tahun. Terimakasih.
Wassalamualaikum wr. wb.
Ida Nur Laila
TANYA JAWAB
1. Ummi saya
mau tanya... sinetron atau film di TV kan mempengaruhi pertumbuhan anak-anak juga
dan rata-rata sekarang film/sinetron yang sering dimunculkan itu adalah anak
dibawah umur tapi berperan dewasa lalu terkadang yang lebih menyukai film-film
tersebut juga anak-anak masih dibawah umur... itu bagaimna ya ummi? Bagaimna
cara memberitahunya?
Jawab:
Orang tua yang diberitahu untuk mengarahkan
tontonan agar dipilihkan yang layak. Lalu perlu pendampingan saat anak menonton
televisi. Lebih baik lagi jika meminimalkan menonton TV dan memberi alternatif
kegiatan yang manfaat untuk anak
2.
Tontonan yang
baik untuk anak dan orang dewasa itu seperti apa ustadzah?
Jawab:
Tontonan yang baik seperti pengetahuan, dunia
binatang, kalau di “NatGeo” banyak sejarah dan sains. Kalau TV lokal susah ya.
Lebih mending pakai CD.
3.
Trus kalau
penggunaan internet bagaimana ummi? Biasanya kan anak yang berumur -/+ 10 tahun
sudah suka browsing-browsing gitu... kadang browsing tanpa sepengetahuan kita
itu bagaimana ummi?
Jawab:
Internet tidak baik jika sejak dini. FB saja
mulai usia belasan tahun. Usia sekitar 7-10 saat anak membutuhkan bahan pelajaran
maka dengan pendampingan. Sekarang ada perisai program untuk memblokir beberapa
istilah kata kunci agar konten porno tidak bisa dibuka di rumah kita. Misal
kata sex atau seks itu diblokir maka seluruh situs dengan kata itu tidak bisa
dibuka. Tapi perisai hanyalah perisai. Yang lebih penting membangun kesadaran
dan pemahaman anak unutuk memproteksi dirinya dimanapun dan kapanpun
4. Bunda, sekarang
kalau kita perhatikan acara-acara di TV banyak yang "kurang
mendidik", baik untuk anak-anak ataupun remaja. Jadi solusinya untuk
memupuk/menanamkan "message" kepada si anak tentang tidak baiknya
menonton acara-acara di TV tanpa pengawasan itu bagaimana? Karena kalau dilarang nonton di rumah, pas main ke tempat teman/saudara
si anak bisa saja nonton.
Jawab:
Memang tidak mudah jadi ortu di jaman melek
teknologi ini. Anak dibawah usia 7 tahun harusnya mendapat pengawasan orang
dewasa dalam beraktivitas, termaauk memilih acara TV. Orang dewasa yang
mendampingi idealnya yang mengerti tentang pendidikan anak. Menyediakan
televisi di rumah dengan aturan yang disepakati dan ditegakkan. Anak terus
diajak dialog tentang baik buruk dan di dampingi untuk membuat keputusan.
Sesiakan sarana menarik di rumah hingga anak tidak lari ke rumah tetangga.
Sesiakan sarana menarik di rumah hingga anak tidak lari ke rumah tetangga.
5. Kalau ada
anak yang dari kecil sudah milih-milih baju. Kadang
ada yang tidak sesuai dengan umurnya
Jawab:
Ortunya pilihkan baju yang pantas. Jangan ajak
ke konter baju aneh-aneh. Anak diberi pilihan terbatas. Ia boleh memilih dari
beberapa baju yang dipilihkan ortu.
6.
Ujung-ujungnya
pasti bilang “Yang seperti teman aku itu” untuk baju, sepatu, dll
Jawab:
Itulah para nanda sekalian.. PR dakwah kita
maaih banyak. Jika ada dalam sebuah lingkungan, yuuk menggagas pengajian. Atau
menyarankan ibunya ikut kelompok HA ini. Saya
pribadi mengurusi dan mengisi pengajian ibu-ibu sejak kuliah semester 3. Okee
ya nanda tetap bisa menjadi sarana dakwah sekalipun belum menikah
7.
Mau nanya
bu Ida, bagaimana cara mengontrol anak dalam menggunakan internet? Agar anak
tidak terjerumus untuk membuka situs-situs yang tidak baik?
Jawab:
Internet tidak baik jika sejak sini. FB saja
mulai usia belasan tahun. Usia sekitar 7-10 saat anak membutuhkan bahan pelajaran
maka dengan pendampingan. Sekarang ada perisai program untuk memblokir beberapa
istilah kata kunci agar konten porno tidak bisa dibuka di rumah kita. Misal
kata sex atau seks itu diblokir maka seluruh situs dengan kata itu tidak bisa
dibuka. Tapi perisai hanyalah perisai. Yang lebih penting membangun kesadaran
dan pemahaman anak unutuk memproteksi dirinya dimanapun dan kapanpun
8.
Kapan sebaiknya
anak mulai tidur sendiri?
Jawab:
Setelah sapih mulai bisa diajari tidur terpisah.
Mula-mula satu kamar beda ranjang. Nantinya punya kamar sendiri ditemani. Lalu
ditinggal. Usia 7 tahun batas maks. sekamar dengan ortu. Tempat tidur anak memang harus aman. Ada pagarnya.
Demikian
kajian hari ini. Kita tutup dengan hamdalah, istighfar 3x, dan doa kafaratul
majelis.
Doa
Kafaratul Majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله
إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamualaikum
wr wb
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment