Hari/tgl: jumat, 5/12/2014
Pemateri: bunda Tia
Materi: Makna Ilah Bagian 2
Kelompok 103 dan 104
Editor : Ira Wahyudiyanti
3. Al-Ilah
dakwatuna.com - Al-ilah dengan ma’rifat yaitu sembahan yang sejati hanyalah hak
Allah saja, tidak boleh diberikan kepada selainNya. Allah SWT berfirman,
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
﴿١٦٣﴾
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163)
Allah adalah ilah yang esa, tiada Ilah selain Dia, dengan kemurahan dan kasih
sayang-Nya yang teramat luas. Oleh karena itu ayat di atas dilanjutkan dengan
penjabaran mengenai contoh kemurahan dan kasih sayang-Nya:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ
الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ
السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن
كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ ﴿١٦٤﴾
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah: 164)
Tanda-tanda kebesaran Allah SWT di atas tidak disadari oleh kebanyakan manusia,
kecuali mereka yang memikirkannya.
Dalam menjadikan Allah sebagai Al-ilah terkandung empat pengertian yaitu al
marghub, al mahbub, al matbu’ dan al marhub.
a. Al-Marghub yaitu Dzat yang senantiasa diharapkan. Karena Allah selalu
memberikan kasih sayangNya dan di tangan-Nyalah segala kebaikan. Sebagaimana
dalam firman-Nya,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا
دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦﴾
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 180)
Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ
عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.” (QS. Al-Ghaafir: 60)
Oleh karena itu hanya Allah yang diharap, karena Ia Maha Memberi dan
mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Seperti dalam kisah Nabi Zakaria AS dan
istrinya, ketika itu mereka sudah lama tidak dikaruniai anak. Lalu Nabi Zakaria
AS berdoa kepada Allah SWT, dan Allah mengabulkan doanya. Kisah ini terekam
dalam Al-Qur’an,
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
﴿٨٩﴾ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ ۚ
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا
ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ ﴿٩٠﴾
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku
janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang
Paling Baik.” Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya
Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiyaa’: 90).
b. Al-Mahbub, Dzat yang amat sangat dicintai karena Dia yang berhak dipuja dan
dipuji. Dia telah memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang yang
berlimpah ruah kepada hamba-hambanya. Oleh karena itu Allah adalah kecintaan
orang yang beriman dengan kecintaan yang amat sangat, sebagaimana dalam
firman-Nya,
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ
“… Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah …” (QS.
Al-Baqarah: 165)
Sehingga ketika disebut nama Allah, maka gemetarlah hati mereka.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
﴿٢﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS.
Al-Anfaal: 2)
Oleh karena itu orang-orang beriman senantiasa mencintai Allah SWT di atas
segala kecintaan. Hal ini tersirat dalam ayat Al-Qur’an,
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا
أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا
حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
﴿٢٤﴾
“Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari
Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)
c. Al-Matbu’, yang selalu diikuti atau ditaati. Semua perintahNya siap
dilaksanakan dengan segala kemampuan, sedangkan semua laranganNya akan selalu
dijauhi. Sebagaimana dalam firman-Nya,
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ
“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah….” (QS. Adz-Dzaariyat: 50)
Selalu mengikuti hidayah atau bimbinganNya dengan tanpa pertimbangan. Allah
saja yang sesuai diikuti secara mutlak, dicari dan dikejar keridhaanNya. Nabi
Ibrahim AS teladan kita mencontohkan hal ini, dia menuju Allah SWT untuk
memperoleh bimbingan dan hidayahNya untuk diikuti. Sebagaimana yang terekam
dalam ayat Al-Qur’an berikut ini,
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهْدِينِ ﴿٩٩﴾
“Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia
akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Ash-Shaaffaat: 99)
d. Al-Marhub, yaitu sesuatu yang sangat ditakuti. Hanya Allah saja yang berhak
ditakuti secara syar’i. Takut terhadap kemarahanNya, takut terhadap siksaNya,
dan takut terhadap hal-hal yang akan membawa kemarahanNya.
Dalam catatan sejarah, kaum Bani Israil diperintahkan Allah SWT untuk hanya
takut kepada-Nya,
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا
بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ﴿٤٠﴾
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu,
dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan
hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” (QS. Al-Baqarah: 40)
Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman bahwa hanya Allah sajalah yang berhak
ditakuti oleh orang-orang beriman ketimbang takut kepada orang-orang yang
merusak sumpah dan orang-orang yang memerangi,
أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَّكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ
وَهُم بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ أَتَخْشَوْنَهُمْ ۚ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَوْهُ
إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٣﴾
“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya),
padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang
pertama mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal
Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (QS. At-Taubah: 13)
Oleh karena itu para dai adalah orang-orang yang tidak takut kepada seorang
pun. Rintangan dan tantangan apa pun yang mereka hadapi, mereka tidak takut,
karena mereka hanya takut kepada Allah SWT. Dan rasa takut ini bukan membuat
mereka lari, tetapi justru membuatnya selalu mendekatkan diri kepada Allah dan
menjadikan-Nya sebagai pelindung atas segala rintangan dan tantangan yang
dihadapinya, sebagaimana dalam firman-Nya,
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا
إِلَّا اللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا ﴿٣٩﴾
“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut
kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada
Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (QS. Al-Ahzaab: 39)
4. Al-Ma’bud
Al-ma’bud merupakan sesuatu yang disembah secara mutlak. Karena Allah adalah
satu-satunya Al-Ilah, tiada syarikat kepadaNya, maka Dia adalah satu-satunya
yang disembah dan diabdi oleh seluruh kekuatan yang ada pada manusia.
Oleh karena itu tidak boleh ada pencampur-adukan dalam hal agama, apalagi
aqidah, sebagaimana dalam firman-Nya,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ
عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ
عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.”
(QS. Al-Kaafiruun: 1-6)
Dan pada setiap umat, Allah SWT selalu mengutus rasul-Nya. Mereka diutus dengan
risalah pengabdian pada Allah saja dan menjauhi segala yang diabdi selain
Allah.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ ۖ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, …” (QS.
An-Nahl: 36)
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan seluruh manusia agar mengabdi hanya
kepadaNya saja dengan tidak mengambil selain Allah sebagai tandingan-tandingan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿٢١﴾
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertaqwa, …” (QS. Al-Baqarah: 21)
Pengakuan Allah SWT sebagai al-Ma’bud dibuktikan dengan penerimaan Allah
sebagai pemilik segala loyalitas, pemilik ketaatan dan pemilik hukum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pemilik kepada segala loyalitas, perwalian atau pemegang otoritas atas
seluruh makhluk termasuk dirinya. Dengan demikian loyalitas mukminin hanya
diberikan kepada Allah dengan kesadaran, dan loyalitas yang diberikan pada
selain Nya adalah kemusyrikan. Ayat berikut menjelaskan mengenai pernyataan
seorang mukmin, bahwa wali (pemimpin) nya hanya Allah saja,
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ ۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ﴿١٩٦﴾
“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah Yang telah menurunkan Al Kitab
(Al-Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS. Al-A’raaf: 196)
Jika manusia berwalikan kepada Allah, maka Allah akan mengeluarkan dirinya dari
kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
ۖ
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)…” (QS. Al-Baqarah: 257)
b. Pemilik tunggal hak untuk ditaati oleh seluruh makhluk di alam semesta.
Seorang mukmin meyakini bahwa ketaatan pada hakikatnya untuk Allah saja. Dengan
kata lain, hak menciptakan dan hak memerintah hanyalah milik Allah, sebagaimana
dalam firman-Nya,
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ﴿٥٤﴾
“… Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah,
Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’raaf: 54)
Dengan demikian seorang mukmin menyadari sepenuhnya bahwa mentaati mereka yang
mendurhakai Allah adalah kedurhakaan terhadap Allah. Dalam hadits disebutkan
bahwa mukmin hanya akan taat pada sesuatu yang diizinkan Allah, Rasul dan ulil
amri. Dan mukmin tidaklah akan mentaati perintah maksiat kepada Allah.
c. Pemilik tunggal kekuasaan di alam semesta. Dialah yang menciptakan dan
berhak menentukan aturan bagi seluruh ciptaanNya, sebagaimana dalam surat
Al-A’raaf ayat 54 di atas bahwa hak menciptakan dan hak memerintah hanyalah
milik Allah.
Dengan demikian, menentukan hukum dan undang-undang hanyalah hak Allah, sebagaimana
tertuang dalam ayat berikut,
مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم
مَّا أَنزَلَ اللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴿٤٠﴾
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah.
Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.” (QS. Yusuf: 40)
Hanya hukum dan undang-undangNya saja yang adil dan Allah mewajibkan manusia
melaksanakan hukum-hukumNya.
سُورَةٌ أَنزَلْنَاهَا وَفَرَضْنَاهَا
“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan
hukum-hukum yang ada di dalam)nya…” (QS. An-Nuur: 1)
Sehingga orang-orang beriman menerima Allah sebagai pemerintah dan kerajaan
tunggal di alam semesta dan menolak kerajaan manusia. Sedangkan mereka yang
menolak aturan atau hukum Allah adalah kafir, zhalim dan fasik, sebagaimana
sejarah kaum-kaum terdahulu yang direkam dalam Al-Qur’an berikut ini,
إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ
الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا
اسْتُحْفِظُوا مِن كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا
النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم
بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ﴿٤٤﴾وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ
فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنفَ بِالْأَنفِ
وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ ۚ فَمَن تَصَدَّقَ
بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَّهُ ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ
هُمُ الظَّالِمُونَ﴿٤٥﴾وَقَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِم بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا
لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى
وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً
لِّلْمُتَّقِينَ﴿٤٦﴾وَلْيَحْكُمْ أَهْلُ الْإِنجِيلِ بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فِيهِ ۚ
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴿٤٧﴾
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang
Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim
mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara
kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah
kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu
menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir. Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At
Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada
qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishaash)nya, maka melepaskan hak
itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim. Dan
Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan
menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa. Dan
hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS.
Al-Maaidah: 44-47).
Tanya jawab
T: Umm sy mau tanya..sesembahan hanya diberikan pd Allah sj. Bgmn dg riya?ada
yg menyebutkan bahwa riya adalah syirik kecil. Bagai semut kecil hitam berjalan
di atas bebatuan d kegelapan malam.
J: Iya. Maka dari itu jika qt melakukan sesuatu yg baik. Tidak usah di beritahu
pada khalayak. Misal : bkin status curhat tntang ibadah qt di akun fb twitter.
Wallahualam
T: Knp bs umm riya sbg syirik kecil? Astaghfirullaah
J: krn jika melakukan riya terkadang tidak terrasa. Dan merasa kitalah yg
paling hebat
T: Umm, terkadang kita melakukan ibadah sunnah. Terus tiba' ada tmn yg tanya.
Pas dijawab dikira na pamer ibadah itu bagaimana kita menyikapinya y?
J: yg terpenting adalah niat qt tdk riya. Ya Terserah pendapat org. Kita
lakukan ibadah krn Allah semata
T: Terkait sifat al marhub, bgmn dg org yg ibadahnya tekun, rajin mnuntut ilmu
agama, namun masih takut dg kehadiran jin.. Takut diganggu saat k kamar mandi
malam2, dll.. ??
J: berarti keimanannya belum tebal. Msh tipis. Keyakinan percaya Allah
dipertanyakan. Kl qt percaya Allah mengapa qt takut syetan. Padahal manusia
adalah ciptaan Allah yg paling sempurna.
T: nanya donk um. Jika ada wanita yg agamanya bagus bhkn dia bersentuhn sma
laki2 g mau tp dia suka berduaan sma laki2 yg lg dket sma dia meski gak
bersenthn jika sengaja. Itu gmna ukh,?
J: seorang wanita tdk diperbolehkan berkhalwat dgn laki2 yg bkan muhrimnya
berdua walaupun tdk bersentuhan. Di larang ya ukh
T: Jika mmg keluarga kita tdk boleh kita cintai melebihi Allah dan Rasul-Nya,
lalu bagaimana cara kita mencintai keluarga kita, bund? Dan bagaimana cara
mengendalikan hati ini spy mencintai segala sesuatu melebihi Allah dan
Rasul-Nya?
J: perumpamaan qt adalah kasih sayang seorang ibu tdk membutuhkan balasan. Sama
dengan Allah.
Bahkan apabila qt sdh berbuat dosa,Allah pun memaafkan.
Jadi, untuk mencintai keluarga qt dasaran qt adalah mencintai karena Allah.
Sehingga qt tdk bs merasa memiliki keluarga qt. Krn keluarga qt milik Allah. Yg
setiap saat Allah bs panggil.
Wallahualam
T: Apakah orang yg masih takut kepada jin dan setan yg suka menggangu bisa
dikatakan sbg orang yg tidak beriman?
J: Tepatnya bukan kata "tidak beriman", namun keimanan qt sedang
tergoyahkan maka percayalah Allah lah diatas segalanya In syaa Allah berkah dan
tak takut lagi
T: bunda.. kadang hati kita merasa kecewa terhada sesuatu yg gagal kita
dapatkan...
itu bagamana caranya agar kita tetep istoqamah.???
J: Rasa kecewa wajar dan manusiawi. Agar terhindar pada rasa kecewa apa yg tlah
qt lakukan adalah ketika qt melakukan sesuatu adalah ikhlas krn Allah. Dan jika
tidak tercapai maka qt percaya blm waktu nya qt mendapatkannya yg terpenting qt
tlah lakukan sepenuh hati dan ikhlas. Jgn lupa syukur walaupun blm tercapai.
cth : jika qt mengikuti tes cpns dan qt tdk lulus , itu artinya Allah blm
memberikan amanahNya. Jgn pernah bersu'udzon dgn Allah. Jalani hidup dgn
berhusnudzon in syaa Allah hati qt tentram.
T: bunda boleh minta contoh bgmana dikatakan kita mencintai allah dri orng tua
kita (takut banget bunda klo kita lebih mencintai orng tua ketimbang allah)
J: jika qt mencintai Allah dahulu maka cinta pd org tua selanjutnya.
Tambatkan dlm hati org tua qt milik Allah. Maka kapan pun juga bisa dipanggil.
Namun, doa nanda yg sholeha kepada ortu in syaa Allah sebagai pembuktian rasa
sayang qt pada Allah.
T: Assalamu'alaikum bun..mw tnya...jika ssorg dpt gngguan dr bngsa jin apkah
org tu imnnya msih lmah. sdgkn org tsbt shlat n bca alqur'an...dan gmn carany
bun unk mlpaskn gngguan dre jin.mksih bun.
J: tugas jin adalah mengganggu umat Allah yg sedang taat atau tdk taat pada
Allah. Jadi bukan berarti tidak beriman. Namun dari gangguan jin itulah manusia
di uji tingkat ke taatan dan keimanan
T: Assalamu'alaikum bun , saya mau tanyag ,, gmn menghadapi sikap ortu yg egois
, maksutnya orang tua mempunyai ambisi agar anag nya sukses di dunia tp mereka
tdk mendukung anag nya untuk mempelajari agama nya lebih dalam ,, sedangkan
anak itu tetap kekeh sama prinsip nya ,, apa itu termasuk durhaka bun ?
J: nanda tidak di sebut anak durhaka.
Seprtinya ortu nanda pemahaman agamanya kurang.
Tdk mslah nanda, lanjut aja belajar agama.
Tunjukkanlah pribadi yg sholeha pada ortu. Lama kelamaan mreka akan tau.
Asalkan niat qt ikhlas krn Allah.
Dan jika tidak cocok dgn pendapat orgtua lbh baik diam.
T: Trus gmn kita mnghdapuny bun.terkdang unk ibadah tersa berat bun meskipun
dlksanakn. hidup pun mnjdi gelisah tak mnentu bun.ap yg htus kita lkukn bun
J: Trus beribadah dan berkumpul dgn org2 yg sholeh dan sholeha
Afwan jika ada salah kata.
Jazakillahu khairan.
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment