KAJIAN
ONLINE HAMBA الله UMI 07
Selasa,
02 Desember 2014
Editor:
Selli Novita
==============================
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Pada
pertemuan lalu kita bahas muqaddimah belajar sirah. Ini lanjutannya saya buat
format tanya jawab.
1. Apa
arti sirah Nabawiyah?
Jawaban:
Secara
bahasa sirah artinya kebiasaan, jalan, cara dan tingkah laku. Menurut ulama
hadits, sirah bermakna hadits. Namun secara khusus, sirah biasanya disematkan
pada bidang ilmu yang membahas sejarah hidup Nabi Muhammad saw.
2. Apa
beda sirah dengan tarikh?
Jawaban:
Umumnya
sirah dikhususkan untuk Nabi saw dan para sahabatnya yang sudah diseleksi
melalui riwayat-riwayat terpercaya. Sedangkan tarikh bersifat umum. Bisa
tentang para nabi atau para tokoh yang hidup sebelum Nabi saw. Ibnu Khaldun
menyebutkan bahwa sirah bagian dari Tarikh. Karenanya, jarang kita temukan buku
berjudul Sirah Adam alaihis salam, atau Sirah Khulafa’ Daulah Umayyah. Imam
Suyuthi menulis buku berjudul Tarikhul Khulafa. Bukan Siratul Khulafa’.
3. Untuk
apakah kita mempelajari sirah Nabawiyah?
Jawaban:
- Untuk mengenal utuh Nabi saw dan memahami kepribadian beliau. Hal ini penting agar pemahaman kita terhadap Nabi saw tidak parsial. Sebagian besar dari kaum Muslimin banyak yang meneladani kehidupan Nabi saw ketika beliau berusia 50 tahun ke atas. Sedangkan kehidupan beliau sebelumnya, tidak pernah dikaji. Kebutuhan ini makin mendesak jika kita lihat kondisi umat hari ini yang makin tidak kenal dengan Nabi Muhammad saw.
- Untuk mendapatkan uswah hasanah (teladan yang baik) dalam segenap sendi kehidupan. Nabi saw memberikan keteladanan kepada kita dari berbagai aspek. Sebagian dari kita hanya meneladani sisi bagaimana beliau melaksanakan ibadah. Sedangkan sisi lain dari kehidupan beliau, sering luput dari kajian kita. Kita tidak sadar bahwa beliau adalah seorang entrepreneur sejati, leader sukses, pemimpin dan ahli strategi perang yang canggih, pakar ekonomi dan pelaku bisnis yang piawai, dan juru dakwah yang berhasil. Keberhasilan beliau tak hanya di bidang dakwah, tapi juga politik, ekonomi dan keluarga.
- Membantu kita mempelajari al-Qur’an dan Hadits. Sebagian besar ayat al-Qur’an ada asbabun nuzul (sebab turunnya). Hadits juga mempunyai asbabul wurudnya. Semakin baik pemahaman seseorang terhadap sirah nabawiyah, maka akan semakin memudahkannya memahami al-Qur’an dan Hadits. Misalnya, surah al-Anfal akan sulit dipahami jika kita tidak mengetahui sejarah perang Badar. Surah Ali Imran ayat 137 jika kita tidak membaca sejarah perang Uhud. Surah al-Fath, juga susah kita pahami jika kita tidak membaca sejarah perjanjian Hudaibiyah. Surah al-Ahzab juga sangat erat hubungannya dengan perang Ahzab.
- Untuk mendapatkan berbagai manfaat dan pelajaran dari kehidupan Nabi saw dan para sahabatnya. Nabi saw bukan semata pemimpin agama, tapi juga pemimpin negara, pemimpin perang dan keluarganya. Kehidupan beliau memancarkan berbagai keteladanan. Kita belajar ibadah, berpolitik, berbisnis, mengelola negara, mengatur pasukan perang, memenej keluarga dan menjadi teladan bagi siapa pun.
- Membantu meyakinkan kita bahwa ajaran Islam itu realistis, bisa dilaksanakan dan pernah dipraktikkan secara utuh di masa Nabi saw. Ini menepis anggapan bahwa ajaran Islam itu tidak membumi, hanya cocok untuk wilayah Arab, sudah basi dan tak mungkin dilaksanakan.
4. Siapakah
penulis sirah yang perlu kita ketahui?
Jawaban:
Lima
Tokoh Pelopor Penulisan Sirah:
- Urwah bin Zubair (w 92 H). Karya Urwah banyak dikutip oleh sejarawan besar Muslim seperti Imam Ath-Thabari, Ibnu Ishaq, Al-Waqidi, Ibnu Sayyid Al-Nas, dan Ibnu Katsir. Data sejarah tentang al-Maghazi yang sampai ke tangan generasi saat ini, sebagian besar berasal dari Urwah.
- Abban bin Utsman bin Affan (w (105)
- Wahab bin Munabbih (w 110). Salah satu karyanya masih tersimpan di Kota Heidelburg, Jerman
- Syahrabil bin Saad (w 123)
- Imam az-Zuhri (w 124). Salah seorang muridnya adalah Muhammad bin Ishaq bin Yassar (Ibnu Ishaq). Konon, ia menulis berjilid-jilid buku tentang sirah nabawiyah. Karyanya itu kemudian diringkas oleh Ibnu Hisyam yang sangat terkenal dan menjadi rujukan yakni Sirah Ibnu Hisyam. Buku ini banyak dikutip oleh Imam ath-Thabari dalam karya yang monumental berjudul Tarikh ath-Thabari.
Jika
ada yg ditanyakan silakan...
==========================
TANYA
JAWAB
1. TANYA
Bagaimanakah
awal penulisan sirah?
Jawab:
Berbeda
dengan al-Qur’an yang sejak awal memang sudah ditulis, maka hadits dan sirah
belum terdokumentasi. Saat itu kaum Muslimin hanya mengenal hadits dan sirah
dari riwayat yang disampaikan oleh para sahabat Nabi saw dan tabiin.
Secara
umum belum ada yang berinisiatif mengumpulkan hadits. Hal ini bisa dipahami
karena terdapat hadits yang memang menegaskan pelarangan itu. “Janganlah
menulis sesuatu pun dariku selain al-Qur’an. Barangsiapa yang menulis sesuatu
dariku selain al-Qur’an hendaklah ia menghapusnya,” (HR Muslim). Hikmah
pelarang itu amat jelas, agar tidak tercampur antara al-Qur’an dan hadits pada
masa awal turunnya wahyu.
Demikianlah
kondisinya hingga masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Abdus Salam Harun
dalam Tahdzib Sirah Nabawiyah Ibni Hisyam mengisahkan, Umar bin Abdul Aziz
sempat shalat istikharah selama 40 hari sebelum memerintahkan untuk
mengumpulkan hadits Nabi. Akhirnya, Allah membukakan pintu hatinya. Umar
meminta Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Hazm untuk menyalin hadits. Saat
itu, ulama yang wafat pada 120 H ini sedang menjabat Qadhi dan Walikota
Madinah. Umar bin Abdul Aziz juga meminta Muhammad bin Muslim az-Zuhri, guru
Imam Malik untuk menyalin hadits Rasulullah saw.
Setelah
itu kaum Muslimin berbondong-bondong menyalin hadits. Mereka membuatnya dalam
berbagai format. Ada yang menulis kitab khusus dalam bab tertentu. Di antara
mereka ada yang mulai menulis khusus tentang sejarah hidup Rasulullah saw. Pada
masa tabiin ini beberapa ulama mulai menulis buku sirah. Di antara mereka
terdapat Urwah bin Zubair bin Awwam (wafat 93 H), Aban bin Utsman bin Affan
(wafat 105 H), Wahab bin Munabbih (wafat 110 H), Syuhrabil bin Saad (wafat 123
H), Ibnu Syihab az-Zuhri (wafat 124 H) dan Abdullah bin Abu Bakar bin Hazm
(wafat 135 H).
Namun
sangat disayangkan sirah nabawiyah yang mereka tulis itu lenyap tak
terdokumentasi. Tak ada yang tersisa kecuali beberapa bagian yang sempat
diriwayatkan oleh Imam ath-Thabari. Beberapa bagian kitab yang ditulis oleh
Wahab bin Munabbih masih tersimpan di Kota Heidelburg Jerman. 1
Setelah
itu muncul generasi penulis sirah berikutnya seperti Ma’mar bin Rasyid (wafat
150 H), Muhammad bin Ishaq (wafat 151 H) dan Ziyad bin Abdullah al-Bakkai
(wafat 183 H).
Para
ulama sepakat, apa yang ditulis Ibnu Ishaq adalah data yang paling terpercaya
tentang sirah Nabawiyah. Ibnu Ishaq menulis buku sirah itu pada masa awal
pemerintahan Bani Abbasiyah. Kala itu ia diminta oleh Khalifah Abu Ja’far
al-Manshur untuk menulis buku sejarah mulai dari manusia diciptakan hingga hari
itu. Ibnu Ishaq pun melakukan permintaan sang Khalifah. Setelah selesai
Khalifah al-Manshur berkata, “Buku ini terlalu panjang.” Dan, buku besar itu
pun disimpan dalam arsip sang Khalifah. Namun sangat disayangkan bukunya yang
berjudul al-Maghazi itu hilang musnah.
Namun
patut disyukuri, Abu Muhammad Abdul Malik yang terkenal dengan Ibnu Hisyam
sempat meriwayatkan sebagian besar karya Ibnu Ishaq. Periwayatannya itu
dikumpulkan dalam karyanya yang kita kenal sekarang dengan Sirah Ibnu Hisyam.
Karenanya
tak heran kalau dalam buku Sirah Ibnu Hisyam ini selalu terdapat kalimat, “Ibnu
Ishaq berkata,....”
Ibnu
Khalqan berkata, “Ibnu Hisyam adalah orang yang menghimpun sirah Rasulullah saw
dari buku al-Maghazi dan as-Siyar karangan Ibnu Ishaq. Ibnu Hisyam
menyempurnakan kedua buku itu dan meringkasnya. Buku itulah yang ada sekarang
dan lebih terkenal dengan Sirah Ibnu Hisyam,” (Wafayatul A’yan Ibnu Khalqan).
Karena
itu, para penulis sirah nyaris tak bisa menuliskan sejarah hidup Rasulullah saw
jika tidak merujuk kepada buku Sirah Ibnu Hisyam ini. Lalu setelah itu lahir
buku-buku sirah lainnya seperti Dalailun Nubuwah karya al-Ashfahani, asy-Syamil
karya Imam Tirmidzi dan Zaadul Maad karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah serta
buku-buku lainnya.
2. TANYA
Assalamu’alaikum
ustadz... mau nanya agar saya bisa tahu tentang asbabul nuzul tentang ayat-ayat
dari Alquran kitab apa yang harus saya pelajari tentunya yang ada bahasa
indonesianya sekalian karangan siapa? Syukron
Jawab:
Untuk yang
sudah diterjemah, ada buku asbabun nuzul
karangan imam as suyuthi. Terbitan GIP
Cukup
sekian untuk hari ini.
اَللّهَ
الْعَظِیْمَ اَسْتَغْفِرُ
اَللّهَ
الْعَظِیْمَ اَسْتَغْفِرُ
اَللّهَ
الْعَظِیْمَ اَسْتَغْفِرُ
أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ أَشْهَد اللَّهُمّ وَبِحَمْدِكَ سُبْحَانَكَ
وَبَرَكَاتُهُ اللهِ وَرَحْمَةُ عَلَيْكُمْ وَالسَّلاَمُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment