Kajian Online Hamba الله SWT
Kamis, 4 Desember 2014
Narasumber : Ustadz
Abdurrahman Wahid
Rekapan Grup Nanda 119-120 (Nofee)
Tema: Tafsir
Editor : Rika Arisandi / Rini Ismayanti
TAFSIR SURAT AN-NAS
Kewajiban sebagai seorang Muslim
terhadap Al Qur’an ada 4
1. Membaca
2. Menghapal
3. Memahami
4. Mengamalkan dan
mendakwahkan
Salah satu sarana untuk memahami
Al Qur’an dengan tafsir.
Kedudukan dan keuatamaan
surat An-Naas
Surat An-Naas terdiri dari 6
ayat, dan terdapat pada urutan terakhir dalam susunan Al Qur’an. Menurut
pendapat para ulama di bidang tafsir bahwa surat An-Naas termasuk golongan
surat Makkiyah (turun sebelum hijrah).
Surat An Naas merupakan salah
satu Al Mu’awwidzataini. Yaitu dua surat yang mengandung permohonan
perlindungan, yang satunya adalah surat Al Falaq. Kedua surat ini memiliki
kedudukan yang tinggi diantara surat-surat yang lainnya. Rasulullah SAW
bersabda:
“Telah diturunkan
kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya yaitu Al Mu’awwidzataini (surat
An Naas dan surat Al Falaq).”(Muslim no. 814, Tirmidzi no. 2827, Nasa’i
no. 944)
Setelah turunnya dua surat
ini, Rasulullah SAW mencukupkan keduanya sebagai bacaan (wirid) untuk
membentengi diri dari pandangan jelek jin maupun manusia. (Tirmidzi no. 1984,
dari shahabat Abu Sa’id ra.)
Namun bila disebut Al Mu’awwidzat,
maka yang dimaksud adalah dua surat ini dan surat Al Ikhlash. Al Mu’awwidzat, Salah
satu bacaan wirid/dzikir yang disunnahkan untuk dibaca sehabis shalat. Shahabat
‘Uqbah bin‘Amir membawakan hadits dari Rasulullah SAW, bahwa beliau SAW
bersabda:
“Bacalah Al Mu’awwidzat
pada setiap sehabis shalat.” (Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy
Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514)
Al Mu’awwidzat juga dijadikan
wirid/dzikir di waktu pagi dan sore. Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang
membacanya sebanyak tiga kali diwaktu pagi dan sore, niscaya Allah Subhanahu Wata’ala
akan mencukupinya dari segala sesuatu”. (Abu Daud no. 4419, Naasaa’i
no. 5333, dan Tirmidzi no. 3399)
Demikian pula disunnahkan
membaca Al Mu’awwidztat sebelum tidur. Caranya, membaca ketiga surat ini lalu
meniupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian diusapkan ke kepala, wajah dan
seterusnya ke seluruh anggota badan, Sebanyak tiga kali. (Bukhari 4630).
Al Mu’awwidzat juga bisa
dijadikan bacaan ‘ruqyah’ (pengobatan ala islami dengan membaca ayat-ayat Al
Qur’an). Dipenghujung kehidupan Rasulullah SAW, beliau dalam keadaan sakit.
Beliau meruqyah dirinya dengan membaca Al Muawwidzat, ketika sakitnya semakin
parah, maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al Muawwidzat tersebut. (Al
Bukhari no. 4085 dan Muslim no. 2195)
Hubungan surat An-Naas dengan
surat sebelumnya
Kedua-duanya sama-sama
mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan diri dari segala
kejahatan
Surat Al-Falaq memerintahkan
untuk memohon perlindungan dari segala bentuk kejahatan, sedang surat An-Naas
memerintahkan untuk memohon perlindungan dari jin dan manusia.
TAFSIR AYAT 1-3
Memohon perlindungan kepada
Allah
Tiga ayat ini merupakan
sebuah tarbiyah ilahiyah, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk memohon
perlindungan hanya kepada-Nya. Karena Dia adalah:
* Rabb (yaitu sebagai
pencipta, pengatur, dan pemberi rizki),
* Al Malik (pemilik dari
segala sesuatu yang ada di alam ini),
* Al Ilah (satu-satunya Dzat
yang berhak diibadahi).
Dengan ketiga sifat Allah SWT
ini, Nabi Muhammad diperintah untuk memohon perlindungan hanya
kepada-Nya, dari kejelekan was-was yang dihembuskan syaithan dan dari kejahatan
karena kedengkian jin dan manuisa.
Sebuah pendidikan Rabbani,
bahwa semua yang makhluk Allah SWT adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya
SWT. Termasuk Nabi Muhammad SAW beliau adalah manusia biasa yang butuh akan
pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan
tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung.
Memohon perlindungan yang
disebutkan pada surat ini adalah kepada Tuhan manusia, raja manusia dan
sembahan manuisa.
Yang dimintakan perlindungan
darinya adalah Jahatnya bisikan yang bersumber dalam dada manusia ; baik dari
jin atau manuisa.
Memohon perlindungan kepada
Tuhan, Raja dan Ilah akan menghadirkan sifat-sifat Allah yang dapat menolak
segala kejahatan secara umum dan kejahatan bisikan secara khusus.
Ar-Rabb adalah murabbi (yang
membimbing, mengarahkan, memelihara dan melindungi).
Al-Malik adalah yang memiliki,
yang menentukan dan mengatur.
Al-Ilah adalah yang Maha
tinggi, berkuasa dan menekan.
Sifat-sifat ini dapat
memberikan perlindungan dari segala kejahatan yang berasal dari dada (hati),
yang kebanyakan manusia tidak mampu melakukannya karena tersembunyi.
Allah adalah Pengatur dan
penata dari segala sesuatu, pemilik dari segala sesuatu dan Ilah (Tuhan) yang
berhak disembah dari segala sesuatu. Namun dikhususkan penyebutan beriring
dengan sebutan manusia membuat mereka merasakan kedekatan terutama pada saat
memohon perlindungan dan penjagaan.
Allah dengan rahmat-Nya
memberikan pengarahan kepada Rasulullah SAW dan umat untuk senantiasa
berlindung dan bersimpuh kepada-Nya, diiringi dengan menghadirkan makna dari
sifat-sifat-Nya dari berbagai bisikan yang tersembunyi yang tidak memiliki
kekuatan untuk menghadapinya kecuali dengan pertolongan Allah ; Rabb, Al-Malik
dan Al-Ilah. Karena bisikan tersebut hadir dari arah yang tidak dapat mereka
rasakan, datang dari arah yang tidak mereka duga.
TAFSIR AYAT 4
Jenis permohonan perlindungan
Dari kejahatan (bisikan)
syaithan yang biasa bersembunyi.
Makna Al was-was adalah
bisikan yang betul-betul tersembunyi dan samar,
Sementara makna al khannas
adalah mundur.
Bagaimana maksud dari ayat
ini?
Maksudnya, bahwasanya syaithan
selalu menghembuskan bisikan-bisikan yang menyesatkan manusia disaat manusia
lalai dari berdzikir kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang berpaling
dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan
(yang menyesatkan). Maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu
menyertainya.” (Az Zukhruf: 36)
Adapun ketika seorang hamba
berdzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu
‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya
(artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu
tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada
Rabb-nya.”(An Nahl: 99)
Al Imam Ibnu Katsir di
dalam kitab tafsirnya ketika membawakan penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan
Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Syaithan bercokol di dalam hati manusia, apabila dia
lalai atau lupa maka syaithan menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia
mengingat Allah Subhanahu Wata’ala maka syaithan lari darinya.
Bahwa manusia memang
lemah dari menolak bisikan yang tersembunyi. Karena itulah Allah memberikan
petunjuk dengan perangkat, benteng dan senjata dalam perang yang sangat
mengerikan!
Ada pelajaran yang sangat
penting dalam mensifati kata-kata “Al-was-was” yaitu dengan Al-Khannas bahwa
sifat ini, dari satu sisi menunjukkan tersembunyi dan samar sehingga
mendapatkan kesempatan yang baik untuk membisikkan dan merayu. Namun dari sisi
lain mengisyaratkan kelemahannya dihadapan orang-orang yang sadar akan
tipu daya dan selalu melindungi pintu-pintu masuk yang ada di dadanya. Baik
yang berasal dari jin atau dari manusia, jika mampu dihadapai akan lambat dan
kembali lagi sebagaimana semula, lalu menutup dan bersembenyi. Atau seperti
yang disabdakan oleh Nabi SAW : “jika ia berdzikir kepada Allah maka ia akan
menjauh namun jika lengah maka ia akan membisiki.”
Dari pelajaran ini akan
memperkuat hati dalam menghadapi berbagai bisikan, karena ia adalah lambat,
lemah dihadapan orang yang beriman dan sadar terhadap perang ini.
TAFSIR AYAT 5
Jenis dan Cara kejahatan
“Yang membisikkan (kejahatan)
ke dalam dada manusia.”
Inilah misi syaithan yang
selalu berupaya menghembuskan was-was kepada manusia ;
* Menghiasi kebatilan
sedemikian indah dan menarik.
* Mengemas kebenaran
dengan kemasan yang buruk.
Sehingga seakan-akan yang
batil itu tampak benar dan yang benar itu tampak batil.
Cobalah perhatikan, bagaimana
rayuan manis syaithan yang dihembuskan kepada Nabi Adam dan istrinya. Allah SWT
kisahkan dalam firman-Nya :
“Maka syaitan membisikkan
pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang
tertutup dari mereka yaitu auratnya, dan syaitan berkata: “Rabb-mu tidak
melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak
menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam al
jannah/surga)”. (Al A’raf: 20)
Demikian pula, kisah ketika
Rasulullah SAW sedang beri’tikaf. Shafiyyah bintu Huyay (salah seorang istri
beliau SAW) mengunjunginya di malam hari. Setelah berbincang beberapa saat, maka
Rasulullah SAW mengantarkannya pulang ke kediamannya. Namun perjalanan keduanya
dilihat oleh dua orang Al Anshar. Kemudian syaithan menghembuskan ke dalam hati
keduanya perasaan was-was (curiga). Rasulullah SAW melihat gelagat yang kurang
baik dari keduanya. Oleh karena itu Rasulullah SAW segera mengejarnya, seraya
bersabda :
عَلَى رِسْلِكُمَا, إِنَّهَا صَفِيَّةُ
بِنْتُ حُيَيّ فَقَالاَ: سُبْحَانَ الله يَارَسُولَ الله. فَقَالَ: إِنَّ الشَّيْطَانَ
يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّم, وَإِنِّي خَشِيْتُ أَنْ يُقْذَفَ فِي قُلُوبِكُمَاشَيْئاً,
أَوْشَرًّا.
“Tenanglah kalian berdua, dia
adalah Shafiyyah bintu Huyay. Mereka berdua berkata: “Maha Suci Allah wahai
Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya syaithan mengalir di tubuh
bani Adam sesuai dengan aliran darah, dan aku khawatir dihembuskan kepada
kalian sesuatu atau keburukan.” (H.R Muslim no. 2175)
Demikianlah watak syaithan
selalu menghembuskan bisikan-bisikan jahat ke dalam hati manusia. Apalagi Allah
Subhanahu Wata’ala dengan segala hikmah-Nya telah menciptakan ‘pendamping’
(dari kalangan jin) bagi setiap manusia, bahkan Rasulullah SAW juga ada
pendampingnya. Sebagimana sabdanya Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاّ
َقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِيْنُهُ مِنَ الجِنِّ، قَالُوا: وَإِيَّاكَ يَارَسُولَ الله
؟ قَالَ: وَإِيَّايَ، إِلاَّ أَنَّ الله أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ، فَلاَ يَأْمُرُنِي
إِلاَّبِخَيْرٍ.
“Tidaklah salah seorang dari
kalian kecuali diberikan seorang pendamping dari kalangan jin, maka para
shahabat berkata: Apakah termasuk engkau wahai Rasulullah? Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam menjawab: Ya, hanya saja Allah telah menolongku darinya,
karena ia telah masuk Islam, maka dia tidaklah memerintahkan kepadaku kecuali
kebaikan”. (Muslim no. 2814)
TAFSIR AYAT 6
Sumber kejahatan
“Dari (golongan) jin dan
manusia.”
Dari ayat ini tampak jelas
bahwa yang melakukan bisikan ke dalam dada manusia tidak hanya dari golongan
jin, bahkan manusia pun bisa berperan sebagai syaithan. Hal ini juga dipertegas
dalam ayat lain:
“Dan Demikianlah Kami jadikan
bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan
(dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (Al An’am: 112)
Maka salah satu jalan keluar
dari bisikan dan godaan syaithan baik dari kalangan jin dan manusia adalah
sebagaimana firman Allah SWT: “Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu
gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.” (Fushshilat: 36)
PENUTUP
Melalui surat ini jelas bagi
kita bahwa memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala semata.
Mengakui bahwa sesungguhnya
seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya Subhanahu Wata’ala.
Bahwa semua kejadian ini
terjadi atas kehendak-Nya SWT.
Dan tiada yang bisa
memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya Subhanahu
Wata’ala pula.
Semoga Allah SWT menjadikan
kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta pertolongan, perlindungan
dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.
TANYA JAWAB
Q : Jadi kalau kita perbanyak
dzikir dijmin syaitan jauh dari diri kita ya ? Dzikir atau istigfar ya hehe ?
A : Dzikir itu umum bisa
membaca Al Qur’an, baca doa pagi dan sore dan lain-lain termasuk istigfar, jadi
istighfar itu bagian dari dzikir.
Q : Selain memperbanyak
dzikir. Amalan apa lagi yang bisa membuat kita jauh dari pengaruh syetan?
A : Selain dzikir perbanyak
amal ibadah. shalat sunnah, shaum sunnah dan lain-lain. Kemudian jauhi maksiat.
Q : Ustadz, tolong dijelaskan
maksud dari pendamping dari kalangan jin itu bagaimana ?
A : Pendamping dr kalangan
jin itu sering disebut qarin.
Telah diteguhkan didalam
syariat bahwa setiap manusia memiliki Qarin yang berasal dari setan-setan.
Firman Allah swt :
قَالَ قَرِينُهُ رَبَّنَا مَا
أَطْغَيْتُهُ وَلَكِن كَانَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ
Artinya : “Qorinnya (yang
mendampinginya) berkata (pula): “Ya Tuhan Kami, aku tidak menyesatkannya tetapi
dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh“. (QS. 50 : 27)
Al Qurthubi menyebutkan bahwa
Qorin didalam ayat itu adalah setan. Al Mahdawi menyebutkan bahwa tidak ada
perbedaan dalam hal ini.
Imam Ahmad dan Muslim
meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Salam bersabda: “Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping
dari kalangan jin.” Mereka bertanya: Anda juga, wahai Rasulullah? beliau
menjawab: “Aku juga, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk
Islam, tidaklah ia memerintahkan kepadaku kecuali kebaikan.”
Yang pasti bahwa setiap
muslim diharuskan untuk melawan setan ini, inilah yang dituntut darinya menurut
syariat, dan ini adalah perkara yang disanggupinya. Qorin ini terkadang
membisikan kejahatan karena itu terdapat perintah untuk meminta perlindungan
terhadap kejahatan bisikannya didalam surat an Naas.
Q : Ustad apa bedanya Al Mu'awwidataini
dan Al Mu'awwidzat ? Lebih utama mana ustad ? Terus amalannya dibaca pada waktu kapan dan berapa kali ?
A : Pertanyaan terakhir sudah
di sebutkan di muqaddimah tapi saya ulang lagi.
Almu'awwidzatain : surat An- Naas dan Al-Falaq
Almu'awwidzaat : surat An Naas, Al Falaq dan Al ikhlas.
Disunnahkan di baca setiap
habis shalat satu kali khusus untuk pagi (selesai shalat shubuh atau ketika
baca dzikir pagi) dan sore (setelah shalat maghrib atau ketika baca dzikir
sore) di sunnahkan di bacanya 3 kali.. Disamping itu di sunnahkan membacanya
juga sebelum tidur.
Al Mu'awidatain dan Al Mua'widzat
sama-sama utama, tapi membaca Al Mua'wwidzat
tentu lebih utama karena membaca Al Qur’an 1 huruf di nilai 10 kebaikan dan
lebih banyak lebih utama. Apalagi di awal di sebutkan keutamaan membaca Al Mu’awwidzat.
Q : Dzikir pagi sama dzikir
sore baca apa ustadz??
A : Alma'tsurat itu adalah
doa-doa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW banyak ulama yang mengumpulkan doa-doa
tersebut dalam buku diantaranya Al Matsurat yang di susun oleh Hasan Albanna.
Al Matsurat yang di susun Hasan
Albanna ada yang shughra (kecil) dan ada yang kubra (besar) yang membedakan
ayat-ayatnya saja, semua ada landasannya. Silahkan saja mau baca yang mana saja.
Memang untuk dzikir pagi dan
sore ada perbedaan sedikit . Kalau pagi اصبحنا (ashbahna), kalau sore امسينا
(amsaina) tapi hanya yang awal-awal saja berikutnya sama.
Boleh kalau cuma baca dua
kali juga Al Mu’awwidzatain tetapi kalau mau mengikuti sunnah Nabi SAW baca 3 kali.
Q : Terus pernah juga dengar,
bagus baca untuk dzikir juga 2 ayat terakhir surah At Taubah, di baca 7 kali
setiap pagi dan sore. Apa itu bagian dzikir atau wirid juga ya ustad ?
A : Di Al Matsurat Alkubra
termasuk dzikir/wirid pagi dan sore adalah membaca surat At Taubah ayat
terakhir 7 kali. Minimal setiap pagi dan sore kita membaca
1. Alfatihah
2. 5 ayat awal surat Al Baqarah
3. Ayat qursi
4. 3 ayat terakhir surat Al Baqarah
5. Baca Al Ikhlas, Al Falaq
dan An Naas
6. Membaca doa-doa pagi dan
sore yang ada dibuku Al Matsurat atau buku doa pagi dan petang lainnya..
Q : Ustad tentang jin yang mendampingi
dan membisiki kita itu apakah hanya dia saja yang selama ini menggoda kita ? tugasnya
apa saja ?
A : Tugas jin Qorin
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda,
ما منكم من أحد إلاوقد وكل به قرينه
من الجن
“Setiap orang di antara
kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin.”
(HR. Muslim)
Imam An-Nawawi mengatakan,
“Dalam hadis ini terdapat peringatan keras terhadap godaan jin qorin dan bisikannya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi tahu bahwa dia bersama kita, agar
kita selalu waspada sebisa mungkin. (Syarh Shahih Muslim, 17:158)
Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Munajid menjelaskan, “Berdasarkan perenungan terhadap berbagai dalil dari Al
Qur’an dan sunah dapat disimpulkan bahwa tidak ada tugas bagi jin qorin selain
menyesatkan, mengganggu, dan membisikkan was-was. Godaan jin qorin ini akan
semakin melemah, sebanding dengan kekuatan iman pada disi seseorang.” (Fatawa
Islam, tanya jawab, no. 149459)
Tentu bukan dia saja yang lain
juga ada yang menggoda kita.
Q : Ustad misalnya kalau jinnya yang bisikin kita, kita
bisa tahan istigfar aja tiba-tiba kalau orang yang berwujud manusia yang bisik-bisikin
dan kita terperdaya itu gimana ustd ? Apa orang itu lebih hebat dari jin ya ?
Atau kita terlalu ga enak nolak sesama manusia ? Misalnya : diwaktu luang
ketika kepengen malas-malasan bisa kita
lawan dengan tilawah atau membaca. Tiba-tiba datang temen ngajak karaoke nonton atau apa. Kita bisa langsung mau. Padahal tidak ada
manfaatnya.
A : Bisa jadi godaannya lebih
kuat dari jin. Makanya disini pentingnya kita memiliki teman yang baik. Teman yang
baik adalah yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita ketika
kita lalai.
Imam Asy Syafi’i mengatakan :
jika kamu mendapatkan teman atau sahabat yang mengingatkan kepada ketaatan maka
peganglah erat-erang tangannya karena mendapatkan sahabat itu sulit dan
melepaskannya mudah.
Sudah cukup kali ya. Saya izin
pamit semoga bermanfaat. Kita tutup kajian ini dengan hamdalah dan doa
kifaratul majlis.
سبحانك
اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
Subhanakallahumma wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
Wassalamu'alaykum
warahmatullah..
“Maha Suci Engkau ya Allah,
dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment