Kajian
Online Hamba الله SWT
Rabu,
19 November 2014
Narasumber
: Ustadz Cipto
Rekapan
Grup Nanda 101-102 (Tari/Dewi/Emy)
Tema
: Syakhsiyatul
Islam
Editor : Herniza MR / Rini
Ismayanti
TAUHID – SYAKHSIYATUL ISLAM
Bismillah…
Assalamu'alaykum wr.wb.
Baiklah insya Allah kita akan lanjut diskusi dan sharing tema
syaksiyah islamiyyah kita. Kali ini ana coba sampaikan bahan diskusi kita dengan
judul "Diterimanya Ibadah (قبول العبادة)". Pada pekan lalu kita sudah
diskusi tentang hakikat dari ibadah selanjutnya kita bahas tentang diterimanya
ibadah. Dalam kajian-kajian dan pembelajaran dasar keislaman kita mengetahui
bahwa ibadah terbagi kedalam:
1.
Ibadah mahdoh
2.
Ibadah ghoir mahdoh
Ibadah dgn seluruh dimensinya kita laksanakan tentunya dengan
harapan bahwa ibadah kita akan bernilai amal yang akan mengantarkan kita kepada
ke ridhoan Allah sehingga beroleh balasan yang terbaik. Namun sering kali kita
melupakan hal-hal penting yang menjadi syarat diterimanya amal tersebut. Adapun
pra syarat sebelum syarat diterimanya amal adalah beriman
مَنْ عَمِلَ صٰلِحًا مِّن
ذَكَرٍ أَوْ أُنثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۖ
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S An-Nahl
: 97)
Selanjutnya setelah pra syarat utama yakni keimanan berikut kita
bahas tentang 2 macam ibadah di atas dan beberapa dalil tentangnya serta syarat
diterimanya ibadah tersebut:
1.
Ibadah Mahdah Atau Ibadah Khusus Atau Murni
Yakni ibadah utama dan
murni yang dilakukan langsung oleh orang beriman kepada Allah SWT.
قُلْ إِنِّىٓ أُمِرْتُ
أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (Q.S. Az-Zumar : 11)
وَمَآ أُمِرُوٓا إِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا
الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ ۚ وَذٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Q.S. Al-Bayyinah
: 5)
2.
Ibadah ghoiru mahdoh atau ibadah umum
Yakni ibadah selain dari
ibadah khusus dimana hubungannya dengan sesama makhluq Allah selain juga
berhubungan dengan Allah. Adapun syarat diterimanya ibadah umum ini adalah:
a.
Bernilai amal sholeh atau kebaikan
وعن أبي العباس عبد الله
بن عباس بن عبد المطلب رضي الله عنهما عن رسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ
الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ
هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى
سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ
هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً متفق عليه
Abul Abbas, Abdillah bin
Abbas bin Abdul Muththalib RA berkata bahwa Rasulullah SAW meriwayatkan dari
Tuhannya SWT, “Sesungguhnya, Allah mencatat kebaikan dan keburukan.” Kemudian
Allah menjelaskan, “Barangsiapa yang bermaksud mengerjakan kebaikan, lalu dia
tidak melakukannya, maka Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi mencatatnya sebagai
satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia bermaksud untuk melakukan kebaikan
lalu dilakukannya, Allah mencatat baginya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus
lipat, bahkan berlipat-lipat. Namun, jika ia bermaksud untuk melakukan
kejelekan, lalu tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan
penuh di sisi-Nya. Jika ia bermaksud untuk mengerjakan keburukan lalu
dikerjakan, Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.” (Muttafaq ‘alaih).
- Mengikuti petunjuk (ittiba)
Adapun juga dalam tata
pelaksanaanya harus ittiba (mengikuti ajaran) dari rasulullah SAW
Al-A'raf : 157
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ
الرَّسُولَ النَّبِىَّ الْأُمِّىَّ الَّذِى يَجِدُونَهُۥ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِى
التَّوْرٰىةِ وَالْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهٰىهُمْ عَنِ
الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰٓئِثَ وَيَضَعُ
عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلٰلَ الَّتِى كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ
ءَامَنُوا بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِىٓ أُنزِلَ
مَعَهُۥٓ ۙ أُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(Yaitu) orang-orang yang
mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.
Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
Hadits 1
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى
أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini(urusan
agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari
no. 2697 dan Muslim no. 1718).
Hadits 2
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka
amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Selain niat yang ikhlas
juga ibadah tersebut diperintahkan
Al-Hasyr : 7
مَّآ أَفَآءَ اللَّهُ
عَلٰى رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ الْقُرٰى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى
الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَىْ لَا يَكُونَ
دُولَةًۢ بَيْنَ الْأَغْنِيَآءِ مِنكُمْ ۚ وَمَآ ءَاتٰىكُمُ الرَّسُولُ
فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa saja harta rampasan
(fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
amat keras hukumannya.
Tentang diterimanya
ibadah mahdah ini adalah dilandasi oleh niat yang ikhlas sebagaimana hadist
عَنْ أَمِيْرِ
الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا
اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ،
وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا
فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
[رواه إماما المحدثين أبو
عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وأبو الحسين
مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب
المصنفة]
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab
radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi
wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan) tergantung niatnya). Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.
Siapa yang hijrahnya) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya
karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (Riwayat
dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah
bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al
Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang
paling shahih yang pernah dikarang).
Baiklah demikian bahan
diskusi kita tafadol.. Kalau ada pertanyaan dapat disampaikan mohon bantuan
bunda admin untuk mengumpulkan dulu
TANYA JAWAB
1.
Saya mau nanya ustadz, misalnya
kita berniat membantu seseorang tanpa diketahui orang tersebut dengan niat menolong
demi mendapat ridho Allah. Tapi malah orang tersebut mengira kita ini adem ayem
saja seolah-olah kita tidak peduli dengan maslah yang dia hadapi malah dia
mengucapkan sesuatu yang gak enak untuk didenger. Bagaimana menyikapi orang yang
seperti itu? Sedangkan ada yang
bilang suatu kebaikan itu tidak perlu diungkapkan? Jadinya ya sakitnya tuh disini (hati). Minta saran ya ustadz.
Jawab:
Ikhlas itu pra, saat dan
pasca... Komunikasi dalam hal tersebut juga penting....jika ia datang dan
meminta tolong sebaiknya sepatutnya dibantu.. Adapun menolong orang yang secara
umum diketahui oanrg banyak kesulitannya sebaiknya didekati personal dan
dibantu lansung agar tidak terjadi zhon.
2.
Afwan, mau tanya ustadz. Bagaimana caranya menjaga keikhlasan
dalam stiap amalan? Karena kadangkala
hal ini cukup sulit. Bagaimana ketika seseorang beramal, dalam hatinya ia
merasakan ikhlas atau juga mengatakan "saya ikhlas kok". Apakah ini
termasuk belum ikhlas ya? Jazakallah ustadz.
Jawab:
Ikhlas itu seperti,
maaf buang air kalau dalam hal
muamalah. Kalau ibadah mahdoh syarat dan
ketentuannya berlaku ya. Ada satu kaidah jangan ingat-ingat amalmu tapi
ingatlah dosa-dosamu
3.
Bagaimana menghadirkan "rasa" dalam setiap ibadah? Karena
kadang ibadah yang sudah jadi rutinitas jadi kurang berasa
Jawab:
Jumud/bosan umumnya
menjadi kendala utama rutinitas. Variasi menjadi salah satu cara tuk
menyegarkannya hanya ingat tuk ibadah variasi harus sesuai ketentuan yang
berlaku ya.
4.
Ustadz apa kiat-kiat nya supaya kita khusyu’ beribadah?
Jawab:
Kiat-kiat tuk khusyu
sederhana menghadirkan hati dalam ibadah diantaranya memahami ilmunya.
5.
Bagaimana caranya ustadz ibadah sunnah yang biasanya rutin kita
lakukan lebih meningkat lagi bukan malah jadi berkurang atau tidak sama sekali
sehingga kita tidak jadi orang merugi? Masalahnya saya sering seperti itu
Jawab:
Sabar karena istiqomah
itu sulit, dawam atau istimror (berkelanjutan) yang penting.
6.
Bagaimana dengan cara agar ibadah tetap rutin dilakukan walau
dalam keadaan sibuk. Misal jika tidak sibuk ibadahnya di khusyukkan tapi kalau sedang
sibuk ibadahnya cepat-cepat. Bagaimana ya ustadz?
Jawab:
Prioritaskan.... dahulukan...
.ada rukhsah sih tapi jangan mudah mengambilnya.
7.
Kalau seseorang sudah melaksanakan semua ibadahnya... baik khusus
ataupun umum.. tetapi sayang, dia tidak menggunakan hijab, itu bagaimana?
Sedangkan yang menggunakan hijab, melakukan ibadahnya masih belum penuh.
Jawab:
Satu hal yang perlu
difahami antara hijab dengan pelaksanaan ibadah lain keterkaitannya tidak
langsung. Kembali kepada tingkat keimanan, ilmu dan hidayah. Memang pemakai
hijab itu sudah punya 1 nilai lebih dalam menjalankan perintah Allah namun tidak
kemudian otomatis ia bisa langsung faham ilmu dan jadi "paling"
bertaqwa.... tantangannya jadi lebih berat memang
8.
Sama dengan pertanyaan sebelumnya, sudah berhijab dan sudah
melaksanakan kewajiban, namun saat ada orang yang bertanya mengenai suatu hukum
(fiqih) terkadang tidak bisa menjawab itu bagaimana Ustadz? Karena tidak hafal
hadits dan ayat-ayat Qurannya.
Jawab:
Jawabannya sama seperti
pertanyaan sebelumnya
9.
Ibadah yang kita lakukan sudah maksimal tapi do'a yang kita
inginkan belum di kabulkan. Hal ini kenapa ya ustadz? Bagaimana agar kita tetap
bisa istiqomah dengan do'a kita jangan sampai ada pakiran menggerutu... Jazakallah
ustadz.
Jawab:
Fenomena doa ini memang
unik الله berfirman
Al-Mu'min : 60
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang
yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina".
Namun pengabulan doa
khan hak prerogatif الله. Yang kemudian perlu difahami bahwa tidak ada doa yang
sia-sia. Sebagaimana firman الله .
Pengabulan doa:
a.
Langsung dikabulkan
b.
Ditunda
c.
Digantikan dengan yang lain
Karena Allah lebih tahu yang
terbaik bagi hambaNya.
10. Ustadz mau tanya tentang
ibadah mahdah.... sholat masuk kan
ustadz?
Jawab:
Naam sholat adalah
ibadah mahdah
11. Tentang gerakan sholat yang
menggoyangkan jari telunjuk kanan saat duduk tasyahud, yang sesuai sunnah rasul
itu bagaimana? Terlalu banyak versi jadi bingung.
Jawab:
Dalam kitab sifat sholat
nabi. Banyak dalilnya ada yang sejak duduk tasyahud sudah bergoyang, atau saat
membaca syahadat baru menunjuk atau bergoyang. Semua ada dalilnya.. Jadi tak
perlu dibuat pusing silahkan yang paling meyakinkan hati yang diambil. Dengan
dasar hadist yang rajih/yang paling kuat akan lebih meyakinkan.
12. Ustadz, saat shalat
Rasul SAW pernah menggendong cucunya. Bukankah maksimal gerakan di luar gerakan
shalat itu 3 kali?
Jawab:
Pernah. Karena
kondisinya tidak memungkinkan seperti tidak ada yang menjaga. Tidak ada dalam
nashnya yang saya fahami batas gerakan itu 3 kali bahkan sekali sudah
membatalkan. Namun islam itu mudah dan fiqhnya bisa menyesuaikan. Ada rukhsah
namanya
13. Ustadz, ada juga kan yang
masih pegang mushaf saat sholat. Nah itu bagaimana ustadz?
Jawab:
Ya saat baca surat
dibuka dan dibaca setelah surat selesai ditutup lalu di letakkan atau tetap di
pegang lalu lanjut ruku. Dicontohkan juga oleh beberapa ulama...
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Demikian kajian kita hari ini. Kita
tutup dengan membaca hamdalah, istighfar 3x, dan doa kafaratul majelis.
Doa Kafaratul Majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب
إليك
Subhanakallahumma wabihamdika
asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamualaikum wr wb.
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment