Home » , » ADAB DALAM MAJELIS

ADAB DALAM MAJELIS

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, January 2, 2015

Kajian Online Hamba الله SWT

Jum’at, 2 Januari 2015
Narasumber : Ustadz Ruly
Rekapan Grup Nanda M115 (Widya)
Tema : Kajian Islam
Editor : Rini Ismayanti


ADAB DALAM MAJELIS

Bismillahirrahmanirrahim

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Adab Majelis dijabarkan sebagai berikut :

1.Hendaknya orang-orang yang berada dalam majelis berusaha serius. Meminimalisir senda gurau yang berlebihan dan melampaui batas. Hal ini tidak dimaksudkan membuat suasana liqo dalam majelis menjadi kering, kaku, dan hambar. Suasana dalam majelis diharapkan tetap diwarnai kehangatan, kasih sayang dan keceriaan tanpa harus terjerumus ke dalam gurauan-gurauan yang berlebihan.

2. Menjauhkan diri dari ta’assub yang telah menyebabkan orang-orang taqlid buta terjerumus ke dalamnya. Karena tidak ada manusia yang sempurna atau ma’shum (bebas dari dosa) selain Rasulullah SAW maka hendaknya kebenaran sajalah yang patut diikuti. Dan bila ada perbedaan pendapat atau pandangan hendaklah dikembalikan kepada dalil Allah dan Rasul-Nya yakni Al-Qur’an dan As-sunnah.

3. Membersihkan majelis dari kebusukan ghibah (pergunjingan) dan namimah (menambah-nambahi) atau mencela seseorang dan jama’ah tertentu. Alangkah baiknya bila orang-orang yang berada di dalam majelis berusaha menjauhkan diri dari menodai orang lain dan sebaiknya malah melakukan introspeksi muhasabah, merenungi kelemahan diri sendiri.

4. Pembahasan kasus-kasus yang negatif yang dapat menghambat jalannya dakwah dilakukan dalam rangka mengishlah / mengoreksi, memperbaiki dan bukan dalam  rangka mempermalukan atau menjatuhkan seseorang.

5. Menghargai dan tidak menyia-nyiakan waktu. Di dalam majelis hendaknya senantiasa ditentukan daftar skala prioritas dalam pengajuan masalah dan agenda acara yang akan dibicarakan. Kemudian obrolan-obrolan yang iseng yang tidak berfaedah dan menghabiskan waktu hendaknya
dihindarkan. Dalam QS. Al Ahzab:70 Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”. Dan Rasulullah SAW juga  bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan  hari akhir hendaknya berkata baik atau diam”.(HR Bukhari - Muslim). Kemudian bila ada yang mencerca kita, hendaknya kita tidak terdorong untuk membalasnya. Sebab cercaan-cercaan tersebut justru mengungkapkan kebaikan kita.

Secara lebih rinci dan praktis, Adab dalam Majelis juga dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Memberi salam tatkala masuk atau meninggalkan majelis. Rasulullah SAW menyuruh kita untuk senantiasa berwajah ceria dan menyebarkan salam. Pepatah mengatakan datang tampak muka, pergi tampak punggung. Jadi tidak menyelinap datang dan pergi tanpa salam.

2. Mengambil tempat yang masih kosong. Hendaknya tidak memaksakan diri ke depan atau berdesak-desakan. Sebaliknya, carilah tempat yang masih kosong.

3. Tidak melangkahi bahu tamu lain untuk mengambil tempat di depan yang masih kosong dan kita justru diminta untuk mengisi tempat di depan.

4. Berkenalan dan bercengkrama dalam majelis sebelum acara di mulai. Dalam Islam, adab mujamalah (tegur sapa dalam rangka kesantunan) sangat dianjurkan. Bila acara belum dimulai, hal itu dapat dilakukan untuk mempererat ukhuwwah.

5. Duduk di antara dua orang harus meminta izin terlebih dulu. Bila ada dua teman kita yang sedang duduk berdekatan, hendaknya kita tidak langsung duduk di tengah-tengahnya tanpa seizin mereka berdua.

6. Hindarkan bergurau berlebihan. Keceriaan, kehangatan dan canda tawa memang perlu dihadirkan dalam majelis namun bukan berarti harus melampaui batas.

7. Diam dan mendengar serta menyimak lawan bicara yang  sedang berbicara. Memang jauh lebih sulit untuk menjadi pendengar yang baik ketimbang pembicara yang baik. Tetapi hendaknya kita berusaha diam dan sungguh-sungguh memperhatikan lawan bicara kita.

8. Mematuhi arahan pembawa acara. Agar majelis berjalan tertib sesuai dengan agenda acara, maka setiap peserta hendaknya mematuhi arahan pembawa acara.

9. Berusaha hadir ke majelis sesuai dengan syarat yang ditetapkan (waktu, pakaian, dan persiapan lainnya). Hadir tepat waktu dengan pakaian yang sesuai dan persiapan memadai sangat diperlukan bila kita memasuki sebuah majelis.

10. Menjaga pandangan dari yang haram. Baik peserta laki-laki maupun perempuan hendaknya menjaga pandangan dan kesantunan.

11. Hormati wanita yang melintasi hadirin laki-laki. Hendaknya dihindari perbauran dan saling menggoda terutama bila peserta wanita melintasi laki-laki.

12. Memulai majelis dengan memuji Allah serta membacakan ayat-ayat-Nya dan ditutup dengan do’a kafarat majelis.

Di dalam sebuah majelis, tentu saja setiap peserta diharapkan aktif berbicara menuangkan ide, gagasan, pendapat atau mengkritisi dan memberikan pendapat pada gagasan yang dilontarkan oleh orang lain.
Namun agar pembicaraan dalam majelis berjalan dengan baik, lancar mencapai target dan tetap dalam kerangka ibadah yang diridhai dan diberkahi Allah, perlu kiranya diperhatikan bagaimana adab berbicara dalam Islam.
Wa'allahu alam...
Baca dan Resapi dengan Baik...
Silahkan ada yang mo diskusi...di persilahkan

TANYA JAWAB

TANYA :
Wa'alaikumussallam wr wb... Bismillah, jazakallah ustadz atas ilmu yang diberikan. Ana mau bertanya ustadz, terkait adab dalam majlis. Jika dalam sebuah liqo, terkadang ada waktu untuk qodhoya, beberapa dari kita biasanya ada yang curhat mengenai masalah keluarga, dll. Mohon penjelasannya ustadz, apabila curhat tersebut menyangkut aib dan disampaikan ditengah-tengah liqo (dapat didengar oleh seluruh anggota liqo), apakah batasan-batasan  yang harus dijaga sementara seseorang yang bercerita sedang membutuhkan pencerahan? Jazakallah ustadz
JAWAB :
kalo memang sangat pribadi ada baiknya di bicarakan 4 mata dengan MR tapi sekiranya masih lumrah dan tidak pribadi sekali gak papa...apatahlagi ini tentang seseorang....bilamana tuk mencari solusi ato maslahat maka cukup sebutkan inisial saja. Dengan langsung inti permasalahannya.

TANYA :
Ust ana mau bertanya bagaimana saat dalam majelis ada yang berbeda pendapat namun diantara mereka terus saja berdebat dan tidak mau kalah...apa yang seharusny di lakukan ust?? jazakallahu ust.
JAWAB :
wasiat Imam Hasan Al Banna ke 4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.

TANYA :
Ust.. ana mau nanya Ada temen yang saling manggil tapi tidak dengan nama aslinya (manggil dengan nama gelar), tapi mereka udah sama-sama nyaman aja dengan panggilan itu.. itu gimanaa ustd? Syukran.
JAWAB :
karna dah sering memanggil dan terus menerus saling menyapa akhirnya jadi kebiasaan. Dilarang Mengolok-olok (walaupun bercanda). Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS 49 :11). Ketika syubhat mengatakan :
Saya gak bermaksud menghina kok, kan dia juga mau (bahkan menyukai) dipanggil "boncel".
Maka katakan : Takutlah kepada Allah dan hentikan kebiasaan itu. Allah memerintahkan untuk memanggil dengan gelar yang baik, bukan dengan gelar yang buruk. Azab Allah sangat pedih bagi yang melanggar perintah Nya. Ketika Allah memerintahkan manusia untuk tidak mendzalimi orang lain, apakah anda akan menjawab "orang itu suka didzalimi kok",begitukah? Kalaupun dia menerima dengan panggilan itu, lantas bagaimana perasaan orang tuanya (yang memberi nama) seandainya mengetahui anaknya dipanggil dengan gelar yang buruk? Bukankah itu juga menyakiti perasaan kerabat-kerabatnya yang lain?

TANYA :
Ustadz mau bertanya... Kadang dalam melakukan sholat,  susah sekali untuk bisa khusuk. Sering kali ada fikiran-fikiran yang terlintas ketika sedang sholat. Bagai mana supaya kita senantiasa ikhlas dan khusuk saat sholat. Dan menjadikan sholat itu sebagai kebutuhan yang harus di lakukan tanpa menundanya, karena masih sering kalau kita menunda sholat saat mendengar adzan. Terimakasih...
JAWAB :
Awali kebiasaan itu dengan cara di paksakan. Artinya lakukan selama tiga bulan tanpa henti. Untuk menjadi kebiasaan dan kebutuhan.
Tuk khusyu dalam shalat bisa dengan :
Pertama: Menghadirkan Hati.
Menghadirkan hati maksudnya adalah disaat kita sedang sholat maka saat itu sedang bermunajat, sedang berdiri berhadapan langsung dengan Sang Maha Kuasa, berdialog tanpa batas apapun. Maka dalam keadaan seperti itu yakinlah bahwa Allah sedang melihat, memperhatikan dan mengawasi gerak-gerik sholat kita. Benarkah sholat kita,dengan bacaan yang benar atau penuh dengan kesalahan dan lain sebagainya. Maka alangkah bodohnya kita, jika kita sedang berhadapan langsung seperti itu, kita tidak merasa takut, atau bergetar dengan keberadaanNya dihadapan kita.
Kedua: Anggap saat itu adalah sholat yang terakhir. Agar semakin khusyu’ anggaplah bahwa sholat tersebut sholat yang terakhir kali kita lakukan, karena bisa jadi usai shalat Allah mencabut nyawa kita. atau bayangkan, disaat kita sedang mengambil wudhu tiba-tiba datang malaikat maut menghampiri kita dan mengabarkan kita, bahwa usai sholat nanti dia akan mencabut nyawa kita. Subhanallah… bagaimanaka shalat kita saat itu? Shalat dengan penuh kekhusyuan atau shalat dengan main-main? Tentu kita akan sholat dengan sekhusyu’-khusyu’nya.
Ketiga: Tuma’ninah dan tidak tergesa-gesa dalam shalat.
Tuma’ninah atau keadaan tenang dan juga tidak tergesa-gesa juga merupakan cara agar shalat kita khusyu’. Sebab dengan ketenangan kita akan bisa focus dengan bacaan dan juga gerakan dalam shalat. Oleh karena itu, sebelum kita bertakbir memulai shalat, lebih dulu kita tinggalkan segala perkara duniawi, bisa jadi disaat kita sedang shalat, namun kita tergesar-gesa karena memikirkan masalah dunia (masakan, makanan, hp, WA facebook dll) yang bisa merusak kekhusyukan kita dalam shalat.
Keempat: Tadabbur ayat-ayat dan dzikir-dzikir yang dibaca dalam shalat. Cara keempat ini sangat penting untuk kita latih dan diterapkan saat shalat. Karena dengan mentadabburi ayat dan dzikir yang kita baca, maka kita akan semakin mudah untuk menggapai kekhusyuan dalam shalat. Banyak sekali orang yang hafal bacaan sholat, namun sangat sedikit sekali yang faham dan mengerti bacaan tersebut. Silahkan menghafal bacaan shalat, tapi lebih baiknya lagi kita mampu meresapi maknanya. Sehingga pemahaman makna akan menambah ketenangan jiwa dan akan memberi dampak baik disaat sedang shalat atau disaat kita membaca surat lainnya dalam al Quran.
Kelima: Tartil dan memperbagus suara dalam membaca Al Quran.
Allah SWT memerintahkan kita untuk tartil disaat membaca Al Quran, terlebih lagi bacaan tersebut kita baca diwaktu shalat. Begitu juga kita dianjurkan untuk memperindah suara kita agar imam maupun makmum dalam shalat jamaah bisa tenang dan akhirnya mendapatkan kekhusyuan. Sebaliknya, jika kita tergesa dalam membaca atau tidak tartil, dari segi suara bacaan juga ‘disayangkan’. Maka hal tersebut tidak membuat kita khusyu’ namun malah mengganggu dalam shalat.
Keenam: Arahkan pandangan hanya ditempat sujud, dan tidak memalingkan kelainnya. Janganlah kita mengarahkan pandangan kita selain ke tempat sujud, sebab hal tersebut akan mengganggu kekhusyukan kita dalam shalat. Bahkan terdapat larangan dalam hadits untuk melihat ke atas disaat kita shalat, begitu juga memalingkan seluruh atau sebagian badan kita karena bisa membatalkan shalat kita, lantaran telah merubah qiblat disaat sedang shalat.
Ketujuh: Hindari segala hal yang bisa menyibukkan saat sedang shalat. Seperti penggunaan alat-alat elektronik (handphone, tv, penggunaan pakaian yang kurang pas, serta hal-hal lainnya yang bisa mengganggu kita dalam shalat. Maka hal-hal tersebut harus kita hindari agar shalat kita senantiasa terjaga dan tidak merusak kekhusyukan disaat sedang shalat.

TANYA :
Wa'alaikumsalaam ustadz bgaimana supaya ketika kita bermajlis terhindar dari taqlid ? mohon penjelasanny ustadz.
JAWAB :
Taqlid adalah ikut ikutan tanpa bertanya ato konfirmasi... Jadi harus belajar lagi di rumah ato luar kajian...dengan mengulang kembali apa yang telah di dapat. Sehingga tidak taqlid tanpa tahu ilmunya.
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dg lancar. Mogilmu yang kita dpatkan berkah dan bermanfaat. Amiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan
kita tutup kajiannya ya..

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh


​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!