Kajian Online Hamba الله SWT
Selasa, 27 Januari 2015
Narasumber : Ustadzah
Ira Wahyudianti
Rekapan Grup Nanda 110 (Shofie)
Tema : Syakhsiyatul Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
CIRI KEDEWASAAN
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
“Alhamdulillahilahi nahmaduhu
wa nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa
waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yudhlil
falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa
asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”
Semoga Allah yang
Mengenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita semua agar dapat memahami
hikmah dibalik kejadian apapun yang menimpa dan semoga Allah membimbing kita
untuk bisa menyikapi kejadian apapun dengan sikap terbaik kita.
Ciri khas umat Dewasa
diawali dengan Diam Aktif yaitu kemampuan untuk menahan diri dalam berkomentar.
Orang yang memiliki kedewasaan dapat dilihat dari sikap dan kemampuannya dalam
mengendalikan lisannya, seorang anak kecil, saudaraku apa yang dia lihat
biasanya selalu dikomentari.
Orang tua yang kurang
dewasa mulutnya sangat sering berbunyi, semua hal dikomentari.,ketika dia
melihat sesuatu langsung dipastikan akan dikomentari,ketika menonton televisi
misalnya ; komentar dia akan mengalahkan suara dari televisi yang dia tonton .
Penonton tv yang dewasa itu senantiasa bertafakur, acara yang dia tonton
senantiasa direnungkan (tentunya acara yang bermanfaat) dan memohon dibukakan
pintu hikmah kepada Allah, Subhanalloh.
Ketika menyaksikan
demonstrasi dia bertafakur.. \”beginilah kalau negara belum matang, setiap
waktu demo,kata-kata yang dikeluarkan jauh dari kearifan\”\”ternyata sangat
mudah menghina, mencaci, dan memaki itu\” Seseorang yang pribadinya matang dan
dewasa bisa dilihat dari komentar-komentarnya,makin terkendali Insya Allah akan
semakin matang.
Ciri kedewasaan
selanjutnya dapat dilihat dari Empati. Anak-anak biasanya belum dapat meraba
perasaan orang lain, orang yang bertambah umurnya tetapi tidak dapat meraba
perasaan orang lain berarti belum dapat disebut dewasa. Kedewasan seseorang
dapat dilihat dari keberanian melihat dan meraba perasaan orang lain. Seorang
ibu yang dewasa dan bijaksana dapat dilihat dari sikap terhadap pembantunya
yaitu tidak semena-mena menyuruh, walaupun sudah merasa menggajinya tetapi
bukan berarti berkuasa,bukankah di kantor ketika lembur pasti ingin dibayar
overtime ? tetapi pembantu lembur tidak ada overtime ? semakin orang hanya
mementingkan perasaannya saja maka akan semakin tidak bijaksana. Semakin orang
bisa meraba penderitaan orang lain Insya Allah akan semakin bijak. Percayalah
tidak akan bijaksana orang yang hidupnya hanya memikirkan perasaannya sendiri.
Orang yang dewasa,
cirinya hati-hati (Wara’),dalam bertindak. Orang yang dewasa benar-benar
berhitung tidak hanya dari benda, tapi dari waktu ; tiap detik,tiap tutur kata
, dia tidak mau jika harus menanggung karena salah dalam mengambil sikap.
Anak-anak atau remaja biasanya sangat tidak hati-hati dalam bercakap dan
mengambil keputusan.Orang yang bersikap atau memiliki kepribadian dewasa
(wara’) dapat dilihat dalam kehati-hatian memilih kata, mengambil
keputusan,mengambil sikap, karena orang yang tidak dewasa cenderung untuk
bersikap ceroboh.
Orang yang dewasa
terlihat dalam kesabarannya (sabar), kita ambil contoh ; didalam rumah seorang
ibu mempunyai 3 orang anak, yang satu menangis, kemudian yang lainnya pun ikut
menangis sehingga lama-kelamaan menjadi empat orang yang menangis , mengapa ?
karena ternyata ibunya menangis pula. Ciri orang yang dewasa adalah sabar,
dalam situasi sesulit apapun lebih tenang, mantap dan stabil.
Sahabat-sahabat,
seseorang yang dewasa benar-benar mempunyai sikap yang amanah, memiliki
kemampuan untuk bertanggung jawab.
Untuk melihat
kedewasaan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya bertanggungjawab, sebagai
contoh ; seorang ayah dapat dinilai bertanggung jawab atau tidak yaitu dalam
cara mencari nafkah yang halal dan mendidik anak istrinya ? Bukan masalah
kehidupan dunia ,yang menjadi masalah mampu tidak mempertanggungjawabkan
anak-anak ketika pulang ke akherat nanti ? Ke surga atau neraka? Oleh karena
itu orang tua harus bekerja keras untuk menjadi jalan kesuksesan anak-anaknya
di dunia dan akherat.
Pernah ada seorang
teman menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri, ketika ditanya tentang
sholatnya ? ternyata tidak berjalan dengan baik karena orang-orangnya tidak ada
yang sholat sehingga melakukannya pun kadang-kadang, apalagi untuk shalat Jumat
jarang dilaksanakan, dengan alasan masjidnya jauh.
Lalu kenapa disekolahkan
di Luar Negeri ? alasannya adalah sebentar lagi globalisasi., ketika
perdagangan bebas anak harus disiapkan. Tetapi bagaimana jika sebelum
perdagangan bebas anaknya meninggal dunia ? sudah disiapkan belum pulang ke
akherat? orang yang dewasa akan berpikir keras bagaimana keluarganya bisa
selamat? Jangan sampai di dunia berprestasi tapi di akherat celaka.
Wallahu’alam
ManajemenQolbu.Com
KH Abdullah Gymnastiar
KH Abdullah Gymnastiar
TANYA JAWAB
Q : Waduh kena itu
ustadzah dikehidupan keseharian saya yang bekerja di toko...setiap kami mlihat
sesuatu...pasti berkomentar...kadang saya memilih diam aja...tapi lama-lama saya
juga risih sih...itu bagaimana ustadzah? Mau nasehati sungkan...
A : Kalau orangnya lebih muda, coba jadi teman dekat dulu mb baru enak nasehatinya pelan-pelan mba. Kalau orangnya lebih tua memang agak sulit dan perlu waktu agak lama (kesabaran), karena memang dewasa itu pilihan, banyak yang sudah lebih berumur tapi kurang dewasa...
A : Kalau orangnya lebih muda, coba jadi teman dekat dulu mb baru enak nasehatinya pelan-pelan mba. Kalau orangnya lebih tua memang agak sulit dan perlu waktu agak lama (kesabaran), karena memang dewasa itu pilihan, banyak yang sudah lebih berumur tapi kurang dewasa...
Q : Ustzh.. katanya diam itu emas, terkadang kita
harus berkomentar terhadap teman jika sudah mnyimpang. Dalam situasi seperti
apa jika bicara itu lebih baik daripada hanya diam?
A : Jika sudah menyangkut hal yang melanggar syariat makanya kita harus bicara mb. Karena hanya diam itu merupakan selemah-lemah iman.
A : Jika sudah menyangkut hal yang melanggar syariat makanya kita harus bicara mb. Karena hanya diam itu merupakan selemah-lemah iman.
"Barangsiapa di
antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan
tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, dan jika tidak bisa juga maka
dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman."
jadi seminimal mungkin
kita nasehati beliau d kala sendiri. jangan menasehati d kala ramai :).
Q : Dilingkungan kuliah dulu ada seorang
dosen yang suka bnget asal ngomong, asal komen, asal marah pada smua hal yang
dilakukan mhs/i nya, kata-kata pedas tak jarang keluar dari mulutnya bukan
hanya yang dikasari yang mendengar bahkan ikut sakit hati. Hal ini brarti
pendidikan tinggi yang tlah diraihnya tidak menjadikan bliau menjadi pribadi yang
lebih dewasa. Sbagian mhs/i malah brkata 'asal udah islam aja beliau'. Kita sebagai
umat islam jelas merasa geram juga kenapa orang berkomentar dengan membawa-bawa
agama. Ustadzah, bgmana sikap Kita sebagai umat muslim dlm menanggapi hal ini? Afwan Ustadzah, kepanjangan. Bingung kalo
ditulis mulai dr mana hehe
A : Jika d telaah
dosen tersebut belum memahami makna ilmu padi ya, seharusnya semakin tinggi
ilmunya di dunia semakin berisi dan semakin 'menunduk'. Tapi kita maklumi saja
dosen itu dan mendoakannya...mudah-mudahan Allah berikan hidayah kepadanya dan
kepada kita semua :). Untuk menjadi pribadi yang ramah lingkungan. Bukan hanya
deterjen yang harus ramah lingkungan, kita juga perlu banget..
Baiklah karena tidak
ada yang bertany lagi kita tutup kajiannya ya…
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment