Rabu, 4
Februari 2015
Narasumber : Ustadz Umar Hidayat M.Ag
Tema : Agar Lisan Kita Berjiwa
Editor : Wanda Vexia
Narasumber : Ustadz Umar Hidayat M.Ag
Tema : Agar Lisan Kita Berjiwa
Editor : Wanda Vexia
Notulen : Maryati
Admin Ummi M11 (Farida & Euis)
Admin Ummi M11 (Farida & Euis)
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Saya akan menshare materi. Mudah-mudahan kita dalam kesabaran
dan mudah memahami serta memahamkan.
1. Agar Lisan Itu Berjiwa
"Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia" (QS. Al-Israa:53)
Bijaksanalah menjaga dan
memilih suara yang mau Anda dengar, karena suara-suara
itu bisa mempengaruhi Anda. Begitupun ketika Anda mau bicara. Maka
sesungguhnya kata itu menunjukkan ruang dan waktu. Kata bisa datang dan
menghilang dengan mudahnya. Semua karuna sang Pencipta yang sering terlupa.
Kata sering menujukan status personifikasi seseorang.
Kata menceritakan keadaan jiwa
dan getar hati yang mengada. Kata kadang juga meluapkan rasa di dada. Kata
kadang menyusun makna, meski susah untuk menjawabnya. Kata adalah cermin
keadaan jiwa. Kekuatan jiwanya.
Seperti Adzan Terakhir Sahabat Bilal. Di masa
Nabi Bilal bin Rabah-lah sang pemilik suara yang indah yang menandai setiap
masuk waktu sholat. Khas suaranya, tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat
perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah
berpisah dengan Nabi. Maka setelah wafatnya Nabi Semenjak itulah Bilal
menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Sampai-sampai ketika
Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi muadzin kembali, dengan hati pilu
nan sendu bilal berkata: Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada,
maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.
Kesedihan sebab ditinggal wafat
Nabi Saw., terus mengendap di hati Bilal ra. Kesedihan yang sangatlah yang
mendorongnya meninggalkan Madinah. Dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam,
dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal ra. tak mengunjungi Madinah,
sampai pada suatu malam, Nabi Saw hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: Ya
Bilal, wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku?
Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah,
untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.
2. Setiba di Madinah, Bilal kian bertambah sedu sedan melepas rasa rindunya pada
Nabi Saw., pada sang kekasih. Berjumpalah dia dengan dua pemuda yang telah
beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya Hasan dan Husein, cucunya Nabi Saw.
Sembari berlerai air mata membasahi pipinya, Bilal yang kian beranjak tua
memeluk kedua cucu Nabi Saw itu. Dan salah satu dari keduanya berkata: Paman,
maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang
kakek kami. Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang
melihat pemandangan mengharukan itu, memeluk sang sahabat dengan membanjir air
matanya dan juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali
saja.
Bilal pun memenuhi permintaan
itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada
masa Nabi Saw masih hidup. Terkenanglah bayang-bayang Rasulullah. Mata pun tak
berhenti meneteskan tangisannya. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat
lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap,
segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang,
suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu
telah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah,
seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan
para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan
Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan
yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi,
Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak
sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai.
Jamaah berjubel mendatangi masjid. Berbondong-bondong mendatanginya. Hari itu,
madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak
bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal
ra, semenjak Nabi Saw wafat.
Subhanallah........
Sedahsyat lisan Bilal Bin Rabah
mengumandangkan adzan serasa menghadirkan sosok Nabi Agung Muhammad Saw yang
dirindukan semua ummat. Lisan yang menggetarkan jiwa. Lisan yang menghadirkan
pesona Biah Rasulullah. Lisan yang menyadarkan jiwa.
3. Sadarkah kita bahwa lisan itu menunjukan isi jiwa seseorang? Ingatlah kisah Ali bin Abi Thalib ketika ditanya oleh para kaum yang suka membangkang kepadanya. Suatu hari Imam Ali ditemui oleh salah seorang rakyatnya, tiba-tiba berkata pada Imam Ali yang saat itu menjabat sebagai khlaifah: wahai pemimpin kaum beriman (amirul mukminin) bolehkah aku bertanya? Bertanya apa, jawab Imam Ali. Pada masa kepemimpinan Abu Bakar, kehidupan kita terasa tentram, semua hal yang mengancam ketertiban dapat diatasi. Begitu pula pada masa khalifah Umar dan khalifah Utsman, kecuali sebentar saja pada masa akhir hidupnya. Sementara pada saat Anda yang jadi khalifah, terjadi perselisihan dimana-dimana, kedamaian yang kami rasakan sebelumnya tidak kami rasakan pada masa kepemimpinan Anda kata si Fulan berpanjang lebar.
3. Sadarkah kita bahwa lisan itu menunjukan isi jiwa seseorang? Ingatlah kisah Ali bin Abi Thalib ketika ditanya oleh para kaum yang suka membangkang kepadanya. Suatu hari Imam Ali ditemui oleh salah seorang rakyatnya, tiba-tiba berkata pada Imam Ali yang saat itu menjabat sebagai khlaifah: wahai pemimpin kaum beriman (amirul mukminin) bolehkah aku bertanya? Bertanya apa, jawab Imam Ali. Pada masa kepemimpinan Abu Bakar, kehidupan kita terasa tentram, semua hal yang mengancam ketertiban dapat diatasi. Begitu pula pada masa khalifah Umar dan khalifah Utsman, kecuali sebentar saja pada masa akhir hidupnya. Sementara pada saat Anda yang jadi khalifah, terjadi perselisihan dimana-dimana, kedamaian yang kami rasakan sebelumnya tidak kami rasakan pada masa kepemimpinan Anda kata si Fulan berpanjang lebar.
Imam Ali menjawab, wahai Fulan pada masa Abu Bakar, Umar dan Utsman rakyatnya
adalah orang-orang seperti Aku, sementara pada masa kepemimpinanku rakyatnya
orang-orang seperti kamu Laki-laki yang bertanya pun berlalu dari Imam Ali
dengan rona wajah yang sangat merah, malu mendengar jawaban Imam Ali.
Seperti juga ada fakta yang
lebih sering terjadi, seperti kebiasaan para orang tua membentak anak ketika
melihat sang anak tidak patuh atau pun melakukan kesalahan, para orang tua
sering sekali di buat jengkel. Karena emosi, secara reflek orang tua sering sekali
menasehati dengan nada yang cukup tinggi. Kebiasaan seperti ini juga biasanya
lebih sering dilakukan orang tua yang cukup tempramental.
Menasehati sang anak
dengan melakukan bentakan tentu sangat tidak efektif dilakukan, karena ketika
sang anak sangat sering dibentak, kemungkinan sang anak akan tumbuh menjadi
anak yang tertutup, minder bahkan menjadi anak yang pemberontak.
Sang anak juga
dapat menjadi sangat tempramental karena mengikuti kebiasaan sang orang tua
yang suka membentak. Yang perlu diingat para orang tua ialah anak merupakan
cermin dari jiwanya.
4. Begitu berharganya lisan ini dalam kehidupan. Imam Nawawi dalam hadis arbain
yang ke dua puluh Sembilan menjelaskan duduk persoalan pentingnya lisan dalam
kehidupan. Dari Muaz bin Jabal radhiallahuanhu dia berkata : Saya berkata : Ya
Rasulullah, beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke
dalam Surga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda: Engkau telah
bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka
yang dimudahkan Allah taala: Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya
sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji.
Kemudian beliau (Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam) bersabda:
Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu syurga?; Puasa adalah
benteng, Sodaqoh akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan
api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail), kemudian beliau
membacakan ayat (yang artinya) : Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya.
Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahukan pokok dari
segala perkara, tiangnya dan puncaknya?, aku menjawab: Mau ya Nabi Allah. Pokok
perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad. Kemudian
beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian
laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu? saya berkata: Mau ya Rasulullah.
Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan
kotor/buruk). Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas
apa yang kita bicarakan?, beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan
seseorang terjungkel wajahnya di neraka atau sabda beliau: diatas hidungnya-
selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka.(Riwayat Turmuzi dan
dia berkata: Haditsnya hasan shaheh)
Narasi yang bertingkat untuk
menujukan betapa pentingnya perkara yang Rasulullah tunjukan. Dari persoalan
perbuatan yang berbuah surga, lalu Pokok perkara Islam sampai dengan lisan menjadi
kunci dari keberesan semua perkara. Itulah LISAN.
5. Lisan atau lidah merupakan salah satu bentuk nikmat Allah karena dengannya seorang hamba dapat mengungkapkan keinginan jiwanya. Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka. (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Lisan atau lidah merupakan salah satu bentuk nikmat Allah karena dengannya seorang hamba dapat mengungkapkan keinginan jiwanya. Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka. (HR. Bukhari dan Muslim)
"Bukankah Kami telah menjadikan untuknya dua mata, lisan, dan dua bibir?" (QS. Al-Balad: 8-9)
Dengan lisan ini, seorang hamba
dapat terangkat derajatnya dengan beroleh kebaikan di sisi Allah. Sebaliknya,
ia juga dapat tersungkur ke jurang jahannam dengan sebab lisannya.
Rasul Saw
bersabda:
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam." (HR. Al-Bukhari no. 6478)
Dalam hadits yang lain
disebutkan:
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memperhatikannya, tidak memikirkan kejelekannya dan tidak khawatir akan akibat/dampaknya, ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara masyriq/timur." (HR. Al-Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 7406, 7407)
Dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Imam At-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah ra,
"Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.Oleh karena itu, termasuk di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah ia menjaga lisannya dan meninggalkan perkataan-perkataan yang tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya atau bahkan perkataan yang dapat mendatangkan bahaya bagi dirinya."Bahkan Rasulullah menjaminkan Surga baginya;
"Barangsiapa yang mampu menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) aku akan menjamin baginya surga. (HR. Bukhari)
6. Teringatlah saya ungkapan (yang saya dapatkan dari dedenhendrayana.com Bijaksana
Memilih Apa Yang Anda Dengarkan Posted on May 2, 2014 by Papa Alicia and
Dastan); Julian Treasure, seorang konsultan suara, menjelaskan dengan sangat
apik perihal bagaimana suara bisa mempengaruhi fisiologi, psikologi, kognitif
dan tingkah laku Anda. Katanya, suara bisa mempengaruhi fisiologi tubuh kita,
psikologi kita, kognitif kita, dan tingkahlaku kita.
Suara bisa mempengaruhi
fisiologi tubuh Anda. Coba saja, siapa diantara Anda yang tadinya malas
tiba-tiba menjadi bersemangat bekerja lagi setelah mendengarkan musik?
Hampir
rata-rata dari Anda pasti punya kecenderungan untuk mendengarkan musik agar
semangat bangkit lagi karena musik bisa meningkatkan hormon andrenalin di
dalam tubuh Anda.
Suara juga bisa mempengaruhi
psikologi Anda. Siapa dari Anda yang mudah berubah emosinya setelah
mendengarkan suara tertentu? Suara bising mesin pabrik akan membuat Anda tidak
nyaman dan mudah marah. Namun, suara kicauan burung atau deburan ombak di
pantai pastinya akan membuat Anda berasa nyaman, tentram, rileks dan mengantuk.
Suara juga bisa mempengaruhi
Anda secara kognitif. Anda semua pasti akan lebih memilih bekerja di tempat
yang nyaman bebas dari polusi suara dan kebisingan daripada harus bekerja di
tempat terbuka dengan suara mesin menderu-deru. Itu sebabnya perpustakaan
dibuat nyaman dan tidak boleh berisik agar Anda bisa lebih mudah berpikir dan
mencerna apa saja yang Anda baca.
Terakhir, suara juga bisa
mempengaruhi tingkah laku Anda. Tidak perlu susah cari contohnya. Dari contoh
pertama tadi. Suara musik dangdut atau disko akan membuat orang mudah
bergoyang. Dan suara musik rock, biasanya selalu diperdengarkan dan menjadi
musik favorit para penyuka olahraga keras dan ekstrim. Disadari atau tidak,
Anda sesungguhnya dipengaruhi oleh apa yang Anda dengarkan termasuk
kata-kata atau perkataan yang Anda dengar dan lontarkan.
7. Mukmin itu Menjaga lisannya (Afatulisan)
Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat dikategorikan dalam empat kelompok: murni membahayakan, ada bahaya dan manfaat, tidak membahayakan dan tidak menguntungkan, dan murni menguntungkan. Ucapan yang murni membahayakan maka harus dijauhi, begitu juga yang mengandung bahaya dan manfaat. Sedangkan ucapan yang tidak ada untung ruginya maka itu adalah tindakan sia-sia, merugikan. Tinggallah yang keempat yaitu ucapan yang menguntungkan.
Mari kita bersamai afatul lisan dari yang paling tersembunyi sampai yang paling berbahaya.
1. Berbicara sesuatu yang tidak
perlu Rasulullah SAW bersabda:
"Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan" (HR. At Tirmidzi)
Ucapan yang tidak perlu adalah ucapan yang seandainya anda diam tidak berdosa,
dan tidak akan membahayakan diri maupun orang lain. Seperti menanyakan sesuatu
yang tidak diperlukan. Contoh pertanyaan ke orang lain apakah anda puasa, jika
dijawab YA, membuat orang itu riya, jika dijawab TIDAK padahal ia puasa, maka
dusta, jika diam tidak dijawab, dianggap tidak menghormati penanya. Penyebabnya
adalah suka ingin tahu, ingin tahu aja lho atau basa-basi untuk menunjukkan
perhatian dan kecintaan, atau sekedar mengisi waktu dengan cerita-cerita yang
tidak berguna. Terapinya adalah menyadari bahwa waktu adalah modal yang paling
berharga.
2. Fudhulul-Kalam (Berlebihan
dalam berbicara) Perbuatan ini dikategorikan sebagai perbuatan tercela. Ia
mencakup pembicaraan yang tidak berguna, atau bicara sesuatu yang berguna namun
melebihi kebutuhan yang secukupnya. Seperti sesuatu yang cukup dikatakan dengan
satu kata, tetapi disampaikan dengan dua kata, maka kata yang kedua ini fudhul
(kelebihan). Begitupun berkata Yazid ibn Abi Hubaib: Di antara fitnah orang
alim adalah ketika ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang
lain sudah cukup berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam
berbicara ada polesan, tambahan dan pengurangan.
3. Al Khaudhu fil bathil (Melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil)
Pembicaraan yang batil adalah pembicaraan ma'siyat, seperti menceritakan
tentang perempuan, perkumpulan selebritis, dsb, yang tidak terbilang jumlahnya.
Pembicaraan seperti ini adalah perbuatan haram, yang akan membuat pelakunya
binasa. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat HR Ibn Majah. Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling banyak terlibat dalam pembicaraan batil HR Ibnu Abiddunya." (Lihat juga QS. Al-Mudassir:45)
4. Al Jidal (Berbantahan dan
Perdebatan)
Perdebatan yang tercela adalah usaha menjatuhkan orang lain dengan menyerang dan mencela pembicaraannya, menganggapnya bodoh dan tidak akurat. Biasanya orang yang diserang merasa tidak suka, dan penyerang ingin menunjukkan kesalahan orang lain agar terlihat kelebihan dirinya.
Perdebatan yang tercela adalah usaha menjatuhkan orang lain dengan menyerang dan mencela pembicaraannya, menganggapnya bodoh dan tidak akurat. Biasanya orang yang diserang merasa tidak suka, dan penyerang ingin menunjukkan kesalahan orang lain agar terlihat kelebihan dirinya.
Hal ini biasanya disebabkan oleh taraffu' (rasa tinggi hati) karena kelebihan dan ilmunya, dengan menyerang kekurangan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak akan tersesat suatu kaum setelah mereka mendapatkan hidayah Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan" (HR. At Tirmidzi)Imam Malik bin Anas berkata : Perdebatan akan mengeraskan hati dan mewariskan kekesalan
5. Al Khusumah (pertengkaran)
Jika orang yang berdebat menyerang pendapat orang lain untuk menjatuhkan lawan
dan mengangkat kelebihan dirinya. Maka al khusumah adalah sikap ingin menang
dalam berbicara (ngotot) untuk memperoleh hak atau harta orang lain, yang bukan
haknya. Sikap ini bisa merupakan reaksi atas orang lain, bisa juga dilakukan
dari awal berbicara. Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang bermusuhan dan suka bertengkar" (HR. Al Bukhari)
6. Taqa'ur fil-kalam (menekan ucapan) Taqa'ur fil-kalam maksudnya adalah menfasih-fasihkan ucapan dengan mamaksakan diri bersyaja' dan menekan-nekan suara, atau penggunaan kata-kata asing. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata. HR. Ahmad. KECUALI ungkapan para khatib dalam memberikan nasehat."
7. Berkata keji, jorok dan caci maki Perkataan keji dan jorok disebabkan oleh
kondisi jiwa yang kotor, yang menyakiti orang lain, atau karena kebiasaan diri
akibat pergaulan dengan orang-orang fasik (penuh dosa) atau orang-orang durhaka
lainnya. Berkata keji, jorok adalah pengungkapan sesuatu yang dianggap jorok/tabu
dengan ungkapan vulgar, misalnya hal-hal yang berkaitan dengn seksual, dsb. Hal
ini termasuk perbuatan tercela yang dilarang agama. Nabi bersabda:
"Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang keji dan perbuatan keji dalam riwayat lain :Surga itu haram bagi setiap orang yang keji." (HR. Ibnu Hibban)
"Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok" (HR. At Tirmidzi"
8. La'nat (kutukan) Penyebab
munculnya kutukan pada sesama manusia biasanya adalah satu dari tiga sifat
berikut ini, yaitu : kufur, bid'ah dan fasik. Dan tingkatan kutukannya adalah
sebagai berikut:
a) Kutukan dengan menggunakan sifat umum, seperti : semoga
Allah mengutuk orang kafir, ahli bid'ah dan orang-orang fasik.
b) Kutukan dengan
sifat yang lebih khusus, seperti: semoga kutukan Allah ditimpakan kepada kaum
Yahudi, Nasrani dan Majusi, dsb.
c) Kutukan kepada orang tertentu, seperti : si
fulan la'natullah. Hal ini sangat berbahaya kecuali kepada orang-orang tertentu
yang telah Allah berikan kutukan seperti Fir'aun, Abu Lahab, dsb. Dan
orang-orang selain yang Allah tentukan itu masih memiliki kemungkinan lain.
Kutukan yang ditujukan kepada binatang, benda mati , atau orang tertentu yang
tidak Allah tentukan kutukannya, maka itu adalah perbuatan tercela yang haus
dijauhi. Sabda Nabi:
"Orang beriman bukanlah orang yang suka mengutuk" (HR. At Tirmidzi)
9. Ghina' (nyanyian) dan Syi'r (syair) Syair adalah ungkapan yang jika baik
isinya maka baik nilainya, dan jika buruk isinya buruk pula nilainya. Hanya
saja tajarrud (menfokuskan diri) untuk hanya bersyair adalah perbuatan tercela.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya memenuhi rongga dengan nanah, lebih baik dari pada memenuhinya dengan syair" (HR. Muslim)
Said Hawa mengarahkan hadits ini
pada syair-syair yang bermuatan buruk. Bersyair secara umum bukanlah perbuatan
terlarang jika di dalamnya tidak terdapat ungkapan yang buruk. Buktinya
Rasulullah pernah memerintahkan Hassan bin Tsabit untuk bersyair melawan
syairnya orang kafir.
10. Al Mazah (Sendau gurau)
Secara umum mazah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama, kecuali
sebagian kecil saja yang diperbolehkan. Sebab dalam gurauan sering kali
terdapat kebohongan, atau pembodohan teman. Gurauan yang diperbolehkan adalah
gurauan yang baik, tidak berdusta/berbohong, tidak menyakiti orang lain, tidak
berlebihan dan tidak menjadi kebiasaan. Seperti gurauan Nabi dengan istri dan
para sahabatnya. Kebiasaan bergurau akan membawa seseorang pada perbuatan yang
kurang berguna dan menurunkan kewibawaan. Umar bin Khatthab berkata : Barang
siapa yang banyak bercanda, maka ia akan diremehkan/dianggap hina.
11. As Sukhriyyah (Ejekan) dan
Istihza'( cemoohan) Sukhriyyah berarti meremehkan orang lain dengan
mengingatkan aib/kekurangannya untuk ditertawakan, baik dengan cerita lisan
atau peragaan di hadapannya. Jika dilakukan tidak di hadapan orang yang
bersangkutan disebut ghibah (bergunjing). Perbuatan ini terlarang dalam agama.
Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok" (QS. Al Hujurat:11)
Muadz bin Jabal ra. berkata: Nabi Muhammad SAW
bersabda:
"Barang siapa yang mencela dosa saudaranya yang telah bertaubat, maka ia tidak akan mati sebelum melakukannya" (HR. At Tirmidzi)
12. Menyebarkan rahasia Menyebarkan rahasia adalah perbuatan terlarang. Karena ia akan mengecewakan orang lain, meremehkan hak sahabat dan orang yang dikenali. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya orang yang paling buruk tempatnya di hari kiamat, adalah orang laki-laki yang telah menggauli istrinya, kemudian ia ceritakan rahasianya." (HR. Muslim"
13. Janji palsu Mulut sering
kali cepat berjanji, kemudian hati mengoreksi dan memutuskan tidak memenuhi
janji itu. Sikap ini menjadi pertanda kemunafikan seseorang. Firman Allah :
"Wahai orang-orang beriman tepatilah janji" QS. Al-Maidah:1)
14. Bohong dalam berbicara dan bersumpah Berbohong dalam hal ini adalah dosa yang paling buruk dan cacat yang paling busuk. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong Muttafaq alaih. Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu : orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya" (HR. Muslim)
15. Ghibah (Bergunjing)
Ghibah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama. Rasulullah pernah bertanya
kepada para sahabat tentang arti ghibah. Jawab para sahabat: Hanya Allah dan
Rasul-Nya yang mengetahui. Sabda Nabi: ghibah adalah menceritakan sesuatu dari
saudaramu, yang jika ia mendengarnya ia tidak menyukainya. Para sahabat
bertanya : Jika yang diceritakan itu memang ada? Jawab Nabi:
"Jika memang ada itulah ghibah, jika tidak ada maka kamu telah mengada-ada" (HR. Muslim)
Al Qur'an
menyebut perbuatan ini sebagai memakan daging saudara sendiri (QS. Al Hujurat:12)
Menceritakan kekurangan orang
lain dapat dibenarkan jika terdapat alasan berikut ini:
a) Mengadukan kezaliman
orang lain kepada qadhi,
b) Meminta bantuan untuk merubah kemunkaran,
c)
Meminta fatwa,seperti yang dilakukan istri Abu Sufyan pada Nabi.
d)
Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang,
e) Orang yang dikenali
dengan julukan buruknya, seperti al a'raj (pincang), dan seterusnya.
f) Orang yang
diceritakan aibnya, melakukan itu dengan terang-terangan (mujahir).
16. Namimah (adu domba),
Namimah adalah menyampaika pembicaraan seseorang kepada orang lain.
17.
Perkataan yang berlidah dua, tidak konsisten. Suka berubah-ubah.
18.
Menyanjung,
19. Kurang cermat dalam berbicara (asal bunyi), dan
20. Melibatkan
diri secara bodoh pada beberapa pengetahuan dan pertanyaan yang menyulitkan.
Maka bisa dibayangkan seberapa banyak dan jenis suara apa yang sering kita dengar dan lontarkan sejauh itulah (sedikit banyak) yang akan mempengaruhi kehidupan kita. Maka semakin menjelaskan keyakinan kenapa kita diperintahkannya berdoa dengan merendahkan diri dengan suara yang lembut. Berzikir dengan suara lembut, membaca Al Quran dengan tartil, sholat dengan suara yang lembut lantaran semua akan membawa dampak positif terhadap fisiologi, psikologi, kognitif dan perilaku kita. Maka ingatlah jika kita tidak bisa berucap yang baik lebih baik diam.
Maka bisa dibayangkan seberapa banyak dan jenis suara apa yang sering kita dengar dan lontarkan sejauh itulah (sedikit banyak) yang akan mempengaruhi kehidupan kita. Maka semakin menjelaskan keyakinan kenapa kita diperintahkannya berdoa dengan merendahkan diri dengan suara yang lembut. Berzikir dengan suara lembut, membaca Al Quran dengan tartil, sholat dengan suara yang lembut lantaran semua akan membawa dampak positif terhadap fisiologi, psikologi, kognitif dan perilaku kita. Maka ingatlah jika kita tidak bisa berucap yang baik lebih baik diam.
"Karena Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (QS. Qaf:18). Wallahualamu bish shawab.
TANYA JAWAB
1. Ustadz, bagaimana
mengahadapi orang yang ngajak bergibah?
Jawab: Mungkin ada perasaan tidak enak jika meninggalkannya, lalu kita memandang bahwa sikap yang menyesuaikan diri dengan mereka merupakan sikap yang baik dan menganggap menjaga bentuk hubungan pergaulan yang baik. Bisa jadi mereka marah jika kita mengingkari mereka, maka mereka pun akan balas marah. Karenanya iapun tenggelam bersama mereka untuk berghibah ria. ini bukan pilihan yang tepat.
Maka Jika kita diajak untuk menggunjing seseorang, kita harus menasihatinya dengan cara yang halus. Jika tidak mampu, maka kita harus segera meninggalkan tempat tersebut dengan alasan yang paling tepat. Bukannya malah ikut memanaskan suasana.
2. Di materi pada poin 7 tentang; Kalau ditanya puasa, kita musti jawabnya gimana? Kadang
saya suka serba salah diposisi yang ditanya, kalo kadung ditanya. Boleh jawab
InsyaAllah? Jazakallah
Jawab: Kembali ke niat kita bunda. Jawab secukupnya, tanpa harus memancing pujian atapun celaan.
3. Assalamualaikum wr.. wb.. Ustadz, ketika terdapat konflik keluarga dimana terdapat tuduhan yang tidak benar
kemudian kita berusaha menjelaskan dan meminta maaf. Dan akhirnya masih tetap
tidak terima penjelasan kita, apakah dengan akhirnya memutuskan diam karena khawatir keluar ucapan yang tidak baik. Apakah tepat hal ini? Syukron katsira ustadz
Jawab :
"Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya), maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilihbidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud & At-Tirmidzi)
Disadari tingkat keteguhan
seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu
menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada
pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu
berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma'nawiyah (keimananan) seseorang. Jadi bunda setelah berusaha
menjelaskan, pasrahkan pd Allah dan doakan ia.
4. Ustadz, maksudnya yang no 20 itu gimana ya?melibatkan diri secara bodoh pada beberapa pengetahuan dan pertanyaan yang menyulitkan?
Jawab: Yakni memaksakan diri untuk "sesuatu" yang diluar kemampuan kita tapi berlagak mengetahui atau mumpuni. Padahal sesungguhnya ia sendiri merasa kesulitan atas "sesuatu" itu. Karena hal ini berbahaya bagi orang lain, yakni berpotensi besar akan menyesatkan orang lain.
Alhamdulillah, kajian kita hari
ini berjalan dg lancar. Moga ilmu yg kita dpatkan berkah dan bermanfaat.
Amiin...
Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhannakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum...
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment