Kajian WA Hamba الله SWT
Rabu, 18 Februari 2015
Ustadzah Citra (Keutamaan Dzikir)
Grup Admin M18 (Puji & Fitri)
Keutamaan Berdzikir
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ * الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya kebesaran bagi kaum yang berfikir, yakni mereka yang selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring seraya berfikir tentang penciptaan langit dan bumi (kemudian berkata): Ya Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari adzab api neraka" (QS. Ali-Imran: 190 - 191)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran bagi kaum yang berfikir. Yakni Suatu saat ketika Rasulullah SAW tengah shalat tahajjud, turunlah ayat ini dan beliaupun menangis. Bilal yang berada di dekat Rasulullah SAW melihat beliau menangis bertanya: "Mengapa engkau menangis, ya Rasulullah?" "Celakalah orang yang membaca ayat-ayat ini namun tidak juga mengambil pelajaran darinya" (QS. Ali Imran :190-191)
Digambarkan dalam 2 ayat di atas keterpaduan antara ayat qauliyah
dan kewajiban mentadabburinya serta ayat-ayat kauniyah dan kewajiban
mentafakkurinya. Kemudian juga antara kegiatan berzikir dan berfikir.
Rasulullah SAW sebagai pribadi mulia yang menjadi panutan
digambarkan sebagai orang yang diamnya fikir (senantiasa berfikir) dan bicaranya
adalah zikir (senantiasa berzikir). Beliau tidak pernah berdiam diri, melamun
yang tidak berguna, melainkan diamnya selalu dengan konteks berfikir. Begitu
pula bila beliau berkata-kata, seluruh kata-katanya mengandung zikir atau
paling tidak mengandung muatan zikir.
Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu dengan sebenar-benar taqwa (haqqa tuqatih) dan janganlah engkau mati melainkan dalam keadaan Islam"
Makna taqwa yang "haqqa tuqatihi" dijabarkan dalam hadits
sebagai berikut:
"Allah senantiasa kau ingat (dzikrullah) dan tidak kamu lupakan. Allah selalu kau syukuri (bersyukur kepada-Nya) dan tidak mengkufuri nikmatnya. Dan Allah senantiasa kau taati dan tidak kau kufuri" (QS. Ali-Imran : 102)
Salah satu ciri ketaqwaan yang hakiki ternyata adalah berzikir
pada-Nya di mana saja dan kapan saja. Artinya di dalam kondisi yang
bagaimanapun kita tetap mengingatnya, berzikir dengan hati, akal dan lisan
kita.
Zikirullah juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
keimanan. Dan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah akan mudah terperosok
atau terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan.
Karena Rasulullah SAW selalu berzikir di setiap kesempatan, maka
jika ada pertanyaan kapankah kita berzikir, jawabannya adalah di setiap waktu
dan tempat. Dan Hasan Al-Banna menuntut agar setiap a’dlo Ikhwanul Muslimin
ber-ittiba’ dan berqudwah kepada sunnah Nabi dengan cara menghafal lafal-lafal
zikirnya dalam rangka bertaqarrub kepada Allah.
Keutamaan atau Fadhilah Zikir
Dalam Al-Qur’an ada begitu banyak ayat yang memerintahkan kita
untuk memperbanyak zikir. Dan penjelasan tentang keutamaannya juga ada di
banyak ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw.
Bahkan di dalam Surah As Sajdah ayat 35 yang berisikan ciri-ciri
orang-orang yang akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dimulai dari
laki-laki dan perempuan yang muslim, mukmin, taat, jujur, sabar, khusyu,
bersedekah, berpuasa, menjaga kehormatannya hingga akhirnya puncak kriterianya
adalah orang yang banyak mengingat Allah.
Dan di surat yang sama tertera jelas firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا * وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama Allah) dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang” (QS. Al-Ahzab : 41-41)
Keutamaan zikir juga nampak dalam hadits-hadits ini:
"Aku terserah kepada persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Jika ia mengingat-Ku (berzikir) dalam dirinya, Aku akan menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam sebuah jama’ah, Aku akan menyebutnya di dalam jama’ah yang lebih baik dari mereka" (Hadits Qudsi, Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah)
Dan dalam hadits Hasan riwayat Tirmidzi dari Abdullah bin Yusr
r.a. Ada seorang berkata:
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam telah banyak ada padaku, maka beritahulah kepadaku sesuatu yang aku bisa berpegang teguh dengannya". Rasulullah pun bersabda: "Hendaklah lisanmu selalu basah karena berzikir kepada Allah".
Paling tidak ada beberapa keutamaan zikrullah yang dapat disebut
di antaranya ialah:
Memperoleh ketenangan hati dan ketenteraman jiwa. Iman dan kekuatan
zikir serta hubungan dengan Allah menjadi stabilisator jiwa, sehingga seseorang
selalu diliputi ketenangan dengan ketenteraman karena selalu ingat Allah.
Seorang mukmin tak akan bergembira berlebih-lebihan, melonjak-lonjak atau
terhanyut dalam kedukaan yang berkepanjangan.
Seperti dalam hadits Nabi SAW:
"Sungguh ajaiblah orang yang beriman. Bila diberi karunia ia bersyukur (mengembalikannya kepada Allah) dan itu baik untuknya. Bila diberi musibah ia bersabar dan itu lebih baik lagi untuknya"
Memberatkan timbangan hasanat di Yaumul Mizan. Kata Rasulullah ada
ucapan zikir yang ringan diucapkan dan berat timbangan kebaikannya di antaranya
ialah: Subhanallah, walhamdulillah walaa ilaha illallah wallahu akbar.
Dijauhkan dari segala tipu daya setan dan marabahaya. Dengan
seseorang rajin membaca zikir ma’tsurat misalnya di waktu pagi dan petang, maka
ia terhindar dari segala marabahaya yang datang dari syaitan jenis manusia
maupun jin. Tidak akan terkena terkena tipu daya setan, hipnotis, santet,
pelet, dan ilmu hitam lainnya.
Memperoleh keberuntungan dan kemenangan.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ * فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman jika sudah ada adzan/panggilan untuk shalat Jum’at, bersegerahlah untuk zikir kepada Allah dan tinggalkan jual beli, itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Maka jika sudah menunaikan shalat itu, bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah bagian dari karunia Allah dan berzikirlah kepada Allah banyak-banyak agar kalian beruntung (sukses)” (QS. Al-Jumu’ah: 9-10)
Jadi berzikir kepada Allah banyak-banyak adalah kunci
keberuntungan dan kemenangan. Sebagai alat kontrol dan
pengendali diri jika sudah berhasil meraih kemenangan dan kesuksesan.
Allah berfirman:
"Ketika pertolongan Allah, dan kemenangan sudah datang dan kamu lihat orang-orang berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah (Islam) keseluruhannya, maka bertasbihlah memuji Rabbmu dan beristigfarlah. Sesungguhnya Ia Maha Pengampun" (QS. An Nasr : 110)
Ayat itu mengingatkan kita agar tetap berzikir seandainya
kemenangan sudah kita raih karena zikir akan jadi pengendali agar kita tidak
lupa diri, ghurur atau takabbur.
Adab Berdzikir
Zikir bukanlah sebatas zikir ucapan saja melainkan segala sesuatu
yang ada unsur taqarrub dan muraqabatullah. Oleh karena itu taubat juga dapat
disebut zikir, begitu pula tafakkur, menuntut ilmu dan mencari ma’isyah yang
halal. Sehingga seorang Muslim dapat berzikir di setiap waktu dan tempat
sepanjang ia selalu dalam rangka mendekatkan diri pada Allah dan senantiasa
merasa diawasi oleh Allah.
Namun jika kita berzikir tanpa memperhatikan adab-adabnya, maka ia
sekedar gumaman kata-kata yang terucap tanpa menimbulkan makna atsar, bekas dan
pengaruhnya dalam bzikir
5 Adab yang terpenting dan paling utama untuk dijaga dan
diperhatikan yakni:
Khusyu’ atau menghadirkan hati dan pikiran dalam memahami makna
lafal yang terucap. Kemudian berusaha terwarnai oleh zikir tersebut dan
berusaha menjalani maksud dan tujuannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Merendahkan suara sebisa mungkin, dengan konsentrasi yang penuh
dan iradah (kemauan) yang besar sehingga tidak terganggu atau mengganggu yang
lain. Terkait dengan ini, Allah Taala berfirman
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’raf:205)
Sesuai atau seirama dengan jama’ah (baik dalam nada dan volume
suara) agar tercipta harmoni dan kebersamaan, jika kita kebetulan berzikir
bersama jama’ah. Usahakan agar tidak mendahului, lebih lambat atau lebih keras
dari bacaan yang lain. Bahkan seandainya datang terlambat sementara yang lain
sudah memulai berzikir, hendaknya kita langsung mengikuti bacaan mereka. Baru
kemudian di akhir zikir, kita mengqadha’ bacaan zikir yang belum sempat kita
baca. Tidak diperkenankan kita membaca yang lain dengan bacaan yang tengah
dibaca jama’ah agar tidak mengacaukan bacaan yang lain dan mengganggu harmoni
kebersamaan.
Bersih pakaian dan tempat serta memperhatikan/memilih
tempat-tempat yang terhormat seperti masjid dan waktu-waktu yang sesuai. Semua
itu dimaksudkan agar semakin menambah pengkristalan iradah, kejernihan hari dan
ketulusan niat.
Mengakhiri zikir dengan penuh adab dan kekhusyu’an, menjauhi
kesalahan dan main-main. Karena hal itu dapat menghilangkan faedah dan pengaruh
zikir. Jika kesemua adab berzikir tersebut diperhatikan, dijaga dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, insya Allah kita akan bisa mendapatkan
manfaat sebesar-besarnya dari zikir yang kita baca. Kemudian akan terasa
lezatnya di hati, menjadi cahaya bagi ruhani dan melapangkan dada agar dicurahi
dengan limpahan rahmat Allah Taala.
Karena Rasulullah SAW selalu berzikir di setiap kesempatan, maka
jika ada pertanyaan kapankah kita berzikir, jawabannya adalah di setiap waktu
dan tempat. Dan Hasan Al-Banna menuntut agar setiap a’dlo Ikhwanul Muslimin
ber-ittiba’ dan berqudwah kepada sunnah Nabi dengan cara menghafal lafal-lafal
zikirnya dalam rangka bertaqarrub kepada Allah.
Digambarkan dalam 2 ayat di atas keterpaduan antara ayat qauliyah
dan kewajiban mentadabburinya serta ayat-ayat kauniyah dan kewajiban
mentafakkurinya. Kemudian juga antara kegiatan berzikir dan berfikir.
Rasulullah SAW sebagai pribadi mulia yang menjadi panutan
digambarkan sebagai orang yang diamnya fikir (senantiasa berfikir) dan
bicaranya adalah zikir (senantiasa berzikir). Beliau tidak pernah berdiam diri,
melamun yang tidak berguna, melainkan diamnya selalu dengan konteks berfikir.
Begitu pula bila beliau berkata-kata, seluruh kata-katanya mengandung zikir
atau paling tidak mengandung muatan zikir.
Dalam QS. Ali-Imran:102, Allah Taala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu dengan sebenar-benar taqwa (haqqa tuqatih) dan janganlah engkau mati melainkan dalam keadaan Islam”
Makna taqwa yang "haqqa tuqatihi" dijabarkan dalam
hadits sebagai berikut: "Allah senantiasa kau ingat (dzikrullah) dan tidak
kamu lupakan. Allah selalu kau syukuri (bersyukur kepada-Nya) dan tidak
mengkufuri nikmatnya. Dan Allah senantiasa kau taati dan tidak kau
kufuri".
Salah satu ciri ketaqwaan yang hakiki ternyata adalah berzikir
pada-Nya di mana saja dan kapan saja. Artinya di dalam kondisi yang
bagaimanapun kita tetap mengingatnya, berzikir dengan hati, akal dan lisan
kita.
Zikirullah juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
keimanan. Dan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah akan mudah terperosok
atau terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan.
Karena Rasulullah SAW selalu berzikir di setiap kesempatan, maka
jika ada pertanyaan kapankah kita berzikir, jawabannya adalah di stiap
waktu. sebaiknya agar setiap manusia ber-ittiba’ dan berqudwah
kepada sunnah Nabi dengan cara menghafal lafal-lafal zikirnya dalam rangka
bertaqarrub kepada Allah. Jadi berzikir kepada Allah banyak-banyak adalah kunci
keberuntungan dan kemenangan.
Sebagai alat kontrol dan pengendali diri jika sudah berhasil
meraih kemenangan dan kesuksesan. Dalam QS. 110, Allah berfirman: "Ketika
pertolongan Allah, dan kemenangan sudah datang dan kamu lihat orang-orang
berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah (Islam) keseluruhannya, maka
bertasbihlah memuji Rabbmu dan beristigfarlah. Sesungguhnya Ia Maha
Pengampun". Ayat itu mengingatkan kita agar tetap berzikir seandainya
kemenangan sudah kita raih karena zikir akan jadi pengendali agar kita tidak
lupa diri, ghurur atau takabbur.
TANYA JAWAB
1. Ustadzah, apakah mengulang hafalan termasuk
berdzikir?
Jawab : Murojaah (mengulang hafalan) bisa juga di kategorikan
wirid quran. Jadi bisa disebut dzikir. Karena dzikir mengingat Allah atau
menyebut nama Allah.
2. Apa dzikir boleh dilakukan sambil
melakukan aktivitas lain dari pada pikiran kosong atau melamun seperti saat
menyapu, setrika dan lain-lain?
Jawab: Boleh tapi Lebih afdholnya tumakninah (khusyu’)
3. Tentang dzikir pagi dan petang apa
ada batasan jam atau waktunyakah? Pagi dari jam berapa sampai dengan jam berapa?
Juga dzikir yang sore?
Jawab : Dzikir pagi dari subuh hingga dhuhur. Dan sore hari dari
ashar hingga ba'da isya'. Barangsiapa melalaikannya, dzikir hendaklah tidak meninggalkan
sebagiannya agar tidak terbiasa mengabaikannya.
4. Ustadzah, bagaimana kalau zikir
yang dibaca ada bacaan al-qurannya sedang kita dalam kondisi haid atau nifas?
Jawab : Dalil wanita haidh membaca Al-Quran adalah dari
Aisyah ra berkata bahwa:
عائشة رضى الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يذكر الله تعالى على كل أحيانه رواه مسلم
“Nabi SAW selalu dalam keadaan berzikir kepada Allah SWT” (HR. Muslim)
5. Ustadzah, kalau haid apakah
sholatnya di qadha?➡
Jawab : Tidak.
6. Ustadzah, kalau dzikir dalam hati
terus ngantuk, mata berat, apa di dalam diri saya banyak setannya?
Jawab : Dengan memperhatikan adab-adab dzikir, konsentrasi
penuh semangat. Khusyu’ sopan menghayati makna makna kalimat. Kejernihan hati
kelurusan niat. Bersih pakaian dan tempat dan waktu waktu yang sesuai.
Jika pagi dari subuh hingga dhuhur. Jika petang atau sore dari ashar hingga
bada isya. Jadi, jika memperhatikan adab-adabnya biidznillah tidak mengantuk. Wallahu'alam bishshowab
Mengantuk juga rahmat Allah. Tapi jika terlalu sering, perlu
kontrol kesehatan bisa dengan check up. Herbal habatussaudah untukbimun dan agar
tidak kelelahan dan sebagainya. Atau bisa juga dengan puasa : detoksifikasi
alami atau bekam untuk membuang racun tubuh supaya lebih produktif tidak sering
mngantuk. Atau bisa juga karena faktor kelelahan asupan yang kurang seimbang dengan
kegiatan atau aktifitas yang dilakukan. Jadi banyak faktor penyebab
mengantuk. Yang bisa kita atasi sesuai dengan indikatornya. Wallahu'alam bishshowab..
7. Ustadzah, apa hukumnya seseorang yang
sudah menikah seorang istri menceritakan masalah rumah tangga nya kepada suami
orang (dulu teman sekolah) dan minta solusi pada suami orang tersebut?
Jawab : Sesungguhnya istrimu adalah pakaian suami. Dan suami
adalah pakaian istri. Sebisa mungkin untuk menjaga amanah rumah tangga dengan menyelesaikan
problema dengan cara yang ahsan dan di ridhoi Allah. Lebih banyak curhat kepada
Allah lebih baik. Jika cara lain bisa dengan meminta nasihat
ustadz atau ustadzah yang faqih dalam agma. Sehingga bisa menjaga rahasia.
8. Assalamualaikum.. Dzikir
asmaulhusna boleh tidak ya?
Jawab : Wa’alaikumussalam.. Sangat boleh dan dianjurkan kita
mnghafal dan menghayati. Supaya mengalir sifat Allah dalam diri kita... Aamiin.
9. Kalau sedang haid, untuk berdzikir wudhu
terus pake mukena atau cukup yang pnting menutup aurat?
Jawab : Cukup menutup aurat
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu
yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Amiin....
Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum...
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment