MANAJEMEN WAKTU

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, February 18, 2015


Kajian WA Hamba الله SWT
Kamis 18 Februari 2015
Ustadz Tribuana (Manajemen Waktu)
Editor: Wanda Vexia
Grup Ummi M14 (Rumi & Dewi) 


Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuk baginya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

Manajemen Waktu Menurut Islam
Dalam Islam waktu adalah suatu hal yang penting, mengapa? Dalam surah Al ‘Ashr ayat 1-3 Allah SWT berfirman “Demi Masa (Waktu)…” yang menunjukkan betapa berharga dan pentingnya waktu tersebut.

Selain itu dalam hadits Nabi SAW. berpesan agar kita manfaatkan 5 masa atau waktu :
“Masa muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, luang sebelum sibuk, hidup sebelum mati” (HR.Al-Baihaqi)

Dalam aturan-aturan terkait ibadah mahdhoh seperti sholat, puasa, zakat, haji pun memberi penekanan pada waktu. Allah memberikan kita setiap hari “modal” waktu dan kepada semua manusia di muka bumi ini adalah sama 24 jam. Namun, ada berapa orang yang bisa “berbuat lebih” seperti :
  • Rasulullah SAW : Dalam waktu 23 tahun bisa membangun peradaban Islam yang tetap ada sampai sekarang. Ikut 80 peperangan dalam tempo waktu kurang dari 10 tahun, santun terhadap fakir miskin, menyayangi istri dan kerabat, dan yang luar biasa adalah beliau seorang pemimpin umat yang bisa membagi waktu untuk umat dan keluarga secara seimbang!!
  • Zaid bin Tsabit RA : Sanggup menguasai bahasa Parsi hanya dalam tempo waktu 2 bulan! Beliau dipercaya sebagai sekretaris Rasul dan penghimpun ayat Quran dalam sebuah mush’af
  • Abu Hurairah : Masuk Islam usia 60 tahun. Namun ketika meninggal di tahun 57 H, beliau meriwayatkan 5374 Hadits! (Subhanallah!)
  • Anas bin Malik : Pelayan rasulullah sejak usia 10 tahun, dan bersama rasul 20 tahun. Meriwayatkan 2286 Hadits.
  • Abul Hasan bin Abi Jaradah (548 H) : Sepanjang hidupnya menulis kitab-kitab penting sebaganyak tiga lemari.
  • Abu Bakar Al-Anbari : Setiap pekan membaca sebanyak sepuluh ribu lembar.
  • Syekh Ali At-Thantawi : Membaca 100-200 halaman setiap hari. Kalkulasinya, berarti dengan umurnya yang 70 tahun, beliau sudah membaca 5.040.000 halaman buku. Artikel yang telah dimuat di media massa sebanyak tiga belas ribu halaman. Dan yang hilang lebih dari itu.
Masih banyak lagi contoh-contoh luar biasa lainnya. Kenapa tidak banyak orang yang bisa menyamai mereka? Padahal waktu yang diberikan Allah kepada mereka sama dengan waktu yang diberikan Allah pada hambaNya yang lain? Jawabannya adalah kecerdasan manajemen waktu.

Saat ini kita dicekoki dengan pendapat bahwa dalam sehari manusia harus tidur minimal 8 jam. Padahal kalau kita cermati kalau kita tidur 8 jam sehari itu artinya kita sudah memanfaatkan waktu kita 1/3 hari untuk tidur

Bayangkan kalau rata-rata umur manusia saat ini 60 tahun maka bisa kita artikan 20 tahun umur manusia digunakan untuk tidur! Cukuplah bagi kita untuk tidur selam 3-7 jam saja dalam sehari asalkan “berkualitas”.

Lalu timbul sebuah pertanyaan BAGAIMANAKAH TIDUR YANG BERKUALITAS itu?

Manajemen Tidur Berkualitas
- Tidur 3-7 jam
- Tidur di awal malam dan bangun pada 1/3 malam terakhir
- Berwudlu sebelum tidur
- Membersihkan tempat tidur
- Mematikan lampu (meningkatkan melatonin)
- Tidur dengan posisi yang benar (miring ke kanan)
- Berdzikir dan berdoa

Tips-Tips Manajemen Waktu
1. Membuat target dan perencanaan
Tulislah target jangka pendek dan jangka panjang, selalu manfaatkan waktu luang. Contoh: saat dalam perjalanan selalu bawa buku atau Al Quran. Pada saat perang Khandaq, Rasulullah membuat strategi pembuatan Parit yang sangat terencana sehingga bisa selesai tepat waktu.

2. Mempersiapkan rencana cadangan
Ingat!!! Manusia hanya bisa merencanakan, dan mutlak Allah sajalah yang berhak untuk menetukan. Ketika perang mu’tah, Rasulullah menunjuk 3 orang panglima perang untuk bersiap-siap. Jika panglima pertama syahid maka akan digantikan panglima kedua, dst.

3. Program yang dibuat dalam mencapai target harus realistis, terukur dan adil
Target boleh melangit tapi program mesti membumi. Adil dalam artian tidak merugikan orang lain. Saat perang Khandaq, umat islam yang jumlahnya hanya 3 ribu harus mengalahkan pasukan romawi yang jumlahnya 10 ribu. Jika dipikir secara logika mungkin hal itu hanyalah sebuah mimpi, namun dalam pelaksanaannya tetap membumi yakni dengan strategi pembuatan parit sehingga umat Islam bisa memenangkan peperangan.

4. Disiplin dalam rencana
Ketidak disiplinan dalam perencanaan bisa berakibat fatal. Ingat pepatah bijak “Gagal merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan”. Kalau kita cermati kisah perang uhud, maka dapat diambil ibroh bahwa sesungguhnya yang menyebabkan kekalahan umat islam ketika itu adalah pasukan pemanah yang dipersiapkan untuk berjaga-jaga di bukit uhud tidak disiplin meninggalkan posisinya karena ghonimah perang yang ada di bawah bukit sehingga musuh yang hampir kalah malah menyerang balik.

5. Sempurna dalam beramal (itqon=profesional)
Sebaiknya kita menyelesaikan satu masalah dulu baru berganti ke masalah yang lain.

6. Tentukan skala prioritas
Imam Hasan Al Banna mengatakan “Sesungguhnya kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang tersedia”, jadi suatu hal yang penting bagi kita untuk menentukan skala prioritas dalam pelaksanaannya dimulai dari penting dan mendesak, tidak penting tapi mendesak, penting tapi tidak mendesak, dan tidak penting dan tidak mendesak. Tapi jangan pula kita membenturkan sesuatu yang seharusnya tidak berbenturan. misalnya kuliah dengan syuro, dan sebagainya

Wallahu a'lam bish showwab

TANYA JAWAB
1. Pada awalny saya mendirikan sebuah lembaga PAUD, namun ditengah jalan saya melihat beberapa kasus diluar rencana, seperti kedatangan para janda (3 janda dan 2 anak yatim) di lingkungan saya dengan nota bene mereka masih kontrak rumah, sehingga saya berencana lembaga saya berkembang ke panti sosial, menampung beliau-beliau ini, terus ada permintaan pelatihan kursus juga di lingkungan saya, sehingga saat ini saya malah mempunyai lembaga panti sosial, lembaga kursus, juga lembaga PAUD. Sehingga dibilang itu diluar rencana saya, apakah saya bisa di kategorikan orang yang rakus, atau tergesa-gesa dalam mengambil langkah. Mohon pencerahannya ustadzah...

Jawab: Bukan termasuk orang yang rakus. Karena bukankah kita harus berfastabikhul khoirot untuk melaksanakan kebaikan?

Fastabiqul Khairat, Berlomba Berbuat Kebaikan

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS: Al-Baqarah Ayat: 148)

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan fastabiqul khairat (berlomba-lombalah atau bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul bab "bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun".

Berikut beberapa poin bagaimana Imam An Nawawi memahami ayat tersebut:
(a) Melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan.

Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas.

(b) Untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling tolong menolong. Kita harus membangun lingkungan yang baik. Lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat kebaikan. Dalam sebuah hadits yang menceritakan seorang pembunuh seratus orang lalu ia ingin bertaubat, disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan taubat tersebut disyaratkan agar ia meninggalkan lingkungannya yang buruk. Sebab tidak sedikit memang seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. 

Karena itu Imam An Nawawi menggunakan "al hatstsu" yang artinya saling mendukung dan memotivasi. Sebab dari lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah.

Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan yang dalam. Imam An Nawawi mengatakan "bil jiddi min ghairi taraddud". Kalimat ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kebaikan dicapai oleh seseorang yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk mendorong segera beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik. Sebab boleh jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir. 

Uqbah bin Harits RA pernah suatu hari bercerita: “Aku shalat Ashar di Madinah di belakang Rasulullah SAW, tiba-tiba selesai shalat Rasulullah segera keluar melangkahi barisan shaf para sahabat dan menuju kamar salah seorang istrinya. Para sahabat kaget melihat tergesa-gesanya Rasulullah. Lalu Rasulullah keluar, dan kaget ketika melihat para sahabatnya memandangnya penuh keheranan.

Rasulullah SAW lalu bersabda,
"Aku teringat ada sekeping emas dalam kamar, dan aku tidak suka kalau emas tersebut masih bersamaku. Maka aku segera perintahkan untuk dibagikan kepada yang berhak". (HR. Bukhari)

Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi.
Wallahu a'lam

2. Assalamualaikum ustadz, apa ada jurus-jurus me managemen waktu untuk anak-anak kita ustadz?

Jawab: Melatih Manajemen Waktu Kepada Anak
07 Februari 2014
Kemampuan mengatur waktu harus ditanamkan sejak usia dini. Bagaimana cara yang tepat?
Kemampuan mengatur waktu harus ditanamkan sejak usia dini.

Bagaimana cara yang tepat? 
Semakin besar, anak semakin bebas menggunakan waktu. Ada yang memanfaatkannya dengan baik, ada juga yang tidak. Idealnya anak dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Namun sayangnya, di sekolah anak tidak diajarkan untuk pandai mengatur waktu. Nah, tugas orang tualah yang mengajarkannya. 

Berikut ini empat tips untuk mengajar anak pentingnya manajemen waktu:

1. Bedakan antara penting dan mendesak
Bantu anak Anda membedakan antara hal yang penting dan yang mendesak. Hal yang penting adalah hal yang berharga untuk kehidupan anak. Sementara, hal yang mendesak adalah hal yang memerlukan tindakan cepat. Tentu saja apa yang paling penting dan paling mendesak bagi setiap orang berbeda-beda. Dorong Anak untuk bisa memilah mana yang paling penting dan paling mendesak terlebih dahulu. 

2. Buatkan tabel waktu
Buatkan tabel waktu untuk anak Anda dengan beberapa kategori, seperti keluarga, sekolah, olahraga, dan teman. Untuk sekolah, Anda bisa membuat kolom untuk pekerjaan rumah atau materi ulangan. Anda pun bisa membuat subkatergori lain sesuai kebutuhan anak Anda. Tabel waktu membantu anak Anda untuk mengetahui pekerjaan yang sudah diselesaikan atau belum, sehingga manajemen waktu tertata rapi. 

3. Latihan
Latih anak Anda menggunakan tabel waktu. Ajak mereka membuat keputusan tentang bagaimana memanfaatkan waktunya. Beri ia skala prioritas yang harus dilakukan pertama, kedua, dan ketiga. Misalnya, jika ia ingin pergi ke rumah teman, tapi juga harus belajar untuk ulangan. Jika hendak belajar sore, ia mungkin dapat tinggal di rumah temannya hingga jam makan malam. Bisa juga, dorong ia untuk belajar kelompok bersama teman-temannya. 

4. Mengecek
Anda perlu mengecek tabel waktu sang buah hati untuk mengetahui bagaimana anak memanfaatkan waktu. Bila ada yang terlewat, ajak anak mengobrol. Tanyakan mengapa bisa dan apa yang menghambatnya. Jika perlu, luangkan waktu setiap malam untuk membantu dia memilih lima atau enam prioritas pada hari berikutnya. 

5. Jadilah teladan
Sebagai orang tua, penting bagi Anda untuk menjadi teladan bagi anak-anak. Jika Anda bisa memanfaatkan waktu dengan disiplin, otomatis anak akan meniru Anda. Manfaatkan hal ini sebagai pengajaran langsung kepada anak.Wallahu a'lam

3. Assalamu'alaikum ustadzah, saya punya kebiasaan jelek, waktu gadis suka sekali yang namanya tidur. Tidur siangpun sampai ber jam-jam. Namun setelah menikah dan punya anak, frekwensi tidur pengen saya rubah. Karena memang menghabisakn waktu. Tapi entah kenapa setelah saya mencoba 1-2 hari bisa. Tapi di hari ke 3 langsung jatuh sakit. Sepertinya badan saya ga kuat dengan tidur waktu sedikit. Mohon jalan keluarnya. Saya harus bagaimana, karena kebiasaan saya itu memang harus dirubah.

Jawab: Berlatihnya pelan-pelan dulu ya bunda. Biar tubuhnya ga kaget sama seperti melatih anak kecil berpuasa Ramadhan. 


4. Yang menyarankan 8 jam sehari itu, ilmu kedokteran yang non muslim ya ustazah? 

Jawab: Dari Morgenthaler. Sepertinya beliau memang non muslim.

5. Ustadzah, mulai sejak usia berapa anak diajarkan disiplin waktu? Dan biasanya anak dibiasakan untuk tidur siang berapa jam tidur yang efektif untuk anak sekolah dasar?

Jawab: Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abi thalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan atau penggolongan usia:

Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.

Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.

Untuk tidur siangnya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak karena tiap anak memiliki pola tidur yang berbeda. Intinya tidak ada pemaksaan.


Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Amiin....

Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
"Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum... 

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!