Assalaamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh..
kali inikajian mengenai Menyayangi semua orang dan semua hal, tetapi percayalah hanya pada beberapa.
awesome!
بسم الله الر حمن الر حيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di
JannahNya..
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti. InsyaaLlah..
Aamiin
Isi Materi
Love All, but Trust a Few | The Letter 'D' -
https://denisrahadian.wordpress.com/2013/04/25/love-all-but-trust-a-few/
Oleh
Lara Fridani
Seorang ibu bercerita tentang anak remajanya yang sedang
kecewa berat karena merasa dikhianati oleh sobat yang dia sayangi. Mungkin bagi
orang dewasa, masalahnya nampak sepele, karena hanya seputar ‘game’, namun
ternyata ‘kisahnya’ tak sesederhana itu.
“Hanya 2 orang teman yang tahupassword– ku. Aku yakin sekali
dia yang ambil. Karena sebelumnya level game dia masih
rendah, eh tiba tiba dalam sekejap bisa jadi melejit tinggi. Dan yang bikin
aku yakin, dia pakai ‘peralatan’ punyaku. Terus, dia pakai pamer segala di
status fb-nya, katanya ‘OOOH …LOOK AT MY NEW ITEMS MATE’….!” Kata sang
anak sambil memanyunkan bibirnya dengan emosi.
Sang ibu hanya geleng- geleng kepala dan berusaha mencairkan
suasana. ‘Sudahlah… masa gara-gara hal kecil begitu, kalian tak mau bersahabat
lagi?“
Sang anak berbalik protes pada ibunya. “Mom, If he is
careless with small things, how can I trust him with other big matters?
You told me that we have to be ‘aman’……eh amanah! Temanku gak amanah!”
sambungnya lagi masih berapi-api.
“Well okay….but you know… ‘A lie has no future’…. so please
calm down! jawab sang ibu sekenanya.
Mempertahankan sebuah kepercayaan pada seorang sahabat
memang tidak mudah. Perlu kebersamaan, perlu keyakinan, perlu pengorbanan
dan perlu bukti. Di satu sisi, idealnya, sang sahabat harus punya
kriteria tertentu untuk layak dipercaya sehingga bisa menjaga
‘password-password’ kita. Di sisi lain, Idealnya, kita pun harus waspada untuk
memilih teman yang tepat yang bisa dipercaya untuk memegang ‘amanah’
tersebut. Namun adakalanya, bocornya rahasia seseorang pada temannya tidak
mengikuti kedua ‘standar’ ini. Terkadang kita lupa bahwa dari sekian
banyak teman yang kita sayangi, bukan tidak mungkin kalau hanya ‘a few’ yang
bisa dipercaya.
Katakanlah tentang cerita yang lebih serius- bukan sekedar
cerita game versi anak-anak- yang terjadi pada seorang ibu muda dengan karir
bagus. Saat emosinya memuncak akibat bertumpuknya masalah seputar hubungan
dengan suaminya, seorang teman kerja yang selama ini sering berkolaborasi
dengannya dijadikannya sebagai tempat curahan hati. Sekalipun sang ibu
muda tidak punya keyakinan utuh, bahkan tidak punya bukti yang cukup
bahwa teman kerjanya ini memang layak dipercaya, apalah daya, di saat
yang ‘sensitif’ itu, dialah orang yang berada bersamanya. Jadilah dia
membeberkan tentang ‘kelemahan’ suaminya sehingga walau sekian
tahun telah menikah, mereka belum dikarunia seorang anak.
Sang teman yang mendapat rahasia besar ini ternyata juga
ingin berbagi ‘rasa prihatin’ tersebut kepada yang lain. Tanpa bermaksud
‘membuka aib’ (katanya) , dia tuliskan dalam status fb-nya tentang dukacitanya
tersebut. Jadilah tebak menebak di antara para pembaca status hingga rahasia
sang ibu muda menyebar ke seluruh sudut kantor. Komentar pun berdatangan mulai
dari pernyataan ikut berempati hingga pernyataan yang menunjukkan ego diri.
“Aduuuh kasihan ya, dia tertipu…untung suamiku gak begitu!”
“Ya ampuuun, kenapa masih bertahan sampai sekarang?!”
“ Makanya, nyari jodoh kok sembarangan, bukannya lihat-lihat
dulu!”
Solusi dari berbagai cerita ini bisa berhenti pada
‘sad ending’, jika kedua belah pihak tidak punya standar yang ‘jelas’ sehingga
terus berargumen karena tak mau disalahkan. Dalam kasus game, ketika sang anak
menegur ketidakjujuran temannya karena mencuri ‘password’nya, sang teman
spontan membuat pertahanan diri. Mulai dari tidak mengaku berbuat, hingga
terpojok harus mengaku, tapi akhirnya membagi kesalahan tersebut bukan
hanya untuk dirinya, tapi juga pada pemilik password karena sang teman
merasa harga dirinya menjadi jatuh di depan teman yang lain. Dalam
kasus rahasia sang ibu muda, teman sekantornya tak mau dipersalahkan karena
saat curhat sang ibu muda tidak mengatakan padanya untuk berjanji tidak
menyebarkan aib ini ke teman-teman yang lain. Apalagi dalam statusnya dia tidak
menyebutkan nama sang ibu muda sama sekali. Sungguh ‘tricky’.
Keluar dari konteks ‘sekedar cerita’, saya sangat terkesan
dengan nasehat guru saya mengenai praktek menjaga kepercayaan atau amanah
ini. Beliau mengingatkan Firman Allah tentang keyakinan orang –orang yang
beriman bahwa Allah maha mengetahui segala yang kita sembunyikan dan segala
yang kita nyatakan. Beliau juga mengatakan bahwa orang beriman memiliki
‘standar yang jelas’ tentang amanah. Ada beberapa tingkatan amanah yang harus
kita lakukan. Prioritas utama adalah amanah Allah, amanah Rasullullah, barulah
kemudian amanah antara sesama orang beriman. Melaksanakan amanah Allah dan
RasulNya adalah yang terpenting, terbesar dan terberat tanggungjawabnya.
Seseorang yang mampu menjaga amanat Allah dan RasulNya pastilah mampu untuk
menjaga kepercayaan sesamanya. Dengan kemampuan menjaga amanah
/kepercayaan Allah dan Rasulnya, hal ini akan menjadi pertahanan yang
kuat bagi seseorang untuk melaksanakan amanah sebaik-baiknya. Sebaliknya, akan
sangat berat bagi seseorang untuk bisa melaksanakan kepercayaan yang diberikan
sesama manusia jika kepercayaan dari Allah dan Rasulnya dia abaikan.
Suatu kepastian bahwa aturan dalam Islam sangat
bermanfaat sebagai rujukan pertama bagi kita dalam memilih teman-teman yang
amanah. Jika ada pengalaman masa lalu kita yang ‘tidak sukses’ dalam memilih
teman yang bisa dipercaya, tentunya bisa dijadikan sebuah pelajaran yang
berharga. Selanjutnya, kita perlu terus menata diri untuk menjalankan amanah
Allah dan RasulNya agar bisa menjadi orang yang dicintai dan menjadi bagian
dari ‘a few people’ yang layak untuk dipercaya. Aamiin.
Rasulullah SAW bersabda :
Tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanah. Dan
tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.
******************TanyaJawa******************
- 1. Assalamualaikum bunda lara,,bunda kalo kita sudah menutup
rapat2 rahasia teman kita karna teman kita itu sudah berpesan jangan ngomong2
lagi sama siapapun,tapi suatu hari rahasia yang dia ceritakan ke
kita,terbongkar bun karna cerita dari dia sendiri,apakah amanah itu sudah tidak
terbebani oleh kita bun?yang awalnya di suruh jangan cerita2 ke yang lain.
Jawaban:
Wlkmslm wr wb.masing2 kita bertanggung jawab dengan amanah yang kita emban sekaligus bersiap menanggung resikonya.
Masalah rahasia yang tersebar dari pihak pribadi tsb, bukan tanggung jawab kita, asalkan kita tak memandang hal itu sudah terlanjur d an memperlebar informasinya lebih luas. Amanah tetap amanah
*****************Penutup******************
Kita tutup dg Doa Kafaratul majlis
اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ
اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ
اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
=================
Kajian Online Hamba الله
Hari/tgl: 16 September 2015
narasumber: Ustzh. Lara
Tema: love all, but
trust a few
Notulen: Nina
Admin: Qq & Ranie
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment