Kajian Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 29 September 2015
Narasumber : Ustadzah
Meily
Rekapan Grup nanda M110 (Qq)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
TIPS
MELAPANGKAN HATI
Alhamdulillah...segala
puji bagi Allah yang menurunkan ketenangan kepada diri kita. Allah yang
memberikan islam sebagai pegangan hidup manusia dan penuntun diatas jalan yang
lempang.
Allah
maha penyayang, sayangnya tak terbilang. Allah maha pengasih tak pernah pilih
kasih. Allah yang maha tau tanpa diberi tau.
Sholawat
dan salam kepada Rosulullah sosok dai yang sabar tawadhu pendidik ummat dan
panutan terbaik bagi ummat yang membawa risalah kebaikan dan kebenaran.
Nanda-nanda
sholihaat yang memiliki ketabahan luar biasa dalam menanti hari-hari penyempurna
separuh diennya, pada kesempatan ini ingin sekali berbagi tausiah untuk diri saya
pribadi khususnya dan untuk semuanya disini.
Pengen
cerita, boleh tak nee?
Suatu
ketika hiduplah seorang pak tua yang bijak. Dikala pagi hari datanglah seorang
anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan raut muka
yang ruwet.
Tamu
itu memang nampak tak bahagia. Tanpa buang waktu pemuda itu menceritakan
masalahnya.
Pak
tua hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan
meminta tamunya untuk mengambil segelas air.
Ditaburkannya
kedalam gelas lalu diaduklah perlahan.
Pak
tua meminta tamunya untuk meminum air garam digelas dan bertanya bagaimanakah
rasanya.
Sang
tamu menjawab rasanya suangat pahit.
Pak
tua lalu tersenyum. Lalu mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga. Lalu
kembali pak tua menaburkan segenggam garam kedalam telaga. Lalu diaduk dengan
sepotong kayu.
Dibuatnya
gelombang mengaduk aduk dan tercipta riak air. Mengusik ketenangan telaga itu.
Lalu ia meminta sang pemuda untuk meminumnya dan menanyakan rasanya.
Segar
jawab tamunya.
Apakah
kau merasakan garam di dalam air itu? Tidak jawab sang pemuda.
Lalu
pak tua menepuk bahu sang pemuda dan mengajaknya duduk.
Beliau
berkata pahitnya kehidupan layaknya segenggam garam.
Tak
lebih tak kurang.
Jumlah
dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama, tapi kepahitan yang
kita rasakan akan tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan
itu akan di dasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya.
Itu
semua tergantung dari hati kita.
Jadi
pada saat kita merasakan kepahitan kegagalan dan penderitaan dalam hidup kita
hanya ada 1 hal yang bisa kita lakukan.
LAPANGKANLAH
DADAMU. LUASKANLAH HATIMU UNTUK MENAMPUNG SETIAP KEPAHITAN ITU.
Hatimu
adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat menampung
segalanya.
Jadi
janganlah hati mu menjadi seperti gelas buatlah laksana telaga yang mampu
meredam setiap kepahitan dan merubah menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Maasya
Allah...nanda sholihah..how? Bisakah kita menciptakan hati seperti telaga?
Laa
yukallifullahu nafsan illaa wus'ahaa.
Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Albaqoroh
ayat 286).
Ujian
kehidupan yang Allah berikan pada setiap orang sesungguhnya dalam jumlah kadar yang
sama. Tidak lebih dan tidak kurang.
Ehm
jadi inget sinetron uttaran...pada nonton ga...subhanallah...kehidupan yang
luar biasa menyesakan...dan meneteskan airmata...
Jikalau
ada orang yang merasa begitu tertekan dengan persoalan hidupnya, maka hal itu
sangat mungkin dikarenakan orang tersebut tidak menyiapkan tempat yang luas
dihatinya.
Sehingga
yang dirasakan adalah kepahitan saja.
Jika
saja tempatnya diperluas maka rasa asin garam ujian justru akan membuat hidup
menjadi lezat.
Ibarat
kala dirimu ukhti masak terus kebanyakan garamnya kan biasanya pada ngomong
tuh, wah ini yang masak nampaknya mau nikah deh, masakannya asin.
Nah
jadi solusinya kalau masakanmu keasinan ambilah wadah yang lebih luas.
Kalau
takaran masakan pertama untuk 1 porsi buat deh jadi 2 porsi.
Biar
ngga terasa asin lagi masakannya.
Insya
Allah masakannya jadi lezat apalagi masaknya sambil senyum yang manissss...
Bahkan
dikala makanan yang asin tadi kita perbanyak diwadah yang lebih besar bukan
hanya kelezatan yang kita rasakan tapi kebahagiaan karena kita mampu berbagi
rasa dengan orang lain. Bagi-bagi deh masakannya sekampung. Hihi.
Berbagi
rasa dan masalah..tapi hati-hati kalau curhat pilih-pilih tempat yaa...
Ukhti
sholihaat...terkadang kita melihat orang lain ada rasa kesal dengan tingkah
laku yang kurang baik dari seseorang.
Ternyata
rahasia mampu berramah tamah itu terletak dari kesanggupan kita untuk berlapang
hati dalam menyikapi seseorang...hiks
Cara
bergaul yang menyenangkan dan penuh kasih sayang plus kehormatan hanyalah milik
orang-orang yang berlapang dada.
Bagi
mereka yang berhati sempit perkara kecil saja cukup membuatnya tersinggung dan
sangat mungkin akan ditanggapi negatif hingga hal itu kemudian menjadi masalah
besar.
So..bagaimana
cara agar kita bisa membuat hati menjadi luas? Jiwa yang lapang khususnya pada
saat ngadepin masalah.
Setidaknya
ada 2 hal yang dapat kita lakukan ukhti agar hati kita menjadi lapang.
Pertama,
yaitu berdoa kepada Allah agar kita diberikan kelapangan dada. Ingat cerita
nabi Musa yang mohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan menghadapi firaun yang
terkenal dengan seorang raja yang kejam. Coba cek surat thoha ayat 25 sampe 28.
ROBBISROHLII
SODARIIII WAYASSIRLI AMRI WAHLUL UQDATAN MIN LISAANI YAFQOHU QOULII.
Ya
Robb...lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah urusanku. Lepaskanlah
kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.
Hati
manusia itu ada pada genggaman Allah ukhti sayang. Baca doa ini terus menerus
ya sayang.
YAA
MUQOLLIBAL QULUUB...TSABBIT QOLBII ALAA DIINIKA WA THOOATIK.
Wahai
yang maha membolak balikan hati tetapkanlah hatiku diatas agama petunjukMu dan
atas ketaatan kepadaMu.
Kedua,
lakukanlah beberapa persiapan sholihahku agar kita dapat berlapang dada ketika
masalah diujikan, yaitu :
1.
Persiapan mental
Sadarilah
bahwa dalam hidup kita akan dihadapkan dengan orang2 yang kurang menyenangkan. Orang2
yang kurang menghargai. Atau bahkan orang2 yang suka meremehkan kita. Lebih
parah orang yang suka menghina kita dll. Tapi jangan khawatir sayang, semua itu
tidak diperuntukan agar kita menjadi rugi. Bahkan bisa saja hal tersebut
merupakan bagian dari sarana Allah untuk memuliakan hambaNya. Menjadi sarana
kita belajar bersabar, sarana memaafkan dan sarana membalas keburukan dengan
kebaikan.
2.
Belajarlah untuk memaklumi dan memahami bahwa latar belakang seseorang amat
beragam. Sering berbeda2. Kadang kala kita kita telah berusaha berbuat baik dengan
sungguh2 tapi dalam pandangan orang justru menjadi salah. Tidak sesuai dengan
standarnya. Itu karena tata nilai dan sudut pandang yang berbeda.
3.
Berbaik sangka saja kepada siapapun karena Allah. Jangan biasakan mengawali
sesuatu dengan prasangka buruk karena itu akan mempengaruhi cara berfikir, cara
bersikap dan bertutur kata.
4.
Mengalahlah jika sekiranya akan menjadi kebaikan bagi semua. Sikap saling
ngotot apalagi terhadap hal sepele benar-benar akan merusak suasana. Hindari
perdebatan. Berikan hak kita untuk orang lain. Andaikata semua itu akan membawa
manfaat yang besar, walaupun sepertinya kita rugi, percayalah kawan, akan ada
nikmat yang jauuuhhh lebih besar dengan mengalah terhadap saudara sendiri daripada
kenikmatan semu akibat sikap egois dan serakah.
Terakhir
persiapan kita adalah memaafkan. Maafkanlah dia honey.
Nikmat
sekali hidup tanpa dendam. Hiduplah dengan hati yang lapang dan luas. Ukhti
sholihaatku yang tercinta, sangat mudah memang mengatakan konsep-konsep yang saya
sampaikan, tapi demikian islam mengajarkan kepada kita.
Jika
tidak karena petunjuk dan rahmat ALLAH SERTA KESUNGGUHAN DAN KESABARAN KITA,
maka konsep-konsep yang kita kaji malam ini tidak akan mampu kita jalankan.
Ya
Allah berikan kami taufiqMu dan berikan kami kemampuan untuk meluaskan hati dan
melapangkan dada aminnnnn...
Wallahu
a'lam bis showaf.
TANYA
JAWAB
Q
: Seandainya kita sudah ihklas dan sabar memaafkan kelakuan seseorang namun
orang itu semakin semena-mena kepadaa kita sehingga membuat kita jengkel dan
tidak mau berurusan lagi dengannya apakah hal itu diperbolehkan atau bagaimana,,
A
: Apakah dengan kejengkelan dapat menenangkan hatimu sayangku.
Jika
tidak mau berurusan lagi dengannya adalah langkah yang terbaik namun tidak
memutuskan silaturahim.
Shobrun
jamiil wallahu mustaan. Fasbir limaa yaquuluuna wahjurhum hajronnjamiilaa
Bersabarlah
terhadap kata-kata mereka dan sikapnya serta jauhilah dia perlahan-lahan.
Q
: Tidak ustadzah, justru itu yang membuat bingung disisi lain kami ingin sekali
tetap saling menyapa tapi pihak sana justru smkin mnjadi-jadi menghina kita,apalagi
mereka tinggl serumh, sehingga kita malah balik menggoda mereka dengan melakukan
apa yang mereka tidak sukai
A
: Jika kita melakukan seperti yang mereka lakukan, apa bedanya kita dengan mereka.
Kita sudah berusaha untuk baik tetapi justru malah kita dihina. Jadi biarkan
saja itu nanti urusan dia sama Allah, yang penting kita sudah berusaha untuk
baik. Tarkuljawaabi alaa jaahili jawaabun..meninggalkan atau mendiamkan orang-orang
bodoh itulah jawaban untuknya.
Q
: Bunda kalo ada akhwat yang memutuskan silturahmi dengan ikhwan karena si
ikhwan ngaku-ngaku ke orang lain klo si akhwat itu calonnya, padahal si ikhwan sudah tau klo si akhwat
sudah punya calon dan mau menikah, karena
si akhwat gak mau punya masalah dengan si calon n keluarga, akhirya bilang gak
usah hubungin si akhwat lagi, jadi si
akhwat memutuskn silaturahmi dengan ikhwan tadi, itu bgaimana bun?
A
: Lebih tepatnya bukan memutuskan silaturahim, tapi mengurangi interaksi..namun
ada baiknya ada penjelasan kepada calon suami tentang masalah ini agar tidak
ada prasangka.sebelum dia tau dari orang lain. Kita tidak boleh memutuskan
silaturahim kepada siapapun apalagi dia seorang muslim.
Q
: Bunda misalkan kita punya atasan yang semua orang nggak suka sama dia. Jadi
semua staffnya berusaha buat nggak ada urusan sama dia. Gimana caranya kita
buat tetep semangat dan ikhlas kerjanya tapi di satu sisi kita kecewa sama
sikap atasan kita? Dan gimana caranya kita berhenti buat mengeluhkan sikapnya
itu? Karena kita juga jadi nambah dosa karena ngomongin orang terus.
A
: Bukankah kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban? Gaji yang kita
peroleh itu dari hasil keringat kita yang kita kerjakan karena Allah. Artinya
kita bekerja untuk ALLAH dalam rangka ibadah memenuhi kebutuhan kita, dengan
demikian semangat kerja kita semkin tinggi. Jika kita bekerja untuk atasan kita itulah yang membuat
semangat kerja tergantung dengan karakter atasan kita. Jadi mungkin kita tidak
perlu disibukan dengan karakter atasan kita...yang penting kewajiban dan
kebutuhan kita untuk Allah sudah kita laksanakan dengan baik. Jangan sampe dengan
ghibah justru apa yang kita kerjakan mengurangi pahala. Niatkan untuk Allah
saja.
Q
: Bunda kalau tidak salah ada hadits yang intinya adalah tidak akan masuk surga
orang yang memutuskan silaturahim, apakah silaturahim disini berlaku untuk
semua orang? Kalau kondisinya malah orang yang memutus silaturahim sama kita
bagaimana kita harus bersikap ya bunda?
A
: Sikap yang terbaik adalah mendoakan dan berlapang hati. Jangan pernah
diniatkan untuk memutuskan silaturahim dari kita.. Kita cool aja, tegur
seperlunya, kasih hadiah undang jika kita punya hajat dan berusaha untuk tidak
curhat tentang dia kepada orang lain. Berusaha untuk tidak mengeluhkannya, anggap
tidak terjadi apa-apa..bismillah dengan pertolongan Allah. Yang haq itu haq dan
yang bathil itu bathil, akan ada pahala yang kita dapatkan dan akan ada balasan
Allah bagi orang-orang yang dzolim...selamat menempuh ujian kehidupan nanda.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment